Pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dengan Duta Besar Amerika Serikat Robert O Blake, Senin (14/4/2014), tidak ayal menimbulkan banyak takwil politis dari sejumlah pihak.
Pasalnya, pertemuan di kediaman pengusaha Jacob Soetoyo, Jalan Sircon, Permata Hijau, Jakarta Selatan, itu digelar saat Jokowi sudah didaulat sebagai bakal calon presiden usungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Sejumlah pihak yang mengkritisi pertemuan itu menuding, Jokowi bakal tunduk kepada kepentingan asing jika menang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014.
Namun, penafsiran negatif atas pertemuan tersebut disanggah oleh anggota Tim Pakar Seknas Jokowi, Eva Kusuma Sundari.
"Pertemuan itu sangat biasa dalam dunia diplomasi. Apalagi, minat diplomat asing untuk mengenal Jokowi sebagai pribadi sangat tinggi sejak dia mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta," kata Eva Kusuma Sundari, Selasa (15/4/2014).
Politikus PDIP ini juga mengatakan, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan Jokowi bakal tunduk kepada perintah negara asing seperti AS, kalau nantinya terpilih menjadi presiden.
"Sikap dan kebijakan luar negeri Jokowi sama seperti Ibu Megawati Soekarnoputri maupun Bung Karno, yakni bebas aktif. Itu adalah garis partai yang tak boleh dilanggar," tegasnya.
Menurut Eva, Jokowi betul-betul memahami bahwa Indonesia di bawah kekuasaan Bung Karno sangat disegani sebagai pihak yang tidak mau disetir oleh negara asing.
"Jadi, jangan mengkhawatirkan pertemuan dengan Dubes AS itu sebagai pertanda bahwa Jokowi bertekuk lutut dengan kekuatan asing," tandasnya.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar