Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko
Widodo (Jokowi) mengikuti pertemuan tertutup dengan beberapa dubes asing di
kediaman pengusaha Jacob Soetoyo di Jl Sircon G 73 Perumahan Permata
Hijau, Jakarta Selatan, Senin (14/4/2014).
Sebelumnya Jokowi juga
menemani Megawati Soekarnoputri juga bertemu dengan mantan PM Malayasia
Mahathir Muhammad di kediaman Mega.
Terkait hal itu Moh Jumhur Hidayat
Aktivis Aliansi Rakyat Merdeka (ARM) menilai, naif jika ada pihak yang
menganggap pertemuan Mega dan Jokowi bersama diplomat asing sebagai
sebuah intervensi.
"Wajar saja kalau para diplomat negara-negara
sahabat itu ingin berkenalan dengan calon partai berkuasa dan pemimpin
mendatang Indonesia," kata Jumhur kepada wartawan, Selasa (15/4/2014).
Dirinya menilai, membangun nasionalisme Indonesia jangan diartikan memusuhi asing.
"Nasionalisme
Indonesia kan bukan nasionalisme yang chauvinis, yang menganggap di
luar dirinya semua ancaman, Ingat Bung Karno mengatakan
internasionalisme sebagai taman sari kebangsaan, maknanya 'humanisme',
persaudaraan kemanusiaan menjaga perdamaian dunia," jelasnya.
Jumhur
mengungkapkan, pada era global seperti sekarang pemimpin harus
membangun komunikasi dengan banyak negara sahabat. Pasalnya, komunikasi
geopolitik itu penting dan strategis. Apalagi posisi ekonomi-politik
Indonesia yang strategis di kawasan Asia.
"Janganlah proses
komunikasi dengan para diplomat itu diartikan dengan mudahnya sebagi
dikte-mendikte. Saya rasa tidak bijak bila kita berpikiran seperti itu.
Saya masih yakin bahwa bila PDIP dan Jokowi memimpin pemerintahaan, akan
punya road map untuk membangun kemandirian atau keberdikarian bangsa
dalam bidang ekonomi seperti yang diajarkan dalam Trisakti Bung Karno,"
tegas Jumhur.
Sebelumnya diberitakan, pertemuan di rumah Jacob
dimulai sejak sekitar pukul 19.30 WIB. Pertemuan tersebut dihadiri
sejumlah diplomat asing. Di antaranya adalah pejabat dari Kedubes AS dan
kedubes asing lainnya.
Beberapa kendaraan dinas diplomat yang
tampak parkir di depan rumah Jacob adalah CD 12 (Kedubes AS), CD 15
(Vatikan), CD 18 (Myanmar), CD 19 (RRC), CD 48 (Turki), dan CD 108
(Peru) dan CD 42 (Meksiko).
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar