Setelah mendapat dukungan dari Partai Nasional Demokrat (NasDem), capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo ( Jokowi ) belakangan intens berkomunikasi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bahkan, disebut-sebut Jokowi bakal mengambil cawapres yang diusung partai kaum nahdliyin itu.
Nama-nama yang beredar di antaranya Jusuf Kalla, Mahfud MD dan Ketua Umum PKB sendiri, Muhaimin Iskandar. Jokowi memang belum menentukan pilihan, namun kedekatan Jokowi dengan PKB ini mengundang pertanyaan.
Utamanya dari kubu Partai Amanat Nasional (PAN) yang mengusung Ketua Umum Hatta Rajasa sebagai calon pendamping Jokowi .
Wasekjen DPP PAN Teguh Juwarno mengatakan, pihaknya selama ini mempunyai komunikasi yang baik dengan PDIP. Bahkan, kata dia, PDIP pernah berkomitmen untuk membahas koalisi dengan partai matahari biru itu. Namun sampai saat ini belum ada kejelasan.
Menurut Teguh, hal inilah yang dipegang oleh Hatta. "Soal tindak lanjut komunikasi politik sebelumnya antara Bang Hatta dengan PDIP yang akan ditindaklanjuti. Komitmen apakah akan bersama dan sepakat dengan platform bersama ke depan," tutur Teguh.
Meski tidak merasa 'digantung', kubu PAN tetap bertanya-tanya mengapa Jokowi semakin menjauh dari Hatta. Sumber merdeka.com di PAN menduga salah satu faktornya adalah hubungan besan Hatta dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seteru politik Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP.
"Gampang ditebak kan?" kata sumber itu, Selasa (15/4)
Dugaan ini tidak bisa dianggap remeh jika melihat pola komunikasi politik PAN-PDIP selama ini. Untuk diketahui, selama menjalin komunikasi politik dengan partai banteng, Hatta maupun utusan PAN tidak pernah berkomunikasi langsung dengan Megawati soal pilpres.
Dari PDIP, yang maju biasanya Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dan Ketua DPP yang juga anak Megawati, Puan Maharani. Komunikasi ini pernah ditunjukkan dengan kedatangan Tjahjo, Puan dan sejumlah elite PDIP ke rumah Hatta pada malam 7 April yang lalu atau dua hari jelang pencoblosan.
Dulu sewaktu Taufiq Kiemas, suami Megawati, masih hidup, Hatta bisa leluasa berkomunikasi lewat politikus senior PDIP itu. Apalagi keduanya sama-sama berasal dari Sumatera Selatan. Pada hiruk pikuk rencana koalisi pilpres 2009, Hatta adalah jembatan komunikasi antara kubu Cikeas dan Teuku Umar. Saat itu, Hatta tampak beberapa kali datang ke Teuku Umar, rumah Mega, dan Kiemas yang menemuinya.
Namun demikian, politikus PAN lain meragukan faktor besan yang membuat Jokowi menjauh. Dia menyebut ini semata-mata karena petinggi PDIP lebih mendorong calon lain, seperti Jusuf Kalla (JK).
"Kalau dari aspek besan harusnya malah itu bisa jadi strength point Bang Hatta kan? Maksudnya biar Demokrat ga mengganggu kan bisa Bang Hatta yang tangani," kata politikus itu.
Sejumlah petinggi PDIP belum mau berkomentar soal dugaan faktor besan yang menyebabkan Jokowi menjauh dari Hatta. Namun, seorang politikus partai banteng cuma berkomentar singkat, "Hi-hi-hi bersih gak sih dia (Hatta)?"
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar