Jumat, 04 April 2014

Jokowi Berpeluang Didampingi Cawapres dari TNI

Budayawan Radhar Panca Dahana memprediksi ada peluang calon wakil presiden PDIP dari kalangan TNI.
Menurutnya, meski tidak pernah akrab dengan kalangan TNI, ada peluang dari Megawati Seokarnoputri, membuka pintu untuk purnawirawan Jenderal.
Kalangan purnawirawan TNI dianggap bisa merengguk suara untuk memperkokoh kekuatan PDIP. Salah satunya isu yang menyebut Panglima TNI Jenderal Moeldoko berpeluang mendampingi Jokowi sebagai calon wakil presiden.

Prediksikan Pileg Tertolong Jokowi Effect

Kuatnya hantaman ke calon presiden (capres) dari PDIP, Joko Widodo (Jokowi) diyakini tak akan menggerus dukungan pemilih kepada Gubernur DKI Jakarta yang terkenal dengan panggilan Jokowi itu. Bahkan, Jokowi diprediksi mampu mengangkat suara pemilih ke PDIP.
Prediksi itu disampaikan Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo), Edwin Henawan Soekawati setelah mengamati pelaksanaan kampanye pemilu legislatif (pileg) selama 3 pekan ini. Menurutnya, jika pileg berlangsung jujur dan adil maka suara PDIP bisa di atas 30 persen. “Kalau tidak ada upaya-upaya penjegalan, kemungkinannya seperti itu," kata Edwin kepada wartawan di Jakarta, Jumat(4/4/2014).

Skenario Koalisi Parpol

Berdasarkan Rilis Pol-Tracking Institute yang bertajuk 'Prediksi Elektabilitas Partai pada Pemilu 2014: Mengukur Pengaruh Pencapresan Jokowi dan Tone Pemberitaan 15 Media Mainstream pada Masa Kampanye', Jumat (4/4/2014), kemungkinan akan terjadi koalisi partai-partai sebagai berikut :

Rilis Pol-Tracking Institute 4 April 2014

Pol-Tracking Institute merilis hasil survei nasional bertajuk 'Prediksi Elektabilitas Partai pada Pemilu 2014: Mengukur Pengaruh Pencapresan Jokowi dan Tone Pemberitaan 15 Media Mainstream pada Masa Kampanye', Jumat (4/4/2014).
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda AR, menjelaskan ada beberapa temuan menarik dari hasil survei ini.
Berikut ini hasil temuan yang diungkapkan Hanta Yuda, berdasarkan temuan riset media monitoring selama musim kampanye 16 Maret-31 Maret 2014 :

Surya Paloh Puji Jokowi

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh menilai Joko Widodo (Jokowi) yang menjadi kandidat tunggal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah figur yang bernasib baik. Dia juga meminta sejumlah pihak tidak meremehkan Jokowi.
"Jokowi saya kenal baik, kita tidak boleh 'underestimate' dia, dia punya 'chance', nasibnya baik, mulai dari Wali Kota Solo, Gubernur Jakarta, cepat-cepat banget naik pangkatnya ini orang. Saya menghargainya dan sekarang dia jadi capres," kata Surya Paloh di Semarang, seperti dikutip Antara, Jumat (4/4/2014).

Jokowi Kunjungi Warga Probolinggo

Calon Presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo makan tahu Tek bersama wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim, Buchori, di Kota Probolinggo Jum'at (4/4/2014) malam. Kehadiran Jokowi di Probolinggo dalam rangka kampanye PDI Perjuangan.
"Tahu Tek dua bang," pesan Buchori Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim pada pemilik PKL
Selang beberapa menit, Jokowi di dampingi ratusan simpatisan PDI Perjuangan Kota Probolinggo, Jokowi langsung berjalan kaki sejauh 2 KM menuju rumah Bambang Agus tokoh masyarakat di jalan Kyai Mugi RT 03 RW 05 Kelurahan Mangunraharjo Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo.

Jokowi Akan Kukuhkan 'Lapak Jokowi' Jayapura

Kandiat Tunggal Calon Presiden PDIP Joko Widodo (Jokowi) yang dijadwalkan tiba di Kota Jayapura bersama rombongan pada Sabtu (5/4/2014) untuk menutup kampanye partai itu, juga akan mengukuhkan 'Relawan Papua Untuk Joko Widodo' atau 'Lapak Jokowi Next President'.
Demikian hal itu disampaikan oleh ketua Partai PDIP Kota Jayapura Didikus Rahamav di Jayapura, Jumat (4/4/2014).

Ancaman Pembunuhan dan Pengamanan Capres

Memasuki pelaksanaan Pemilu 2014, dinamika politik menyambut pemilihan presiden dan wakil presiden sudah menyesaki pemberitaan di berbagai media massa, baik nasional maupun lokal. Para kandidat presiden pun mulai bermunculan.
Sejauh ini terdapat 3 calon presiden yakni Prabowo Subianto dari Gerindra, Joko Widodo (Jokowi) dari PDI Perjuangan, dan Aburizal Bakrie dari Partai Golkar. Sedangkan yang sudah menetapkan pasangan capres-cawapres baru datang dari Partai Hanura yang mencalonkan Wiranto-Hari Tanusudibjo. Keempat capres serta satu cawapres tersebut masing-masing mewakili latar belakang berbeda sebagai pro masyarakat sipil, militer dan pengusaha.

Kampanye Jokowi Banyak yang Tidak Penting

Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustopa mengkritik kampanye yang dilakukan Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya banyak kampanye yang dilakukan Jokowi tidak penting.
"Yang muncul adalah kampanye tidak penting, yang ada itu 'blusukan', kalau (Jokowi) ditanya platform jawabannya Aku Ora opo-opo (red. aku tidak apa-apa)," ujarnya di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Jumat (4/4/2014).

"Jokowi Effect" Diduga Lambungkan Suara PDIP di Atas 30 Persen

Kemungkinan besar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan(PDIP) mampu meraup suara sampai 30 persen pada pemilihan umum legislatif (pileg) 9 April nanti. Hal itu disebabkan sosok Joko Widodo atau Jokowi, yang diusung sebagai capresnya.
"Kalau tidak ada upaya-upaya penjegalan, kemungkinannya seperti itu. PDIP bakal meraih suara secara nasional sampai 30 persen," kata Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo), Edwin Henawan Soekawati, di Jakarta, Jumat (4/4/2014).

Pengamat Politik: Belum Ada Sosok Perempuan Layak Jadi Cawapres Jokowi

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti menilai, belum ada sosok perempuan yang layak menjadi cawapres Jokowi pada Pilpres 2014, bahkan dari internal PDI Perjuangan (PDI-P) sendiri. Sejauh ini dirinya yakin hanya Jusuf Kalla (JK) yang layak mendampingi Jokowi sebagai wapres.
"Kecuali kalau ada satu perempuan dengan kapasitas yang tinggi layak diperhitungkan," kata Ikrar, di Jakarta, Jumat (4/4/2014).
Menurutnya, nama-nama seperti mantan Menkeu Sri Mulyani (SMI), Khofifah Indar Parawansa, bahkan Puan Maharani belum layak diusung sebagai wapres untuk Jokowi.

Nasib Jokowi di Prediksi Persis Seperti Gus Dur

Budayawan Radhar Panca Dhana khawatir bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi tidak akan bertahan lama jika terpilih sebagai presiden. Dia memprediksi, nasib Jokowi akan berakhir seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Jokowi "Seng Ada Lawan"

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti meyakini Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi yang merupakan capres dari PDI Perjuangan (PDI-P) tidak tertandingi dalam Pilpres 2014. Maka, tidak berlebihan jika PDI-P dan Jokowi menggunakan slogan "seng ada lawan" dalam berkampanye.
Hal itu diungkapkan Ikrar dalam seminar bertajuk "Presiden RI: Mengapa Harus Jokowi?" yang digelar Alumni Angkatan 78 FISIP UI, di Jakarta, Jumat (4/4/2014). "Seng ada lawan" adalah bahasa Ambon yang artinya kurang lebih "Tak ada lawan".

Sementara Ancaman Pembunuhan Menghantui Jokowi, Gerindra Hentikan Serang pada Jokowi

Gaya capres Gerindra Prabowo Subianto tetap berapi-api sewaktu orasi politik di Lapangan Bojongloa, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jabar, Jumat (4/4/2014). Namun berbeda dari biasanya, ketika isu pembunuhan terhadap Joko Widodo (Jokowi) menyeruat, orasi politik Gerindra tak lagi menyerang Jokowi. Selama 30 menit berdiri di atas panggung, isi pidato Prabowo sama sekali tak menyindir Jokowi.

Ahok: Panggil Saya 'Pak Gubernur' Berarti Dukung Jokowi Presiden

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan saat ini sudah mulai banyak pihak-pihak yang memanggilnya dengan panggilan Pak Gubernur.
Ia menilai, panggilan tersebut sebenarnya sangat bermuatan politis karena sama saja mendukung Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) yang diusung menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan.

Jokowi Diprediksi Menang Satu Putaran, Gerindra dan Demokrat Bakal Jadi Oposisi

Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Ari Nurcahyo menyebut kemungkinan calon presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) menang satu putaran Pemilihan Presiden cukup terbuka. Hal ini berdasarkan hasil berbagai penghitungan lembaga survei yang menempatkan Jokowi selalu nomor satu.
"Kalau berdasarkan hitungan sampai per hari ini ya, peluang Jokowi menang satu putaran terbuka. Meski nanti head to head dengan capres seperti Prabowo sampai putaran dua, Jokowi masih terbuka," kata Ari saat ditemui usai diskusi 'Kontestasi Empat Partai: Membaca Media dan Hasil Survei Menjelang Pileg 2014' di lantai 12, Wisma Kodel, Jakarta, Jumat (4/4/2014).

Jokowi Berusaha Dekati Kubu Pro-Megawati

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau biasa disapa Jokowi mengaku berusaha mendekati kubu Pro-Megawati (Promeg) yang menolak pencalonannya sebagai presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. "Saya masih pendekatan ke sana (Promeg)," katanya di Banyuwangi, Jumat (4/4/2014).
Menurut dia, pendekatan itu belum membuahkan hasil. Meski begitu, dia akan tetap berusaha menjalin komunikasi. "Masih pendekatan," katanya singkat.
Jokowi menilai penolakan dari kubu Promeg itu adalah wajar dalam berdemokrasi. Dia tidak bisa memaksa kelompok lain untuk mendukungnya. "Ada yang senang, silakan. Ada yang tidak senang, juga silakan," ujarnya.

Masyarakat Sudah Tidak Percaya Janji-janji

Direktur Indikator Politik Indonesia, Buhanuddin Muhtadi, mengaku tidak pernah mendengar calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko "Jokowi" Widodo, memaparkan visi-misinya. Namun ajaibnya, justru elektabilitas Jokowi adalah yang tertinggi di antara kandidat calon presiden lainnya.
Kepada wartawan usai mengisi diskusi "Mengapa Harus Pilih Jokowi" di Warung Solo, Jakarta Selatan, Jumat (4/4/2014), Burhan mengatakan survei yang dilakukan pada 18 - 24 Maret 2014 dengan responden sebanyak 1.220 orang, elektabilitas Jokowi mencapai 43 persen.

Sabam Sirait Berharap Jokowi Disandingkan dengan Tokoh NU

Politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Sabam Sirait, menyatakan akan menyampaikan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, agar menyandingkan Joko Widodo dengan tokoh Nahdlatul Ulama sebagai cawapresnya.
"Saya akan sampaikan kepada Bu Mega (Megawati, Red), agar Jokowi sebaiknya berpasangan dengan tokoh NU," ujar Sabam dalam diskusi Aliansi Strategis Merah-Putih, di Hotel NAM, Kemayoran, Jakarta, Jumat (4/4/2014).

PDIP: Kalau Dijelek-jelekkan, Kita Tiru Pak Jokowi Saja

Kepala DPC PDIP Kabupaten Tasikmalaya, Ade Sugianto mengatakan, maraknya kampanye hitam atau black campaign yang ditujukan kepada calon presiden partainya Joko Widodo alias Jokowi, dinilai sudah biasa. Apalagi sekarang musim politik dengan berbagai upaya dilakukan demi mendapatkan suara terbanyak.
"Kalau menurut saya black campaign ke Pak Jokowi sudah biasa. Kita meniru Pak Jokowi saja saat dijelek-jelekan orang, yaitu ra opo-opo," kata Ade, Jumat (4/4/2014).

Hanya Jokowi Yang Bisa Selamatkan Indonesia

Figur Calon Presiden PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) dianggap mampu menentukan masa depan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Setidaknya itu yang disimpulkan dalam materi diskusi publik bertajuk "Menentukan Arah Masa Depan Indonesia Di Tahun 2014", Jumat (4/4/2014).
Anggapan tersebut dilihat lantaran selama ini Gubernur DKI itu tidak memiliki rekam jejak negatif. Jokowi dinilai bisa menyelesaikan krisis multidimensi yang datang silih berganti di negeri yang kaya sumber daya alam ini.

Relawan "Bumikan" Gerakan Pemenangan Jokowi Presiden

Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Bengkulu mulai "membumikan" gerakan pemenangan Jokowi dengan meningkatkan sosialisasi ke masyarakat.
"Membumikan artinya selama ini relawan banyak bergerak di dunia maya, sekarang mulai turun ke dunia nyata," kata Sekjen DPP Bara JP Pusat Utje Gustaf Patih di Bengkulu, Jumat (4/4/2014).
Ia mengatakan hal itu saat sosialisasi pemenangan Jokowi yang digelar Bara JP Bengkulu di Kantor DPD PDIP Provinsi Bengkulu.

Dukung Jokowi, Almisbat Tegaskan Bukan Bagian Organisasi PDIP

Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat) menyatakan dukungannya kepada capres PDI Perjuangan Jokowi dalam pemilu 2014.
Menurut Sekjen Almisbat, Hendrik Sirait, Almisbat merupakan gabungan organisasi-organisasi sipil yang mendukung pencapresan Jokowi. Namun ia menegaskan bahwa Almisbat bukanlah bagian dari sayap organisasi PDIP.

Asal Usul Nama Tim 11 Jokowi

Menghadapi Pilpres 2014, capres PDIP Jokowi tak sendirian. Dia dibekingi think tank bernama Tim 11. Ada cerita sendiri soal tim khusus ini.
Wakil Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengakui ada sejumlah tim yang pernah dibentuk PDIP. Tim khusus ini ditujukan untuk menguatkan partai dan tokoh yang bersaing di kontestasi politik.
"DPP PDIP, khususnya melalui Ibu ketum memang sering membentuk tim. Misal tim pemenangan pilgub DKI, tim DPT, tim monitoring kampanye dan lain-lain," kata Hasto saat dihubungi Jumat (4/4/2014).

Lebih Kuat Dari Mega, Jokowi Sulit Jadi Boneka

Gubernur DKI Jakarta Jokowi dianggap hanya akan menjadi presiden boneka bila terpilih dalam Pilpres 2014. Namun, pengamat politik UGM Ari Sujito menilai sosok Jokowi lebih kuat dibandingkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP.
Ia menjelaskan, saat ini Jokowi didukung oleh rakyat yang semakin menguat. Hal inilah yang membuat Jokowi tidak mungkin menjadi bonekanya Megawati.
"Sekarang bahwa Mega dianggap punya bayang-bayang yang cukup kuat, saya yakin ke depan Jokowi lebih kuat dibandingkan Mega. Karena terbukanya dukungan rakyat makin menguat nanti. Ya Megawati sudah 2 kali capres gagal. Jadi nggak mungkin Jokowi jadi boneka. Ke depan justru Jokowi lebih kuat," kata Ari kepada Liputan6.com di Yogyakarta, Jumat (4/4/2014).

SSS: PDIP Menang, Golkar Ditempel Gerindra

Soegeng Sarjadi Syndicate memprediksi hasil Pemilu legislatif bakal menampatkan PDI-P, Partai Golkar, Gerindra, dan Partai Demokrat dalam posisi empat besar. Seperti apa gambarannya?
Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Ari Nurcahyo mengatakan munculnya empat partai ini berdasarkan sumber data dari empat survei lembaga yaitu 6 - 23 Desember 2013 (Pol Tracking), 1 - 8 Maret 2014 (Charta Politika), 20 - 26 Februari 2014 (Cirus Surveyors Group) dan 7-17 Maret 2014 (CSIS).

Capres Boneka Adalah Pernyataan Sesat

Wasekjen PDIP Ahmad Basarah geram dengan tudingan Joko Widodo (Jokowi) disebut sebagai capres boneka. Menurut dia, pernyataan yang mengatakan bahwa Jokowi tidak bebas itu sesat dan menyesatkan.
Basarah bahkan menyebut bahwa pernyataan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Capres boneka pertama kali dilontarkan oleh Capres Gerindra Prabowo dan anak buahnya Fadli Zon, kemudian anggapan ini juga diamini Fahri Hamzah dari PKS.
"Pernyataan Fahri, Fadli Zon dan Prabowo tentang Jokowi sebagai capres boneka adalah pernyataan yang sesat dan menyesatkan secara sistem kepartaian di Indonesia," ujar Basarah saat dikonfirmasi, Jumat (4/4/2014).

Priyo Mengaku Terperanjat Fotonya Bersama Jokowi Beredar

Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengaku terperanjat foto dirinya bersalaman dengan Gubernur DKI Jakarta Jokowi beredar di dunia maya.
Priyo menuturkan fotonya bersama Jokowi menjadi trending topic di media sosial, dimana menurutnya foto tersebut mengalahkan kepopuleran foto Presiden AS Barrack Obama yang berfoto bersama pemain baseball terkenal.

Jokowi Koordinasi Penanganan Normalisasi Waduk dengan Ahok

Gubernur DKI Jakarta Joko WIdodo (Jokowi) telah bertemu dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk membahas berbagai permasalahan Kota Jakarta.
Salah satu yang dibahas dalam pertemuan yang berlangsung kemarin, Kamis (3/4) adalah soal normalisasi waduk di Jakarta.
Ahok membantah pertemuannya dengan Jokowi merupakan penyerahan tugas-tugas kegubernuran selama mantan Wali Kota Solo ini melakukan kampanye dan maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilihan umum presiden (pilpres) 2014.

'Jokowi Effect' Nggak Ngefek

Partai Gerindra menanggapi hasil survei Indikator Politik yang menempatkan PDIP sebagai pemenang dan Gerindra di urutan ketiga. Bagi Muzani, tidak ada yang baru dalam survei ini.
"Tidak ada sesuatu yang baru, tidak mengagetkan. Bahkan menurut saya apa yang digembar-gemborkan Jokowi effect juga tidak ngefek. Jadi saya tidak kaget dengan survei itu," kata Muzani kepada detikcom, Jumat (4/4/2014).
Survei Indikator Politik Indonesia menempatkan PDIP di urutan pertama dengan raihan 24,5% suara. Penetapan Jokowi sebagai capres dinilai oleh bos Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, tidak mendongkrak suara PDIP secara signifikan.

Gerpol Jokowi Minta KPK Tidak Politisasi Kasus Korupsi Transjakarta

Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di demo puluhan massa Jumat (4/4/2014) sore ini. Massa yang tergabung dalam Gerakan Stop Politisasi Jokowi (GERPOL JOKOWI) berunjuk rasa meminta KPK agar tidak mempolitisasi kasus korupsi Bus TransJakarta.
Menurut para pendemo, saat ini banyak pihak yang mencoba mempolitisasi kasus korupsi TransJakarta agar bisa menyeret calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) dalam kasus tersebut.

Jokowi Capres Pilihan Buruh

Berdasarkan survei Lembaga Penelitian Sabang Merauke Institute terhadap 4 juta orang buruh di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), yang diambil secara random sampling, menempatan Joko Widodo (Jokowi) pada posisi teratas. Sedangkan posisi kedua ditempati Prabowo Subianto dan posisi ketiga adalah Wiranto.
Ketika diajukan pertanyaan terbuka kepada 385 buruh selama survei pada 16-26 Maret yang diambil secara random sampling, Jokowi mendapat suara 81 suara atau 21,17 persen, Prabowo 51 suara atau 13,14 persen, Wiranto 17 suara atau 4,38 persen, Megawati 14 suara atau 3,65 persen, Aburizal Bakrie 10 suara atau 2,55 persen, Rhoma Irama 7 suara atau 1,82 persen, Anis Baswedan 1 suara atau 0,36 persen, Hary Tanoesoedibjo 1 suara atau 0,36 persen, lainnya 3 suara atau 0,73 persen.

Jenderal Moeldoko Akui Ada Ancaman Pembunuhan Jokowi

Panglima TNI Jenderal Moeldoko membenarkan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang munculnya ancaman pembunuhan terhadap beberapa calon presiden yang akan mengikuti Pilpres 2014, salah satunya Joko Widodo (Jokowi).
“Memang benar dalam sidang kabinet kemarin, Presiden menyampaikan hal ini. Hal ini menjadi perhatian yang serius dari Presiden,” kata Jenderal Moeldoko kepada wartawan di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (4/4/2014).

Masalah Indonesia Ada di dalam Got, Maka Perlu Jokowi Yang Mau Masuk Got

Birokrasi yang tidak berjalan sesuai harapan, sudah menjadi laksana got yang mampet, sehingga aliran air tidak lancar. Jadi masalah Indonesia ini ada di dalam got, sehingga kita memerlukan presiden yang mau masuk got.

Jokowi Nyaris Celaka


Joko Widodo (Jokowi) nyaris celaka saat berkampanye di lapangan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (4/4/2014) sore.

Jokowi: Saya Ingin PDIP Menang Tebal

Calon Presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi), ingin PDIP menang mutlak dalam pileg mendatang. Kemenangan mutlak akan membuat presiden yang diusung PDIP bisa menjalankan roda pemerintahan dengan lancar.
“Saya optimis PDIP akan menang, tapi sekarang ini menangnya masih menang tipis. Saya ingin PDIP menang tebal (mutlak),” kata Jokowi di hadapan ribuan massa yang memadati lapangan kelurahan Tegal Besar, kecamatan Kaliwates, Jember, Jumat (4/4/2014).

Ini Proyek Pembuatan Waduk Cilangkap yang Dijanjikan Jokowi

Pemprov DKI tengah menggenjot jumlah waduk yang ada di Jakarta. Salah satu yang dikerjakan yakni Waduk Giri Kencana di Cilangkap, Jakarta Timur.
Ternyata proses pembuatan waduk ini sudah berlangsung. Seperti saat disambangi detikcom, Jumat (4/4/2014), lebih dari dua eskavator bergerak melakukan pengerukan. Waduk ini bila sudah jadi nanti diharapkan bisa membebaskan banjir di pemukiman di sepanjang Sungai Sunter dan anak Sunter.

Pedagang Kecewa Jokowi Batal Blusukan ke Pasar

Kandidat Tunggal Calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (Jokowi), batal blusukan ke sejumlah pasar di Banyuwangi, Jawa Timur. Hal ini membuat kecewa sejumlah pedagang di pasar yang menunggu Jokowi sejak pagi.
Ponisah, pedagang mainan anak-anak di Pasar Rogojampi, mengaku sudah menunggu kehadiran Jokowi sejak pukul 07.00 WIB. Sehari sebelumnya, pedagang pasar sudah dihebohkan oleh kabar rencana kedatangan Jokowi. "Tadi pagi banyak polisi menjaga pasar," kata Ponisah kepada wartawan, Jumat (4/4/2014).

Jokowi Pimpin Ribuan Massa Nyanyi Indonesia Raya

Kandidat tunggal calon presiden PDIP, Joko Widodo (Jokowi) akhirnya datang ke arena kampanye PDI Perjuangan, di lapangan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (4/4/2014) sore.
Kedatangan Jokowi disambut ribuan massa yang berebut ingin bersalaman. Teriakan mengelu-elukan Jokowi membahana.
Begitu di panggung, Jokowi langsung memimpin massa menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Berbahaya: Masyarakat Tak Antusias Pemilu Karena Jokowi Effect

Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menganalisa antusiasme kampanye Pileg 9 April mendatang. Hasilnya, antusiasme pesta demokrasi tahun ini termasuk rendah, bila dibandingkan Pemilu 2009. Salah satu faktornya karena ada efek Jokowi dan efek KPK.
"Geliat Pemilu di ranah publik, media, dan pengamat ada greget yang menurun. Berbeda dengan 2009, kampanye lebih meriah. Ada Jokowi effect, di mana saat di-endorse (dideklarasikan) sebagai capres, ada bom besar pilpres sudah selesai. Kontestasi sudah terbaca siapa yang menang," jelas Direktur Eksekutif SSS Ari Nurcahyo, di Wisma Kodel, Jakarta, Jumat (4/4/2014).

Dendam Yang Tak Kunjung Padam, Said Iqbal Kembali Ancam Jokowi

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia mendesak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) segera menetapkan besaran upah minimum sektoral provinsi (UMSP) 2014, setelah penetapan upah minimum provinsi (UMP) beberapa waktu lalu.
Kader PKS yang saat ini menjabat presiden KSPI Said Iqbal, mengatakan seharusnya Jokowi telah memutuskan upah minimum sektoral ini pada awal Januari lalu.
"Upah ini masih menjadi masalah, upah minimuan sektoral untuk sektor-sektor industri unggulan harusnya sudah diputuskan maksimal pada 30 Januari lalu. Tetapi gubernur DKI Jakarta belum bisa memutuskan sampai bulan ke-4 ini," ujarnya saat konferensi pers di Hotel Mega Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (4/4/2014).

Parpol Islam Disarankan Merapat ke Jokowi

Parpol Islam disarankan berkoalisi dengan PDI Perjuangan, untuk bersama-sama mengusung Capres Jokowi. Dengan begitu, suara parpol Islam bisa lebih baik.
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Faisal Nurdin Idris, menilai Jokowi adalah magnet yang bisa mengundang perhatian masyarakat luas.
Sejumlah partai berbasis massa Islam yang bisa masuk seperti PAN dan PKB. Elektabilitas partai yang biasanya menempati posisi tengah, bisa terangkat kalau mendukung Jokowi yang popularitasnya sangat tinggi.

Meski Prabowo dan Ical Kroyok Jokowi, Mereka Akan Dikanvaskan di Ronde Pertama

Kandidat calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo diprediksi bakal menang satu putaran dalam pilpres mendatang. Ini bisa terjadi jika pesaingnya hanya Aburizal Bakrie (Ical) dan Prabowo Subianto.
Hal itu berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia. Bila hanya terdapat tiga orang capres, Jokowi dapat memperoleh 55,7 persen. Di posisi kedua diisi Prabowo dengan elektabilitas 20 persen.
Sedangkan Ical berada di juru kunci dengan 8,7 persen. Namun, 15,7 persen masih belum menentukan jawaban. Bahkan, bila ketua umum Partai Hanura Wiranto masuk dalam survei, Jokowi juga masih unggul. Sementara Ical, tetap di posisi terbawah.

Jangan Panik, Pencapresan Jokowi Bukti PDIP Utamakan Kepentingan Rakyat

Usai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dideklarasikan sebagai calon presiden dari PDIP, polemik mengenai perjanjian Batutulis, yang salah satunya berisi dukungan PDIP untuk Prabowo Subianto maju di Pilpres 2014, semakin marak diperbincangkan. Partai berlambang kepala garuda itu semakin gencar menagih janji elit PDIP.

Sniper Tunggu Jokowi di Papua

Capres dari PDIP Jokowi akan menginjakkan kaki ke tanah Papua, pada Jumat (4/4/2014) malam. Jelang kedatangan Gubernur DKI Jakarta itu, warga Papua diresahkan isu provokatif melalui pesan singkat.
Hendrik, salah satu warga Jayapura kebingungan dengan pesan yang didapatnya dari seorang kawan. Pesan-pesan itu berisi tentang ancaman pembunuhan Jokowi.
"Dalam pesan singkat itu menyebutkan hati-hati menjelang kedatangan Jokowi, ada pembunuhan oleh manusia bertopeng dan sniper," ujarnya kepada Liputan6.com di Jayapura, Jumat (4/4/2014)
Warga lainnya, Rini mengaku, selain mendapat pesan singkat pembunuhan Jokowi, ia juga menerima pesan yang berisi sejumlah kegagalan Jokowi-Ahok dalam memimpin DKI Jakarta.

PDIP: Kemesraan Iwan Fals-Jokowi Janganlah Cepat Berlalu

Ada yang berbeda di kediaman penyanyi legendaris Iwan Fals, Kamis (3/4/2014) malam. Malam Jumat itu, rumah Iwan yang berlokasi di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, bukan disambangi oleh penggemar fanatik Iwan yang terkumpul dalam wadah organisasi OI atau Orang Indonesia.
Penyanyi kharismatik yang memiliki fans jutaan orang ini kedatangan tamu yang juga istimewa, Jokowi Widodo, atau yang akrab disapa Jokowi.

Kampanye Pakai `Jet PDIP`, Jokowi Dinilai Ingkar Janji

Pengamat politik dari Universitas Indonesia Agung Suprio menilai Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingkari apa yang telah dikatakannya dulu, yaitu lebih memilih menggunakan pesawat kelas ekonomi saat berkampanye.
Jokowi sempat mengatakan alasannya memilih menggunakan pesawat kelas ekonomi saat kampanye karena dapat dekat dan langsung berbincang dengan rakyat tanpa ada jarak. Namun belakangan, Jokowi memakai pesawat jet pribadi yang dipersiapkan PDIP saat berkampanye dari Banjarmasin menuju Malang, Jawa Timur.
"Alasan Jokowi menggunakan pesawat pribadi semata-mata karena ikut partai. Artinya, Jokowi mengalah untuk beralih dari pesawat ekonomi ke pesawat pribadi karena kebijakan partai," kata Agung dalam keterangan tertulis, Jumat (4/4/2014).

PDI-P Beruntung Menemukan Jokowi

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa mengatakan, fenomena perpolitikan di Indonesia sangat tergantung pada tokoh yang dimiliki oleh partai politik. Menurutnya, saat ini elektabilitas PDI-P yang selalu naik tak lepas dari faktor partai berlambang banteng tersebut memiliki tokoh populer, yaitu Joko Widodo.
"PDI-P saat ini beruntung menemukan Jokowi. Demokrat sebagai partai penguasa justru merosot karena tidak ada figur pengganti yang setara dengan Pak SBY," kata Saan di Jakarta, Jumat (4/4/2014).

Dino Tak Gentar dengan Jokowi

Tingginya elektabilitas capres PDIP Joko Widodo atau Jokowi dan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai bisa membuat tokoh politik lain khawatir. Tak jarang, ada sejumlah tokoh yang ingin menjadi cawapres keduanya.
Namun hal itu tak berlaku bagi peserta Konvensi Capres Partai Demokrat Dino Patti Djalal. Dia mengaku tidak masalah dengan adanya fenomena tersebut. Juga tidak gentar
dengan sosok Jokowi dan Prabowo.
"Kalau saya terpilih di Konvensi Partai Demokrat, ya nggak. Ini kan persaingan sehat untuk sesuatu yang baik. Jadi saya sama sekali tidak gentar," kata Dino saat berkunjung ke Pasar Enjo, Jakarta Timur, Jumat (4/4/2014).

Jokowi Tak Datang, Massa PDI-P di Polewali Mandar Kecewa

Ribuan massa pendukung dan kader PDI-P yang mengikuti kampanye akbar di Lapangan Campalagian, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Jumat (4/4/2014), kecewa lantaran sosok bakal capres 2014, Jokowi, batal hadir di hadapan massa pendukungnya. Kampanye akbar ini hanya dihadiri oleh Wakil Gubernur Sulbar, Aladin S Mengga.
Raut kecewa tampak tampak di wajah massa pendukung Jokowi. Pasalnya, mereka sengaja ikut kampanye agar bisa bertemu langsung dengan sosok Jokowi.

Cawapres Jokowi Tak Harus Militer

Pengamat politik dari FISIP Universitas Lampung Dr Ari Darmastuti MA berpendapat PDI Perjuangan harus lebih bijak dalam mencari calon wakil presiden untuk Joko Widodo (Jokowi), dan tidak lagi terfokus pada dikotomi sipil dan militer.
"Saya rasa masyarakat sekarang bukan melihat sosok tersebut apakah dari militer atau nonmiliter, namun lebih kepada ketokohan dan kemampuannya," kata Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Unila itu, di Bandarlampung, Jumat (4/4/2014).

Isu Capres Boneka Gagal Jatuhkan Elektabilitas Jokowi

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi menilai isu "calon presiden boneka" tidak berhasil mengurangi dukungan publik pada bakal capres dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi). Penilaian itu merujuk pada survei yang dilakukan pada medio Februari-Maret 2014.
Burhanudin menjelaskan, sebanyak 82 persen responden survei menyatakan penetapan Jokowi sebagai bakal capres oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri merupakan keputusan politik yang biasa terjadi. Penetapan itu juga dipercaya tak ada kaitannya dengan isu bahwa Jokowi akan mudah dipengaruhi oleh Megawati jika terpilih menjadi presiden nanti.

Golkar Tak Yakin Jokowi Bisa Menang dengan Cawapres Siapa Saja

Fungsionaris  Partai Golkar Priyo Budi Santoso, yakin bahwa adalah hal yang absurd anggapan bahwa Jokowi akan memang dengan cawapres siapa saja. Menurut dia Golkar yakin bahwa Jokowi bisa menang bila mendapatkan cawapres yang tepat.
"Jadi adalah hal yang absurd kalau dikatakan Jokowi akan menang dengan cawapresnya siapapun. Nanti malah bisa-bisa dikatakan Jokowi akan menang dengan pasangan karung, hehehe," kata Priyo dalam diskusi memanggapi survei Indikator Politik Indonesia bertema "Efek Kampanye Versus Efek Jokowi" di Hotel Sari Pan Pacific, Jumat (4/4/2014) pagi ini.

Selain Minta Dukungan, Jokowi Juga Akan Berdayakan NU dan Muhammadiyah

PDIP menegaskan koalisi dengan partai politik maupun organisasi massa tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek. Namun, untuk kepentingan bangsa di masa depan.
Wakil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mencontohkan pertemuan calon presiden Joko Widodo dengan NU dan Muhammadiyah.
"Secara khusus Jokowi bertemu dengan NU dan Muhammadiyah. Bukan hanya meminta dukungan tapi bagaimana kita memberdayakan NU dan Muhammadiyah sebagai organisasi yang punya andil sangat besar menghasilkan pemimpin berkarakter," kata Hasto di Jakarta, Jumat (4/4/2014).