Sabtu, 03 Agustus 2013

Terlalu! Rhoma Irama Tak Peduli Popularitas Jokowi

Raja dangdut Rhoma Irama terus berupaya mengokohkan dirinya untuk maju memperebutkan kursi presiden dalam Pemilihan Presiden 2014.
Bahkan, ia tidak peduli dengan popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang dalam berbagai survei selalu ditempatkan sebagai tokoh paling populer menjadi calon presiden (capres).
Rhoma merasa tidak tersaingi karena, menurutnya, baik PDI-Perjuangan maupun Jokowi sendiri belum mendeklarasikan diri untuk maju sebagai RI-1.
"Beliau kan belum resmi jadi capres. Berbeda dengan saya yang memang sudah punya komitmen dengan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)," kata Rhoma, ketika dihubungi wartawan, di Jakarta, Sabtu (3/8/2013).
Rhoma mengatakan, ia bersama PKB belum memutuskan siapa yang akan mendampinginya untuk menjadi calon wakil presiden Indonesia. Pasalnya, menurut dia, PKB harus dapat memenangi 20 persen kursi legislatif di DPR dahulu baru bisa mencalonkan presiden.
Setelah itu, baru Rhoma bersama kader PKB lainnya memikirkan untuk memilih tokoh mana yang paling pantas mendampingi Rhoma memimpin Indonesia.
ketika ditanya, apakah Rhoma berminat untuk menjadikan Jokowi sebagai cawapresnya, ia mengaku belum memikirkan. "Saya belum sampai tahap ke situ," kata Rhoma.
Pelantun lagu "Begadang" itu disebut-sebut akan diusung sebagai capres dari PKB pada Pilpres 2014.
Walaupun belum ada pernyataan resmi dari PKB, tetapi sudah ada beberapa isyarat yang menandakan Rhoma mantap maju sebagai capres, seperti maraknya spanduk yang bergambar dirinya sedang menunggangi kuda dan bertuliskan "Partainya Kstaria Bergitar" sempat muncul di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.
Ia juga pernah bersosialisasi ke Kota Bandung melalui Safari Ramadhan Peringatan Nuzulul Quran PKB, yang ditengarai sebagai salah satu upaya sosialisasinya sebagai capres kepada masyarakat.

Sumber :
- kompas.com
- liputan6.com

Temui Jokowi-Prabowo, Hatta Melamar Cawapres?

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa tak menampik bahwa dirinya sudah melakukan komunikasi dengan beberapa tokoh politik yang mempunyai elektabilitas tinggi.
Pria yang menjabat Menteri Koordinator bidang Perekonomian itu mengaku sudah bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Kalau ketemu iya, sama Pak Jokowi dan Pak Prabowo," aku Hatta di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu, (3/8/2013)
Pertemuan ini pun melahirkan spekulasi. besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu dikabarkan tengah membangun komunikasi dan melakukan lobi untuk menjadi calon wakil presiden dengan Jokowi dan Prabowo.
Namun kabar ini dibantah Hatta. Sebelum ditanyakan mengenai subtansi pertemuan itu, ia buru-buru menegaskan bahwa pertemuan dengan kedua tokoh itu hanya sebatas silaturahami.
"Pertemuan itu biasa. Kalau saya bilang tidak bertemu, saya bohong. Saya tidak mau bohong bulan puasa. Saya tidak mau bicarakan apa isinya (hasil pertemuan itu-red)," katanya.
Bagaimana dengan rencana pendeklarasiannya sebagai calon presiden? Hatta mengaku belum mau terburu-buru melakukan hal itu. Baginya masih ada tugas yang lebih berat daripada mendeklarasikan diri, yakni bekerja sebaik mungkin agar bisa masuk tiga besar Pemiliu 2014. 

Sumber :
- jpnn.com
- liputan6.com

Amien Rais Minta Jokowi Sabar Tangani PKL Tanah Abang

Tiba-tiba saja mantan Ketua MPR, Amien Rais ikut memberi tanggapan tentang kekisruhan PKL di Tanah Abang, Jakpus yang susah diatur. Amien meminta gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) agar lebih bersabar menghadapi para pedagang.
"Pak Jokowi sebaiknya lebih bersabar menghadapi para PKL di Tanah Abang. Mereka ini tahu dinamika politik dan tahu peraturan, sehingga lebih susah," ujar Amien Rais di sela-sela acara pelepasan peserta mudik gratis PAN di komplek GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (3/8/2013).
Menurut ketua majelis pertimbangan partai PAN itu, Jokowi tidak bisa menyamakan PKL di Solo dengan di Tanah Abang. Jumlah PKL di Solo lebih sedikit, sehingga lebih mudah diatur.
"Solo kan PKL nya sedikit, jadi mudah diatur. Ya jangan disamakan lah," jelasnya.
Jokowi memang sedang dibuat repot oleh ulah para PKL Tanah Abang. Selama ini para pedagang menggunakan badan jalan untuk berjualan, sehingga menimbulkan kemacetan parah. Upaya relokasi sudah dilakukan, tapi masih ada beberapa penolakan. Jokowi memutuskan untuk merelokasi para PKL ke pasar Blok G usai lebaran.

