Pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dengan sejumlah duta besar asing
dinilai tidak etis. Karena dapat membuka penafsiran adanya intervensi
asing dalam proses pilpres Juli mendatang.
Pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra
menjelaskan, pertemuan tersebut pasti terkait pencalonan Jokowi sebagai
capres PDI Perjuangan (PDIP) atau cawapres yang mendampinginya.
"Pertemuan tersebut tidak etis bahkan dapat melukai rasa independensi
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat secara politik,"
ungkapnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/4/2014).
Menurutnya, Jokowi terlalu gegabah bertemu dengan sejumlah duta besar
negara yang memiliki kepentingan bisnis besar di Indonesia. Pertemuan
lebih baik dilakukan saat Jokowi telah terpilih sebagai presiden.
Memang, katanya, tidak ada yang melarang Jokowi bertemu siapa saja.
Namun pertemuan tersebut menjadi peristiwa politik karena dilakukan
sebelum pilpres. "Apalagi hanya negara yang memiliki kepentingan ekonomi
besar terhadap Indonesia yang ditemuinya," papar Iswandi.
Ia menambahkan, pertemuan tersebut dapat memunculkan spekulasi
negatif untuk Jokowi. Bisa saja dianggap semacam ajang transaksi politik
dan bisnis.
"Apalagi dikabarkan pertemuan tersebut diinisiasi oleh mantan perdana
menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Malaysia sebagai tetangga dalam
beberapa hal memililiki hubungan tidak baik dengan Indonesia. Ada apa
ini? PDIP sebagai partai yang mengusung ideologi nasionalisme justru
seperti membuka diri untuk diintervensi asing," katanya.
Iswandi pun meminta Jokowi untuk menjelaskan secara jujur maksud
pertemuan tersebut. Karena hal itu merupakan masalah sensitif bagi
masyarakat.
"Jika rakyat tidak dapat menerima penjelasan Jokowi terhadap
pertemuan tersebut, maka benarlah bahwa kejujuran dan nasionalisme yang
digembor Jokowi itu hanya komoditas politik untuk pencitraan belaka,"
jelasnya.
Sumber :
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar