Minggu, 05 Mei 2013

Pengaruh Besar Jokowi Untuk Dongkrak Jumlah Suara

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengakui, melambungnya jumlah suara di pilkada tak lepas dari Jokowi effect. Tak heran, jika partai besutan Megawati Soekarnoputri selalu memasangnya dalam setiap kampanye pemilihan kepala daerah.
"Ada salah satu variable Jokowi . Jadi kita lihat ada penambahan suara setelah Jokowi menjadi jurkam. Survei internal kita kecenderungan naik," kata ketua DPP PDIP, Firman Jaya di Galeri Cafe, Jakarta, Minggu (5/5/2013).
Sebagai contoh, pilkada di Jabar dan di Sumsel. Datangnya Jokowi mampu mendongkrak suara meskipun tidak berarti menang.
"Terbukti efektif. Contohnya di Jabar padahal pasangan kita bukan incumbent terus mendaftar itu terlambat. Demikian juga Sumsel. Terlambat sosialisasi. Tapi suaranya melonjak setelah Jokowi menjadi jurkam," ungkap Firman lagi.
Tak heran, PDIP kembali mengandalkan Jokowi
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengakui, melambungnya jumlah suara di pilkada tak lepas dari Jokowi effect. Tak heran, jika partai besutan Megawati Soekarnoputri selalu memasangnya dalam setiap kampanye pemilihan kepala daerah.
"Ada salah satu variable Jokowi. Jadi kita lihat ada penambahan suara setelah Jokowi menjadi jurkam. Survei internal kita kecenderungan naik," kata ketua DPP PDIP, Firman Jaya di Galeri Cafe, Jakarta, Minggu (5/5/2013).
Sebagai contoh, pilkada di Jabar dan di Sumsel. Datangnya Jokowi mampu mendongkrak suara meskipun tidak berarti menang.
"Terbukti efektif. Contohnya di Jabar padahal pasangan kita bukan incumbent terus mendaftar itu terlambat. Demikian juga Sumsel. Terlambat sosialisasi. Tapi suaranya melonjak setelah Jokowi menjadi jurkam," ungkap Firman lagi.
Tak heran, PDIP kembali mengandalkan Jokowi untuk memenangkan pilkada Bali 15 Mei mendatang. Meski lumbung suara PDIP berada di daerah tersebut.
"Bali juga, jadi kalau ada dia itu lebih pasti lagi. Menambah suara kemenangan ," tutupnya optimis.

Sumber :
merdeka.com

Kian Populer, Jokowi Disarankan Jangan Dulu Maju 2014

Kepopuleran Joko Widodo yang terus merangsek jelang Pemilu 2014 diyakini dapat menjadi modal berharga bagi pria asli Solo, Jawa Tengah tersebut. Pejabat yang kini duduk di kursi Gubernur DKI Jakarta dinilai menjadi sosok paling ideal memimpin Negara ini.
Sejumlah poling dan survei hampir selalu menempatkan dirinya di puncak atau minimal jajaran atas yang dianggap cocok menjadi RI 1. Lewat prsetasinya saat memimpin Solo, dan kegigihannya dalam membenahi Jakarta, elektabilitas Jokowi terus meroket.
“Ini bisa disebut fenomena Jokowi, dia memang sangat meyakinkan ketika tampil bekerja,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk dalam sebuah seminar di di Hotel Morrissey, Jakarta Pusat, Ahad  (5/5/2013).Hamdi mengatakan, di awal ketenaran Jokowi sekitar tiga empat tahun lalu, dia mengaku masih menyimpan tanda tanya kepada mantan wali kota Solo itu. Secara psikologis, dia mencoba menahan diri untuk tak ikut kagum pada karisma kader Partai PDIP itu.
 Tapi menurut dia, Jokowi mampu dengan konsisten menjaga martabat kerja dan kepemimpinannya, walaupun jabatan yang dia sandang amat rawan disimpangkan. Menurut Hamdi, apa yang Jokowi tunjukan selama ini membuat masyarakat memercayai tabiat asli pria penyuka musik metal tersebut memang demikian adanya.
 “Memang dia (Jokowi) berhasil memengaruhi semua lapisan masyarakat. Tapi yang jangan diagung-agungkan juga,” pesannya.
 Hamdi mengatakan, biar nanti waktu yang akan memperlihatkan seperti apa kulitas Jokowi dalam memimpin. “Dia harus sukses dulu di Jakarta, jangan buru-buru 2014. Nanti publik bisa menilai sendiri, kalau Jokowi sukses di Jakarta, Pemilu 2019 bukan hal sulit buat dia,” ujar Hamdi.
Seperti diketahui, Jokowi yang kerap kali mendapat penilain positif dalam sejumlah polling baru-baru ini kembali berada dalam uruta teratas sebuh survet calon presiden. Survei yang diprakarsai oleh Pol-Tracking Institute besutan pengamat politik muda, Hanta Yuda ini menempatkan Jokowi di urutan pertama. Nama Jokowi berada di atas nama-nama pemimpin daerah lain yang diikutsertakan dalam survei ini. Dalam Survei tersebut, Jokowi meraup 82,54 persen.

Sumber :
republika.co.id

Jokowi Diyakini Bisa Tembus Istana

Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) sering dianggap sebagai figur paling potensial dari daerah sebagai kandidat alternatif di 2014. Pakar Psikologi Politik Hamdi Muluk meyakini Jokowi mampu menjadi pemimpin nasional.
"Kalau sukses di Jakarta pada 2014. Maka tahun 2019 menjadi karpet merah bagi Jokowi untuk maju," kata Hamdi Muluk di Hotel Morrissey, Jakarta, Minggu (5/5/2013).
Sebagai kader PDIP, Hamdi juga yakin Jokowi dapat menembus klan Soekarno di partai berlambang banteng tersebut. Apalagi ia melihat hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas Jokowi konsisten.
Namun, Hamdi mengingatkan agar media dan masyarakat jangan terjebak kepada pemujaan seorang tokoh. Hal itu dapat dicontohkan seperti saat kematian Ustadz Jeffry Al Buchori atau Uje.
"Ulama lain kualitasnya bagus, tapi masyarakat ada yang mengidolakan terlalu berlebihan, seperti politik ada tokoh yang tampil seperti tidak ada cacat," imbuhnya.
Saat Jokowi muncul, Hamdi mengaku sangat menjaga diri jangan sampai terkena efek mantan wali kota Solo itu. Namun karena Jokowi menjadi fenomena di masyarakat, akhirnya sempat terbawa arus.
"Seingat saya, juga tidak dukung-dukung Jokowi. Tetapi pakar ini kena efek Jokowi. Jangankan orang awam, tapi pakar juga terperangah fenomena Jokowi," ujarnya.

Sumber :
jakarta.tribunnews.com

Jokowi Sekadar Bintang Iklan di Bali

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya I Gusti Agung Ketut (IGAK) Satrya Wibawa MCA menilai keterlibatan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi sebagai juru kampanye Pilkada Bali sekadar bintang iklan.
"Jokowi belum tentu kenal dengan pasangan kandidat. Jadi perannya hanya bintang iklan yang kebetulan berada di Bali," kata pengajar Program Magister Media Komunikasi Unair asal Desa Adat Kuta, Kabupaten Badung, itu saat dihubungi dari Denpasar, Minggu (5/5/2013).
Peraih gelar magister bidang seni kreatif dari Curtin University Australia itu menganggap kedatangan Jokowi dan juru kampanye nasional lainnya di Bali tak akan efektif untuk mendongkrak perolehan suara bagi pasangan calon. "Itu gaya politik lama yang belum sepenuhnya efektif mendongkrak elektabilitas kandidat tertentu. Mereka (juru kampanye) memang populer, tapi ingat Bali itu punya spesifikasi dan keunikan tersendiri," paparnya.
Justru dia menyayangkan kedua pasangan kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Bali tidak mengoptimalkan tokoh-tokoh lokal yang memiliki pengaruh luas selama masa kampanye pilkada. Tokoh-tokoh lokal berpengaruh, seperti 'penglingsir' puri, sebut dia, menjadi panutan bagi masyarakat Bali. "Apalagi masyarakat Bali itu sejak awal sudah punya pilihan. Kalau pun ada Jokowi atau menteri yang datang berkampanye, tentu bukan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan sikap politik masyarakat," ujarnya.
Bahkan, Satrya memandang tokoh-tokoh lokal yang berpengaruh di Bali ucapannya dianggap sebagai 'kalimat sakti', seperti halnya ucapan Sri Sultan Hamengku Buwono kepada masyarakat Yogyakarta.
Selain Jokowi, terdapat Megawati Soekarnoputri yang membantu kampanye pasangan Cagub dan Cawagub Bali dari PDIP Anak Agung Ngurah Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan. Jokowi menjadi juru kampanye Puspayoga-Sukrawan dengan menjadi saksi pernikahan massal komunitas Muslim dan melepas peserta jalan sehat di Denpasar serta 'blusukan' ke pasar tradisional di Tabanan.

Sumber :
republika.co.id

Jokowi Tetap Menjadi Maharaja Survei

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjadi tokoh paling potensial sebagai kandidat alternatif di 2014. Hasil itu dirilis oleh Pol Tracking Institute terhadap tokoh-tokoh yang berhasil memimpin daerahnya.
"Kejenuhan publik terhadap tokoh-tokoh lama yang kembali membidik Pemilu 2014 juga mendorong munculnya tokoh-tokoh alternatif yang menjanjikan tapi belum diwacanakan," kata Direktur Eksekutif Pol Tracking Hanta Yudha dalam jumpa pers di Hotel Morrissey, Jakarta, Minggu (5/5/2013).
Survei dilaksanakan Januari s/d April 2013 melalui metode dan melibatkan opinion leaders seperti akademisi, pakar daerah, politisi senior, tokoh mahasiswa, jurnalis, pimpinan LSM, tokoh budaya dan pengamat politik. Proses penjaringan kandidat dimulai tokoh yang memimpin daerah periode lima tahun.
"Aspek yang dinilai, integritas, gagasan, visioner, leadership skill, pengalaman prestatif, keberanian ambil keputusan, komunikasi publik, aspiratif dan responsif, penerimaan publik dan  penerimaan partai," katanya.
Dari 10 aspek yang dinilai maka Jokowi menempati posisi tertinggi dengan nilai 82,54, disusul oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini (76,33); Fadel Muhammad (70,38); Syahrul Yasin Limpo (70,31); Isran Noor (70,14); Gamawan Fauzi (70,00).
"Enam tokoh dengan bobot nilai tertinggi secara berurutan. Keenam nama ini diniali paling direkomendasikan," kata Hanta.
Ia mengatakan Jokowi dan Tri Rismaharini unggul dihampir semua aspek. Sedangkan, Fadel Muhammad, Syahrul Yasin Limpo dan Isran Noor memiliki keunggulan di berbagai aspek diantaranya visioner, intelektualitas, leadership skill, keberanian mengambil keputusan, responsif dan skill komunikasi politik.
Hanta mengatakan skor figur tersebut dipengaruhi oleh akses dan kiprah mereka di level nasional. Contohnya, Jokowi berangkat dari Solo dan menjadi Gubernur DKI. Lalu Tri Rismaharini selain walikota Surabaya juga menjabat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Pemerintah Kota se-Indonesia (APEKSI).
"Artinya para tokoh dari daerah selain berprestasi memimpin daerah juga terbukti kemampuan leadershipnya di level nasinoal," ujarnya.
Karena itu, kata Hanta, untuk mendorong munculnya tokoh-tokoh daerah yang potensial sebagai kandidat alternatif, maka partai politi perlu didorong untuk menyelanggarakan konvensi kandidasi presiden.
"Figur alternatif berkualitas sangat diperlukan agar publik dapat menikmati menu terbaik dari pegelaran hajatan demokrasi lima tahunan," tukasnya.


Jokowi Ternyata Orangnya Sangat Baik dan Ramah

Hari ini ribuan simpatisan PDI Perjuangan (PDIP) memenuhi Museum Bajra Sandi atau Museum Perjuangan Rakyat Bali, lapangan Renon, Denpasar untuk mengikuti jalan sehat dalam rangka kampanye Pilkada Gubernur Bali 2013. Masa simpatisan PDIP yang hadir diperkirakan sekitar 10 ribu orang memadati kawasan lapangan Renon, yang saat ini memberlakukan Car Free Day.
"Saya berharap acara berjalan dengan lancar tanpa kerusuhan. Kami masyarakat hanya menginginkan yang terbaik untuk Bali sajalah. Nggak usah ribut-ribut antar pendukung," kata Kadek Hartawan, peserta jalan sehat, Denpasar, Minggu (5/5/2013).
Acara yang digelar tim sukses Pasangan Paket Puspayoga - Sukrawan dengan nomor urut 1 ini dimeriahkan dengan kedatangan juru kampanye nasional seperti gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Edo Kondologit dan Maruarar Sirait. Saat Jokowi tampil di panggung untuk mengundi nomor undian berhadiah, masa sangat antusias menunggu sang maskot PDIP yang sedang menempati "top of the top" bursa calon presiden 2014.
"Wah saya ke sini pengen lihat langsung Pak Jokowi. Biar tidak hanya lihat di TV aja. Tadi saya juga sempat berjabat tangan dengan Pak Jokowi, ternyata orangnya sangat baik dan ramah," kata Ketut Diana Wati salah satu simpatisan PDIP.
Acara dimeriahkan juga oleh hiburan artis lokal dan nyanyian lagu-lagu Bali sehingga suasana gegap gempita menyelimutu lapangan Renon.

Pekik "Calon Presiden Masa Depan" untuk Jokowi

Ribuan warga Bali berebut menyalami dan foto bareng Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang menghadiri kampanye terbuka pasangan calon gubernur Bali besutan PDI Perjuangan (PDIP) AA Nugrah Puspayoga - Dewa Nyoman Sukrawan di Lapangan Renon, Denpasar, Minggu (5/5/2013).
Jokowi benar-benar memukau puluhan ribu warga Bali yang mengikuti jalan santai. Sejak dari garis start hingga memasuki garis finish, Jokowi selalu dikerumuni warga yang menyalami dan minta foto bersama.
Puluhan anggota keamanan PDIP terlihat kewalahan mengawal Jokowi yang demen blusukan ini. Saat memasuki garis finish terdengar pekikan "Calon Presiden masa depan" dari pengagum berat Jokowi.
Selama dua hari di Bali, Jokowi selalu membuat kehebohan di tempat yang dikunjunginya. Pada Sabtu (4/5/2013), saat Jokowi menghadiri acara nikah massal di Lapangan Pegok, Sesetan, Denpasar, ratusan warga dan puluhan pasangan pengantin nikah massal juga berebut bersalaman dan foto bareng Jokowi.
Jokowi berada di Bali untuk menjadi juru kampanye pasangan calon gubernur-wakil gubernur Bali besutan PDIP, AA Ngurah Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan. Usai kampanye terbuka di Lapangan Renon Denpasar, Jokowi berencana menemui warga di Pasar Beringkit, Mengwi, Badung.

Jokowi Pikat Warga Bali Dengan Baju Kotak Kotaknya

Kesederhanaan gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi),  ternyata juga dikagumi oleh warga Bali. Kekaguman warga Bali ini ditunjukkan dengan  berebutmenyalami Jokowi.
Menggunakan kemeja kotak-kotak khasnya, Jokowi melayani warga yang berebutan berjabat tangannya di Lapangan Renon Denpasar, Minggu (5/5/2013). Senyum sumringah terus berkembang di bibirnya.
Saat orasi di atas panggung, Jokowi mengajak ribuan warga Bali untuk memilih kader dari PDI-P nomor urut satu Puspayoga - Sukrawan. Menurut Jokowi, sosok Puspayoga juga pemimpin yang suka turun ke bawah.
"Saya tahu betul siapa beliau. Kalau menurut saya, beliau sangat dekat dengan rakyat, dekat dengan masyarakat. Kalau pengin kotanya baik, Provinsinya baik, harus pilih pemimpin yang bersih dan jujur," kata Jokowi yang disambut tepuk tangan warga.
"Dan itu saya lihat ada di Pak Puspayoga. Yang pertama jujur dan bersih, yang kedua mau mendengar masyarakat, mau memperhatikan masyarakat, mau turun ke bawah," imbuhnya.
Usai menyampaikan orasi singkatnya, Jokowi kemudian memimpin puluhan ribu warga untuk jalan santai mengelilingi kawasan niti mandala Renon, Denpasar.

 
Sumber :
regional.kompas.com

Jokowi Tak Berprestasi di Jakarta Karena PDIP

Belum menunjukkan prestasi sebagai seorang Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo selalu direpoti dan dipusingkan oleh PDI Perjuangan.
"Saya kasihan sama Jokowi, karena kepemimpinannya belum tampak menunjukan keberhasilannya, tetapi (selalu) direcohi oleh partai (PDIP) sebagai jurkam (juru kampanye) calon kada (kepala daerah) lain," ujar pengamat hukum universitas islam Indonesia (UII) Yogyakarta Mudzakkir keapda INILAH.COM, Sabtu (4/5/2013).
Seperti yang diketahui Jokowi selalu dijadikan alat penarik perhatian pemilih di pilkada-pilkada daerah oleh PDIP, seperti pilkada Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan baru ini menjadi jurkam pada pilkada Bali.
Mudzakkir menambahkan, Jokowi bisa gagal dalam menjadi jurkam, karena dinilainya masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai pandai dalam memilih calon kepala daerah.
"Berpotensi gagal ganda, Jokowi bisa gagal (jadiJurkam), dan calon lain kena getahnya, gagal juga (jadi Gubernur)," tuturnya.
Dalam menjadi jurkam, Jokowi sudah beberapa kali gagal, seperti pada pilkada Jawa Barat yang dimenagi oleh kandidat dari partai keadilan sejahtera (PKS) Ahmad Heriawan, begitu juga pada pilkada Sumatera Utara kandidat PDIP Effendi Simbolon juga mengalami kekalahan.


