Sabtu, 14 Desember 2013

Jokowi Kembalikan 'Gratifikasi' Sepatu

Sosok Joko Widodo (52) sepertinya tak mau direpotkan dengan urusan gratifikasi. Ini ia dibuktikan ketika presenter cantik, Mata Najwa, bagi-bagi sepatu kepada narasumber acara 'Mata Najwa on Campus' di Auditorium UNS, Solo, Sabtu (14/12/2013) petang.
Najwa membagi sepatu buatan dalam negeri bermerek 'JK Collection'. Narasumber dialog bertajuk Pemimpin Inspiratif dijatah satu stel sepatu. Mantan Wapres Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, langsung memakai sepatu yang sudah disesuaikan ukuran masing-masing.

Demi Indonesia, Jakarta Harus Relakan Jokowi Nyapres

Menjelang pemilu 2014 yang akan datang, muncul nama-nama yang akan dicalonkan sebagai presiden oleh partai. Salah satunya, Joko Widodo (Jokowi) yang unggul di berbagai survei. Meski tidak pernah berkampanye dan mencalonkan diri, popularitas dan elektabilitas milik mantan wali kota Solo ini kian menanjak.
Pengamat senior Arbi Sanit mengungkapkan, Jokowi telah membuktikan hasil kinerjanya selama menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Jika maju sebagai capres, maka Jakarta harus rela ditinggal Jokowi demi memperbaiki bangsa ini yang di ambang kehancuran, seperti kasus korupsi.

Pengamat: Sosok Paling Rasional Hanya Jokowi

Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit menilai sosok Joko Widodo (Jokowi) sudah sangat layak untuk maju sebagai calon presiden.
"Yang saya lihat rasional hanya Jokowi," ujar Arbi di Galeri Cafe Cikini, Jakarta, Sabtu (14/12/2013).
Arbi menjelaskan, sosok Jokowi memenuhi dua syarat sebagai capres. Pertama, dari sisi popularitas Jokowi sudah dibuktikan melalui beberapa lembaga survei yang selama ini menyoroti nama-nama yang layak maju capres.

Jokowi Akui Sulit Cari Lahan untuk Relokasi Warga Pinggiran Rel KA

Warga yang bermukim di pinggiran rel kereta api hingga saat ini belum juga dipindahkan. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengakui kendala terbesar upaya pemindahan itu karena sulitnya mencari lahan untuk merelokasi mereka.
"Yang sulit mencari lahannya. Selain itu belum memiliki data jumlah warga yang tinggal di sana. Data itu penting untuk menaksir jumlah rumah susun yang harus disediakan," ujar Jokowi kepada wartawan di Solo, Sabtu (14/12/2013).

JK Idolakan Ganjar, Abraham Samad Idolakan Jokowi

Aula rektorat UNS, Sabtu (14/12/2013) sore kedatangan sejumlah tokoh kondang negeri ini, Jusuf Kalla, Joko Widodo (Jokowi), Abraham Samad, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Kelima tokoh tersebut berkumpul di aula kampus UNS untuk mengikuti acara program “Mata Najwa on Campus” yang digelar sebagai pamungkas dari tiga hari rangkaian acara. Dalam sesi dialog bersama Najwa, kelima tokoh tak henti-hentinya dibuat kebingungan saat menjawab pertanyaan sang presenter yang cerdik. Satu diantaranya saat kelimanya “dipaksa” untuk memilih mau jadi siapa di antara kelima tokoh yang ada di samping kiri kanannya dan apa yang akan dilakukan kemudian.

Jokowi Diminta Tutup Perlintasan KA yang Sudah Ber-Fly Over atau Underpass

Sejumlah pintu perlintasan kereta api di Jakarta masih dibuka untuk kendaraan meski di titik tersebut telah ada sarana jalan fly over atau underpass. Padahal semestinya setelah sarana jalan tersebut dibangun, pintu perlintasan KA harus ditutup.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) harus bersikap tegas terhadap pintu perlintasan KA di Jakarta yang masih dibuka mesti sudah ada fly over ataupun underpass.
"Itu seharusnya ditutup. Karena undang-undangnya mengatakan demikian, harus ditutup setelah dibangun flyover atau underpas.

Jokowi Bikin Fly Over, YLKI: Didik Masyarakat Juga Penting!

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berencana membangun flyover di seluruh pintu perlintasan kereta api di Jakarta untuk mencegah terulangnya Tragedi Bintaro II. Namun, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai keinginan Jokowi itu bukanlah solusi untuk mengurangi kecelakaan.
Menurut YLKI, yang terpenting adalah membangun kesadaran masyarakat berlalu-lintas.
"Memperbayak (membuat) fly over, perbaikan (pintu) perlintasan, saya kira itu bukan salah satu cara mengurangi kecelakaan," kata Ketua Harian YLKI Tulus Abadi dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (14/12/2013).