Kamis, 10 April 2014

Ada Gerakan Memecah Belah Internal PDIP

Pasca pileg terus bergulir kampanye negatif terkait pencalonan Jokowi sebagai presiden. Kampanye negatif ini juga dilakukan dengan cara memecah belah internal PDIP agar tidak puas dengan Jokowi.
Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Politik Ari Dwipayana, Kamis (10/4/2014). Ia menegaskan, kampanye negatif yang dimaksud adalah, munculnya pemberitaan secara masif, menegaskan tak ada Jokowi efek dalam Pileg kemarin.
"Ada kampanye, skenarionya untuk memecah belah PDIP. Mendorong ketidakpuasan internal terhadap Jokowi. Menekankan, Jokowi tidak punya efek ke partai," ujarnya.

Jokowi Jamin PDI-P Tidak Bagi-bagi Kursi Menteri

Bakal calon presiden dari PDI Peruangan Joko Widodo mengatakan, sistem  pemerintahan di Indonesia adalah presidensial. Oleh sebab itu, Jokowi  menjamin kerja sama politik ala partainya tidak berujung pada bagi-bagi  kursi menteri.

PDIP Mulai Cari Cawapres untuk Jokowi

Meskipun menurut sumber internal di PDIP, wacana cawapres mengerucut ke Surya Paloh karena berbagai pertimbangan, tetapi secara resmi PDIP belum menetapkan calon wakil presiden pendamping Joko Widodo (Jokowi). Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait (Ara) mengakui adanya sejumlah nama di eksternal yang diwacanakan sebagai pendamping Jokowi di pilpres.
Nama yang mengemuka yakni Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Ketua KPK Abraham Samad, Mantan Ketua MK Mahfud MD, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla (JK).

Jokowi Persilahkan Relawan Bergerak Sendiri-sendiri

Sebelum Gubernur DKI, Joko Widodo dideklarasikan sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), sejumlah tim relawan telah dibentuk untuk mendukung kemenangan mantan Wali Kota Solo itu dalam pemilihan presiden (pilpres) mendatang.
Beberapa relawan di antaranya Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Sekretaris Nasional Jokowi (Seknas Jokowi), Pro Jokowi (Projo), Relawan Buruh Sahabat Jokowi dan lainnya.
Menghadapi pilpres yang akan digelar 9 Juli mendatang, Jokowi tidak berencana mengkonsolidasikan semua kekuatan tersebut.

Jokowi: Relawan Bara JP Orang-orang yang Tulus Bekerja

Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo mengapresiasi Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) yang terus mendukung Jokowi untuk maju menjadi calon presiden. Ia pun mendatangi markas Bara JP yang terletak di kawasan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Kamis (10/4/2014).
"Saya ingin mengundang balik beliau-beliau ini," ujar Jokowi seusai menemui tim Bara JP di posko Bara JP, semalam.
Jokowi mengatakan, ini adalah pertemuan pertamanya dengan tim relawan dari Bara JP. Meski baru pertama bertemu, Jokowi mengaku sudah lama mengetahui keberadaan Bara JP. Ia menilai,  relawan dari Bara JP merupakan relawan-relawan yang bekerja dengan tulus.

Jokowi Kurang Mahir Berkomunikasi Politik

Pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra menilai calon presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) tidak mahir melakukan komunikasi politik. Makanya, elektabilitas yang dimiliki Jokowi tidak memberi pengaruh besar pada perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif 9 April 2014.
Menurut Iswandi, Jokowi selama ini mengandalkan pencitraan melalui berbagai kegiatan yang diliput media dan sangat kurang melakukan komunikasi dengan rakyat.
"Blusukan hanya jadi ajang pencitraan. Datang hanya untuk salaman, photo-photo, basa-basi sebentar kemudian masuk televisi.

Bara JP Rangkul Kelompok Golput Dukung Jokowi

Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) akan merangkul golongan putih (golput) untuk menggunakan hak pilihnya mendukung calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Menurut Ketua Umum Bara JP, Sihol Manullang, kaum golput merupakan penentu kemenangan dalam pilpres yang akan digelar 9 April mendatang. Hal itu karena angka golput di Indonesia mencapai 40 persen dari jumlah pemilih.
"Kaum golput ini 40 persen. Jika angka pemilih saat ini sekitar 185 juta maka terdapat 75 juta kaum golput," kata Sihol kepada Jokowi yang menyambangi markas Bara JP di kawasan Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (10/4/2014) malam.

Seknas Jokowi Optimistis Bakal Menang di Pilpres

Sekretaris Nasional (Seknas) Jokowi (Joko Widodo), Helmy Fauzi mengatakan pihaknya akan bekerja maksimal lagi untuk memenangkan calon presiden Jokowi di Pemilu Presiden 2014. Sebab, kinerja tim pemenangan di pemilu legislatif belum mencapai target.
"Meskipun kemenangan PDI Perjuangan berdasarkan hasil quick count menggembirakan, namun tak urung hasil ini cukup mengagetkan kami karena di bawah perkiraan. Kami yakin raihan dalam pilpres akan jauh berbeda," kata Helmy, di Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Jokowi Mengaku Diperintah Mega Bangun Koalisi

Calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan, Joko Widodo seolah meluruskan kembali pernyataannya soal koalisi. Dia berpendapat, sistem presidensil tidak mengenal koalisi seperti yang diterapkan pemerintahan SBY.
"Tadi pagi di SMS pagi-pagi. Makin banyak pertemuan makin baik (koalisi)," ujar Jokowi di Balaikota, Jakarta Pusat, Kamis (10/4/2014).

Cawapres Jokowi Segera dideklarasikan

Calon presiden (capres) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, sejauh ini pihaknya masih terus membangun komunikasi untuk menentukan calon wakil presiden yang akan mendampinginya.
Namun, Gubernur DKI Jakarta itu memberikan sinyal akan segera mengumumkan pilihannya dalam waktu dekat.
"Belum masih dalam proses. Dalam waktu cepat ini moga-moga," ungkap Jokowi usai menyambangi markas Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) di kawasan Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (10/4/2014) malam.

PDIP Lemah dalam 'Counter Attack'

Perolehan suara PDI Perjuangan dalam sejumlah quick count jauh dari target yang dipatok. Deklarasi Joko Widodo (Jokowi) sebagai Capres PDIP dianggap kurang signifikan pengaruhnya terhadap Pemilu Legislatif.
Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Agung Suprio berpendapat, PDIP terlalu bersandar dan tergantung pada sosok Jokowi sehingga mesin partai berjalan kurang maksimal.
"Ini kesalahan strategi PDIP yang utama tim sukses Jokowi kurang mampu melakukan counter attack terhadap serangan negative campaign. Timsesnya tak mampu meluaskan wacana negative campaign sehingga serangan dari kompetitor hanya mengarah ke PDIP dan Jokowi," kata Agung kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Tak Miliki Uang dan Media, Jokowi Berharap pada Rakyat

Joko Widodo (Jokowi) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai calon presiden (capres) mengaku tak memiliki apapun sebagai modal dalam pertarungan di pemilihan presiden (pilpres) 2014.
Di antara para calon presiden yang akan bertarung, Jokowi, mengaku tak memiliki uang atau media yang dapat menunjangnya. Hal itu diakuinya saat menyambangi markas Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) di kawasan Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (10/4/2014) malam.

Hatta Tolak Komentar Tentang Cawapres Jokowi

Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa mengakui partainya sudah melakukan penjajakan koalisi bersama sejumlah parpol termasuk PDI Perjuangan. Tapi Hatta belum mau berbicara soal kansnya menjadi cawapres mendampingi Joko Widodo.
"Nanti saja soal itu. Saya tidak mau berandai-andai," kata Hatta di Hotel Kempinski, Kamis (10/4/2014) malam.

Jokowi Tak Setuju Pesawat Kepresidenan

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) menanggapi pembelian pesawat kepresidenan jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2), seharga Rp 840 miliar. Menurut Jokowi , anggaran sebesar itu masih bisa untuk menutupi kebutuhan mendasar di negara ini.
"Masih banyak kebutuhan yang mendasar. Salah satu kebutuhan mendasar negara kita adalah pendidikan dan kesehatan. Itu yang harus dipenuhi," kata Jokowi .
Hal itu dikatakan Jokowi saat menyambangi Markas Besar Barisan Relawan Jokowi Presiden (Mabes Bara JP), di Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (10/4/2014).

Malam Hari, Jokowi Sambangi Markas Bara JP

Usai menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo (Jokowi) menyambangi markas Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) di kawasan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (10/4) malam.
Ratusan warga sekitar dan relawan yang telah menantinya sejak sore hari langsung menyambut Jokowi, sapaan Joko Widodo yang tiba sekitar pukul 20.45 WIB dengan menggunakan mobil Toyota Innova hitam B 1124 BH.
Para relawan dan warga yang sebagian besar kaum ibu itu terus berteriak "Jokowi Presiden!!!" "Hidup Jokowi" atau "Aku Rapopo".

Ada Upaya Mendowngrade Jokowi untuk Memecah PDIP

Perolehan suara PDIP dalam pemilihan legislatif, Rabu (9/4) memang di bawah target. Alih-alih mendapat 27 persen, berdasarkan hasil hitung cepat partai banteng moncong putih ini hanya meraup 19,72  persen (hitung cepat Lingkaran Survey Indonesia). Nah, kini banyak pihak yang menganggap bahwa Jokowi tak punya efek untuk mendongkrak suara PDIP.
Berbagai berita yang menghiasi media pun menekankan tak ada perubahan signifikan setelah Jokowi diumumkan sebagai capres. Menanggapi pemberitaan yang masif itu pengamat Politik Ari Dwipayana menilai saat ini ada gerakan kampanye negatif yang ingin men-downgrade sosok capres Jokowi.

Wujud Loyalitas Seknas Jokowi, Kawal Pileg Hingga Monitoring Media

Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi telah melakukan berbagai hal untuk mengawal Pileg serta hal lainnya pasca diumumkannya Gubernur DKI itu sebagai capres dari PDIP. Beberapa diantaranya telah dilakukan, seperti pemantauan hasil Pileg 2014 dan monitoring media. Hal tersebut dianggap sebagai wujud dukungan penuh Seknas kepada Jokowi sebagai Capres PDIP.
"Kami bekerjasama dengan para caleg PDIP untuk mengawal proses penghitungan suara, dan beberapa hal lainnya pasca Pileg yang telah diadakan," ujar Sekjen Seknas Jokowi, Dono Prasetyo dalam jumpa pers yang diadakan di kantor Seknas Jokowi, Jalan Dharmawangsa 35, Kebayoran Baru, Jaksel, Kamis (10/4/2014).

Serangan M Sanusi Gerindra untuk Jokowi

Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta, Mohammad Sanusi, mengungkapkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kini memiliki tiga ketakutan.
"Takut kalah dalam capres. Takut kehilangan jabatan Gubernur, dan takut mandatnya dicabut Mega," ujar Sanusi di Balai Kota, Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Ucapan Sanusi yang merupakan anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta tersebut berdasarkan fakta yang ada, bahwa Jokowi hingga kini belum juga mundur sebagai Gubernur, meski Pileg telah selesai.

Sekarang Jokowi Dinilai Jadi 'Musuh Media' Milik Calon Seteru

Selain karena kurangnya kesungguhan elite PDI Perjuangan (PDIP) mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres, masalah lain yang menyebabkan perolehan suara partai berlambang moncong putih itu tak mencapai target 27 persen, sebab kurangnya publikasi media.
Hal itu dikatakan Pengamat Politik LIPI Ikrar Nusa Bakti. Padahal, Ikrar melanjutkan, saat ini media massa merupakan alat vital untuk melakukan kampanye politik. Apalagi, saat ini Jokowi sudah tidak menjadi media darling.

Jokowi yang Akan Tunjuk Pendampingnya Dalam Pilpres

Calon wakil presiden yang akan diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan ditentukan sendiri oleh Joko Widodo (Jokowi). "Jadi kami belum ada keputusan siapa pasangan Jokowi," kata Ketua DPP PDIP, Effendi Simbolon, Kamis (10/4), Jakarta.
Menurut Effendi, hal itu merupakan bukti bahwa Gubernur DKI Jakarta itu bukan sosok yang mudah didikte seperti apa yang dikataka  banyak orang. Jokowi mencari pendamping yang sesuai dengan ideologi UUD 1945.

Kalau Hanya 'Head to Head' Jokowi-Prabowo Kurang Seru

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti memprediksi, hanya akan ada tiga calon presiden yang maju dalam Pemilu Presiden mendatang. Mereka adalah Joko Widodo alias Jokowi dari PDI Perjuangan, Aburizal Bakrie alias Ical dari Partai Golkar, dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra.
“Mudah-mudahan tiga itu yang maju. Kalau hanya dua saja head to head antara Jokowi dan Prabowo kurang seru. Lebih seru kalau ada tiga pasangan,” kata Ikrar di Media Centre LIPI di Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Pengamat: Ada 'Orang Dalam' yang tak Ingin Jokowi Naik Daun

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menengarai ada 'orang dalam' yang tidak menginginkan Jokowi menjadi calon presiden di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Indria menyebutkan, orang-orang inilah yang menyebabkan mesin partai tidak jalan sehingga target perolehan suara Pemilu 2014 tidak terpenuhi. Seperti diberitakan, PDIP menargetkan memperoleh sebanyak 27 persen suara dalam Pemilu Legislatif 2014, namunternyata hanya dapat 19 persen. Dengan 19 persen, PDIP tetapmemperoleh suara terbesar.

Meski Dilarang Iklan, Pengaruh Jokowi Dongkrak Suara PDIP Tinggi

Meski Joko Widodo (Jokowi) dilarang iklan atau diblok di berbagai televisi swasta di Indonesia, namun pengaruhnya terhadap suara PDI Perjuangan di Pemilu Legislatif tetap tinggi.
"Mau iklan di website saja itu sulit. Karena saya baca di media itu, Jokowi tidak boleh beriklan," kata Ganjar Pranowo Gubernur Jateng yang juga jurkamnas PDIP,  Kamis (10/4/2014).
Menurutnya, Jokowi Effect itu memiliki pengaruh yang luar bisa.

Tamil Selvan : Jokowi Haus Kekuasaan

Pernyataan bakal calon Presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo yang menegaskan pencapresan dirinya tidak bisa diganggu gugat, dinilai sebagai tanda Gubernur DKI Jakarta itu mulai haus kekuasaan.
Pemerhati sosial dan politik dari Universitas Mercu Buana, Tamil Selvan mengatakan hasil hitung cepat yang menunjukkan PDIP hanya mendapat 19 persen perlu dicerna lebih dalam.
Menurutnya meski PDIP berada dalam posisi tertinggi, namun kenaikannya tidak signifikan seperti Gerindra dan PKB.

Duet Jokowi-Wiranto Ramai di Media Sosial

Meskipun di dunia nyata telah santer beredar Joko Widodo (Jokowi) - Surya Paloh, tetapi di Jagat media sosial Twitter diramaikan oleh duet Jokowi dan Wiranto untuk Pilpres 2014. Dengan hashtag #jokowiranto, menjadi trending topik dunia di media kicauan.
Pro dan kontra pengguna Twitter pun muncul menanggapi duet ini. Banyak yang setuju, banyak juga yang mencibir duet tersebut.
"apa kata dunia #jokowiranto," tulis pemiluk akun twitter @chinitaxxx3 beberapa menit lalu, Kamis (10/4/2014).

Sitompul Yakin Jokowi-Pramono Edhie Bisa TKO Prabowo

Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul tak khawatir partainya hanya mendapat 10 persen suara. Dengan perolehan suara itu, Demokrat bisa mencalonkan wakil presiden.
"Kami sekitar 10 persen, ada 3 pasang. Jokowi, ARB, dan Prabowo. Siapa tiga-tiga wapresnya? Belum tahu kan?" ujar Ruhut saat dihubungi, Kamis (10/4/2014).

PDIP Akui Jokowi Effect Tersendat Saat Pileg

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Effendi Simbolon, mengakui Jokowi effect sedikit tersendat saat pemilu legislatif 9 April kemarin. Alhasil, suara PDIP hanya 19 persen.
Effendi mengatakan tersendatnya Jokowi effect disebabkan banyak kader PDIP yang sibuk dengan kepentingan kampanyenya masing-masing sebagai caleg PDIP di berbagai daerah.
"Mungkin saat ini agak tersendat. Semua pihak sibuk kepentingan kampanye individu. Tapi yakinlah, satu dua minggu kedepan setelah ada hasil KPU, akan balik ke Jokowi," kata Effendi di Galeri Cafe TIM, Kamis (10/4/2014).

Jokowi Tak Beri Efek Positif ke Pasar Modal

Pengamat pasar saham, Reza Priyambada, menilai pencapresan Joko Widodo atau akrab disebut Jokowi tak berpengaruh positif terhadap pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sempat menguat pesat ketika Jokowi mendeklarasikan untuk maju menjadi presiden, namun, kenaikan itu lebih karena fundamental ekonomi Indonesia yang membaik.

Demokrat Akui "Jokowi Effect" Pengaruhi Suara PDIP

Partai Demokrat menilai meningkatnya perolehan suara PDI Perjuangan (PDIP) dipengaruhi effect Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres).
Penilaian itu disampaikan Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Marzuki Alie, dalam diskusi pesan kunci dengan tema "What's Next, Indonesia", di Cikini, Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Selain Jokowi, kata Marzuki, pengaruh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri juga menjadi salah satu meningkatnya suara partai berlambang banteng moncong putih itu.

PDIP Disebut Sudah Kantongi Nama Cawapres Jokowi

Wasekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku, nama bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk disandingkan dengan Joko Widodo (Jokowi) sudah masuk dan dipegang oleh elite partai itu.
"Tapi masih pembahasan-pembahasan. Tentu saja dialog terus dilakukan, bagaimana gambaran kebangsaan ke depan," kata Hasto di Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Hindari Kesan Ambisius, Jokowi Disarankan Lepas Jabatan Gubernur

Gubernur DKI Jakarta Jokowi disarankan mundur dari jabatannya sebagai orang nomor satu Jakarta karena hendak maju sebagai calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing, berpendapat sebaiknya Jokowi mundur dari jabatannya supaya publik tahu bahwa Jokowi tidak gambling atau bermain-main dalam pencapresan dirinya.
Seandainya tidak mundur sebagai Gubernur, diprediksi akan memicu spekulasi bahwa Jokowi ambisius dalam mengejar jabatan. "Sebaiknya Jokowi mundur dari Gubernur DKI Jakarta. Saya sarankan demikian," ujar Emrus kepada wartawan, Kamis (10/4/2014).

Simbolon: Tak Masalah Jika Jokowi Dihadang 'Satria Bergitar'

Ketua DPP Partai Demokrasi Perjuangan  Indonesia (PDIP) Effendi Simbolon mengungkapkan, memang tidak ada faktor 'Jokowi Effect' untuk membuat PDIP menjadi pemenang dalam pesta demokrasi tanggal 9 April 2014.
"Saat rakernas, kami tidak pernah berpikir bahwa akan ada faktor-faktor yang muncul saat Megawati memberikan mandat kepada Gubernur Jakarta itu," kata Simbolon di Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Jokowi: PDIP Sudah Juara Satu, Kok Masih Ribut Aja

Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dua faktor yang membuat partainya tidak mencapai target 27 persen dalam Pemilihan Umum Legislatif (Pileg). Menurutnya, faktor utama adalah peran calon legislatif (Caleg) kurang maksimal.
"Calegnya sendiri. Artinya caleg harus bisa menjual. Menjual produknya, itu macam-macam produknya. Misalnya dirinya sendiri, programnya, mungkin capresnya (saya) bisa saja. Itu marketing politik yang harus dilakukan di darat," ungkapnya di depan Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Jokowi Malah Diserang Saat Pileg

Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo mengaku malah dirinya yang diserang, padahal belum masuk ke Pemilihan Presiden (Pilpres).
"Kamu enggak bisa bedakan mana Pileg mana Pilpres. Karena apa? Waktu tarung Pileg kemarin yang diserang saya, capresnya. Padahal seharusnya tidak seperti itu," ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi di depan pagar Balai Kota, Jakarta, Kamis (10/4/2014).

PDIP Diprediksi Bakal Gandeng Partai Islam

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio memerkirakan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bakal menggandeng partai berbasis massa islam untuk berkoalisi dalam pilpres Juli mendatang.
Dia menduga, PDIP tidak akan berkaolisi dengan Golkar, Gerindra, atau pun Demokrat.

Target Meleset, Jokowi Nilai Caleg Kurang Menjual

Bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo menilai melesetnya target 27,05 persen dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) tidak lepas dari kerja keras calon legislatif di bawah.
"Artinya caleg harus bisa menjual. Menjual produknya, itu macam-macam produknya," ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi ini di depan Balai Kota, Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Jokowi menjelaskan, seorang Caleg seharusnya memiliki kemampuan bersaing dan memiliki modal marketing politik yang baik, yang digunakan untuk merebut suara di setiap daerah pemilihan (dapil) nya.

'Jokowi Effect Gak Ngefek'? Coba Kalau Capresnya Bukan Jokowi

Pendapat sejumlah pengamat bahwa faktor Joko Widodo tidak memberikan efek terhadap hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2014 dianggap tidak tepat oleh pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego.
Faktor yang dikenal sebagai 'Jokowi effect' sangat penting terhadap perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). "Karena ada Jokowi maka PDIP bisa dapat suara 19 persen lebih, coba kalau PDIP menetapkan capres yang lain atau belum menetapkan capresnya, kemungkinannya hanya mendapatkan suara kurang dari 15 persen," kata Indria Samego kepada Tribunnews.com, Kamis (10/4/2014).

Dianggap Suci, PDIP Terlalu Bergantung Sosok Jokowi

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dianggap terlalu menggantungkan pemilu legislatif (pileg) pada sosok bakal calon Presidennya, Joko Widodo, yang dianggap suci.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio, mengatakan strategi PDIP dan tim sukses Joko Widodo (Jokowi) banyak melakukan kesalahan jelang pileg.
"Tim sukses Jokowi cenderung bertahan dengan bersandar pada sosok Jokowi yang dianggap suci. Padahal sosok Jokowi itu juga sudah mulai diserang sehingga sandarannya mulai rapuh," papar Agung lewat pesan singkatnya, Kamis (10/4/2014).

PDIP Diuntungkan Jika Berkoalisi dengan NasDem

PDI Perjuangan (PDIP) gagal memenuhi target meraih 27% suara nasional disebabkan minimnya iklan yang menonjolkan sosok Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) selaku capres.
Deklarasi Jokowi sebagai capres diumumkan tiga pekan sebelum pileg digelar, iklan yang diadakan tiga hari sebelum hari H.
"Dan kita tahu dalam kampanye pileg ini PDIP tidak pernah menonjolkan capresnya," kata pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti, di Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Jokowi Minta Camat-Lurah Jelaskan Kenaikan PBB

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) meminta camat dan lurah memberi penjelasan kepada warganya masing-masing terkait naiknya nilai Pajak Bumi dan Bangunan. "Tentang PBB Pedesaan dan Perkotaan, saya ingin bapak-ibu camat dan lurah beri penjelasan ke warga kalau ada yang keberatan karena naik," katanya ketika memberi pengarahan di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Kamis 10 April 2014.
Jokowi mengatakan kembali bahwa kenaikan PBB karena nilai jual obyek pajak yang disesuaikan dengan harga pasar. Selama ini selisih nilai NJOP dengan harga pasar dianggap terlalu jauh.

PDIP Tentu Saja Kalah, Sebab Jual Puan Bukan Jual Jokowi!

Sejumlah pengamat politik menilai kegagalan Joko Widodo (Jokowi) mendongrak suara PDI Perjuangan (PDIP) karena kekeliruan strategi komunikasi politik yang dilakukan. Iklan-iklan yang dilakukan PDIP misalnya, lebih menonjolkan sosok Puan Maharani ketimbang Jokowi sebagai capres. 
"Lihat saja iklan-iklan PDI Perjuangan, justru bukan figur Jokowi yang dijual," kata DIrektur Ekskutif Political Communication (Polcomm) Institute ini, Heri Budianto, Kamis (10/4/2014).

PDIP-NASDEM Siapkan Koalisi Mega Surya

Sekjen PDIP dan Ketum NasDem Surya Paloh menggelar pertemuan pagi ini di Kantor DPP NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat. Pertemuan ini dalam rangka penjajakan koalisi 'Mega Surya'.
"Pagi ini Mas Tjahjo datang ke kantor NasDem, silaturahmi," kata Sekjen NasDem Patrice Rio Capella saat berbincang dengan detikcom, Kamis (10/4/2014).
Rio tak menepis ada proses penjajakan koalisi di antara kedua parpol. Namun, dia mengatakan, belum ada kesepakatan di antara dua parpol. Meski demikian, sudah ada nama yang disiapkan jika koalisi PDIP-NasDem jadi terbentuk.

Datangi Balaikota, Dua Warga Serahkan Surat Minta Jokowi Mundur

Sebagai wujud kekecewaan terhadap pencalonan diri Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres), dua warga Jakarta mendatangi Balai Kota DKI, Kamis (10/4/2014).

Gerindra Luar Biasa, “Jokowi Effect” Nggak Ngaruh!

Meski hasil penghitungan real count belum final, tapi setidaknya dari hasil penghitungan sementara quick count telah memperlihatkan tiga besar peraup suara pemilihan legislatif Pemilu 2014; PDI Perjuangan, Partai Golkar dan Partai Gerindra.
Kalaupun PDI Perjuangan sebagai partai lawas memenangi di urutan pertama, biasa. Begitupun dengan Partai Golkar yang juga sebagai lawas bertengger di urutan kedua, itu juga biasa.

Jokowi Tidak Ingin Dengar Lagi Anak Buahnya Tersangka

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menegaskan dirinya tidak ingin lagi ada anak buahnya tersangkut kasus hukum seperti yang dialami dua pejabat di lingkungan Dinas Perhubungan DKI terkait pengadaan bus TransJakarta dan BKTB.
"Contohnya bus, ini perlu menjadi Titik perhatian. Hati-hati uang APBD kita gede, saya akan proteksi Ibu Bapak terus terutama dinas-dinas yang pegang anggaran gede. Saya tidak mau dengar lagi ada yang menjadi tersangka," ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi di depan puluhan SKPD DKI di Balai Kota, Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Jokowi Kurang Mahir Lakukan Komunikasi Politik

Pengamat komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Iswandi Syahputra menilai Joko Widodo kurang mahir melakukan komunikasi politik sehingga efeknya kurang optimal terhadap perolehan suara PDI Perjuangan pada Pemilu Legislatif 2014.
"Jokowi lebih banyak mengandalkan pencitraan melalui berbagai kegiatan yang dipublikasi media, tapi belum maksimal dalam melakukan komunikasi langsung dengan rakyat," kata Iswandi Syahputra ketika dihubungi melalui telepon selulernya, Kamis (10/4/2014).

Ada Resistensi Internal PDIP Soal Pencapresan Jokowi

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai kurang maksimal menggerakkan mesin politik. Akibatnya, pencalonan Joko Widodo sebagai calon presiden dari PDIP tidak berpengaruh terhadap perolehan suara partai berlambang banteng moncong putih ini.
Menurut pengamat politik CSIS J Kristiadi, masih ada resistensi di internal PDIP terhadap pencapresan Jokowi. "Hal ini  menyebabkan PDIP dengan pencapresan Jokowi belum mampu meyakinkan masyarakat," kata Kristiadi saat dihubungi, Kamis (10/4/2014).

Prediksi Poros Koalisi

Hasil quick count Pemilu 2014 sudah secara gamblang menggambarkan kekuatan parpol saat ini. Diprediksi akan ada 3 poros koalisi di Pilpres 2014 mendatang.
Menurut pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, empat parpol terbesar yakni PDIP, Golkar, Gerindra, dan PD berpeluang memimpin koalisi. Faktor penentu koalisi kedua adalah elektabilitas tiga capres teratas yakni Jokowi, Prabowo, Aburizal Bakrie (ARB).

Usai pileg, PDIP Jakarta fokus pencapresan Jokowi

Hitung cepat sejumlah lembaga survei menempatkan PDI Perjuangan (PDIP) sebagai pemenang Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2014. Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Boy Bernadi Sadikin mengucapkan, terima kasih kepada seluruh warga Jakarta yang telah menggunakan hak pilihnya. Terutama telah memberi kepercayaan kepada PDI Perjuangan.
"Kami berharap, agar semangat kawan-kawan tetap tinggi dan jangan lengah di PPS pada saat rekapitulasi. Semoga kita semua senantiasa menjaga jalannya perhitungan dan menjauhkan kecurangan agar suara rakyat yang telah diberikan kepada partai dapat diamankan dan dipertanggungjawabkan pada setiap level rekapitulasi," ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Strategi Sambung Hidup Jokowi dan PDIP Selanjutnya

Menang "tebal" dalam pemilihan legislatif merupakan harapan Joko Widodo (Jokowi). Bakal calon presiden PDI Perjuangan itu ingin parlemen menjadi pendukung program pemerintah, bukan malah menjadi ganjalan.
Dalam beberapa orasi kampanyenya, Jokowi berulang kali menegaskan bahwa yang terjadi jika PDI Perjuangan tidak menguasai parlemen adalah berakhir dengan praktik politik transaksional, lobi-lobi, yang pada ujung-ujungnya "main duit". Tetapi, pemahaman itu tampaknya tak sampai dengan baik di konstituen.

Terus Didesak Letakan Jabatan, Ini Jawaban Jokowi

Terkait adanya desakan mundur dari jabatan gubernur oleh Ketua Fraksi Gerindra di DPRD DKI Jakarta, calon presiden (Capres) PDIP Joko Widodo (Jokowi) mengaku masih menunggu keputusan dari DPP PDIP.
"Itu (mundur) masih dikaji oleh pakar hukum di pusat (DPP PDIP)," kata Jokowi Kamis (10/4/2014).
Oleh karena itu dirinya tak dapat memastikan kapan pakar hukum internal PDIP selesai melakukan analisis terhadap jabatannya.

Hotman Paris Peringati Jokowi Waspadai Ruhut Si Kutu Loncat

Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea begitu hafal rekam jejak Ruhut Sitompul dikancah politik. Hubungan keduanya yang sering memanas membuat Hotman memberi peringatan kepada partai pemenang akan kebiasaan Ruhut sebagai politikus kutu loncat.
Tersimpan di memori Hotman bagaimana dulu bekas rekan seprofesinya itu begitu menyanjung Partai Golkar, dan selalu menempel kemana pun Akbar Tandjung pergi. Berjalan waktu, saat Golkar terpuruk Ruhut pun berpindah ke lain hati. Partai Demokrat menjadi pelabuhan berikutnya.