Sumber :
nasional.inilah.com

Di Jabar dan Sumut Ga' Ngaruh, Kini Jokowi Dimanfaatkan Dimanfaatkan di Jateng & Bali

Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) sering dimanfaatkan menjadi juru kampanye bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur besutan PDI Perjuangan (PDIP). Sosok Jokowi yang merakyat seperti bisa menjadi magnet untuk menarik simpati warga.
Saat pemilihan gubernur Jawa Barat, Jokowi menjadi juru kampanye Rieke-Teten, begitu juga saat Pilgub Sumatera Utara, Jokowi berjuang untuk Effendi Simbolon dan Jumiran. Namun nasib berkata lain, dua pasangan itu dapat dengan mudah ditaklukkan oleh calon lain dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Meski begitu, PDIP sepertinya masih bermimpi kalau Jokowi memiliki pengaruh yang besar untuk meraup suara pemilih. Jokowi itu kini diangkat kembali untuk kampanye pasangan Ganjar-Heru di Jawa Tengah, serta pasangan Puspayoga-Sukrawan di Bali.
"Meskipun Rieke dan Effendi kalah bukan berarti Jokowi tidak punya pengaruh. Belum tentu perolehan suara Rieke dan Effendi bisa sebesar itu tanpa keikutsertaan Jokowi," kata pengamat politik dari Sinergi Masyarakat (Sigma) Said Salahudin, Minggu (5/5/2013).
Menurut Said, memang tidak ada kepastian jika calon calon besutan PDIP di daerah yang 'dipromosikan' oleh Jokowi dapat memenangi Pilkada. Namun kehadiran Jokowi banyak membantu masyarakat untuk memilih calon yang didukung Jokowi.
"Masyarakat sudah pada pintar, sekalipun Jokowi menjadi motor penggerak perorelah suara pilkada, tapi tetap saja yang dipilih bukan Jokowi, jadi Jokowi sifatnya hanya membantu," tuturnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, keberhasilan pilkada sangat bergantung pada kualitas calon itu sendiri. Jika memang calon itu disukai rakyat, ditambah dengan kehadiran Jokowi maka dipastikan calon itu dapat menenangi pilkada dengan mudah.
"Semua terpulang pada calon masing-masing. Nilai Jokowi sebagai peraup suara berbeda dengan Jokowi saat di pilkada DKI Jakarta pada waktu yang lalu. Meskipun tidak dapat dipungkiri, kehadiran Jokowi memberikan pengaruh positif, tapi tetap saja kualitas calon jauh lebih penting," tutupnya.




Mudzakkir:Korbankan Jokowi, Bukti PDIP Gagal Kaderisasi

Kepopuleran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sering dimanfaatkan untuk mendongkrak suara dalam kampanye Calon Gubernur besutan PDI Perjuangan (PDIP).PDIP dinilai telah mengorbankan sosok Jokowi demi kepentingan partainya.
"Karena kader lain kurang mumpuni maka Jokowi dikorbankan untuk mendukung kampanye kader kader yang lain besutan PDIP dalam pemilihan gubernur," ujar pengamat hukum dari Unversitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Mudzakkir, Sabtu (4/5/2013).
Popularitas yang diperoleh Jokowi dimulai dari langkahnya maju dalam Pilgub DKI Jakarta. Setelah berhasil mengalahkan pasangan petahana Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli, popularitas Jokowi terus menanjak seiring gebrakan-gebrakan yang dibuatnya bersama wakil gubernur Basuki T Purnama (Ahok).
Jokowi sudah tiga kali dilibatkan dalam pemilihan gubernur besutan PDIP. Dari semua pilkada yang telah dilakukan, semua calon besutan PDIP dikalahkan dengan sangat mudah oleh calon-calon besutan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Jika tidak pernah menang, itu sebagai bukti bahwa rakyat semakin cerdas dan pinter, tidak mau dikelabui oleh partai politik. Rakyat tahu calon yang di usung PDIP tidak memiliki kapasitas sama dengan Jokowi," tambahnya.
Sebelumnya, Jokowi pernah dilibatkan dalam kampanye Rieke Diah Pitaloka - Teten Masduki pada pilkada Jawa Barat, diikuti pasangan Effendi Simbolon - Djumiran Abdi pada pilkada Sumater Utara. Terakhir, Jokowi juga dilibatkan dalam kampanye Ganjar Pranowo - Heru Sudjatmoko pada pilkada Jawa Tengah.
Kali ini Jokowi dilibatkan dalam kampanye pilkada Bali untuk pasangan besutan PDIP, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga - Dewa Nyoman Sukrawan.