Sumber :
detik.com

Jokowi Arogan

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Ramadhan Pohan gerah bila ada yang mengaitkan konvensi Demokrat dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). Dia meminta Jokowi untuk tidak terlalu ge-er (gede rasa) dengan menganggap Partai Demokrat membutuhkan Jokowi.
"Jokowi jangan terlalu arogan," kata Ramadhan Pohan ketika ditemui di Rumah Dinas Menteri Koperasi dan UKM, Syarifuddin Hasan, Jumat, (2/8/2013).
Pernyataan Jokowi yang dinilai arogan oleh Ramadhan adalah ketika Gubernur Jakarta ini meminta partai lain tidak melirik-lirik dia karena merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR ini, Demokrat bakal mendapatkan calon yang baik dan disukai oleh rakyat.
Ramadhan tak khawatir bila tokoh-tokoh yang bakal ikut konvensi mempunyai elektabilitas dan popularitas lebih rendah dibanding Jokowi. Dia yakin, elektabilitas peserta konvensi Partai Mercy itu lambat laun akan meningkat. "Contohnya Obama, dulu di awal survei kecil suaranya, tapi waktu pemilihan berhasil menjadi pemenang," ujar Ramadhan.
Konvensi Partai Demokrat digelar 1 Agustus 2013 sampai Mei 2014. Partai Demokrat telah menunjuk 18 anggota komite konvensi untuk mengundang dan menyeleksi sejumlah tokoh, baik dari internal maupun luar partai yang selama ini disebut-sebut bersedia maju menjadi capres dari Partai Demokrat.

Sumber :
tempo.co

Sakit Hati Pada PDIP, Bantai Jokowi Dengan Survei Abal-Abal

Masinton Pasaribu, Ketua Umum Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), menyatakan banyak kalangan meragukan hasil survei yang diumumkan oleh Focus Survey Indonesia (FSI) yang dirilis Jumat, (2/8/2013) kepada media massa.
Masinton menjelaskan, survei FSI menempatkan Prabowo pada urutan pertama dengan 27,4 persen suara, disusul Megawati 12,7 persen, dan Joko Widodo 11,5 persen suara. Jika pilpres dilakukan pada hari ini, maka Prabowo mengungguli Jokowi. Partai Gerindra memperoleh angka 21,2 persen, disusul PDI Perjuangan 19,7 persen, dan Golkar 17,1 persen.
"Kami menyampaikan beberapa fakta kebohongan FSI. Berdasarkan informasi yang sampai ke Repdem bahwa hasil survei yang diumumkan FSI adalah pembohongan publik," kata Masinton dalam keterangan persnya, Sabtu (3/8/2013).
Masinton menjelaskan kebohongan yang pertama, FSI tidak pernah melakukan survei langsung kepada masyarakat, entah itu melalui tatap muka, via telepon, maupun via email seperti yang diklaim oleh FSI. Dipastikan bahwa yang diumumkan FSI ke publik merupakan hasil survei abal-abal.
Kebohongan kedua adalah, persentasi angka yang diumumkan adalah berdasarkan hasil rekaan semaunya. Dengan tujuan menaikkan setinggi-tingginya elektabilitas Prabowo dan merendahkan serendah-rendahnya elektabilitas Jokowi.
"Kebohongan Ketiga, klaim Nelly Rosa Juliana (Direktur FSI) yang mengatakan bahwa lembaganya independen adalah bohong. Dilandasi oleh rasa sakit hati serta menuntut pamrih dari Jokowi dan PDI Perjuangan karena suami Nelly Rosa Juliana yang bernama Yudi Samhudi tidak lolos seleksi bakal caleg dari PDI Perjuangan. Kemudian melamar ke Gerindra dan dicalonkan menjadi Caleg di Dapil Jateng 6," tegas Masinton.
Repdem menghimbau agar FSI tidak melakukan pembohongan publik dengan merekayasa 'hasil survei jadi-jadian.' FSI harus meminta maaf kepada akademisi, pers, serta rakyat Indonesia, karena FSI telah merendahkan survei sebagai metode ilmu pengetahun.
"FSI harus meminta maaf kepada para akademisi, pers, serta rakyat Indonesia karena telah merendahkan survei sebagai metode ilmu pengetahuan," pungkasnya.

Sumber :
tribunnews.com

Tarik Ulur Amien Rais: Jokowi Disumpah Sebagai Gubernur DKI Untuk 5 Tahun

Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak buru-buru kepincut ikut menjadi capres di 2014 mendatang. Menurut Amien, Jokowi telah disumpah selama lima tahun untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Kalau saya boleh kasih masukan, sebelumnya Pak Jokowi itu disumpah lewat sumpah jabatan bertugas selama 5 tahun sebagai gubernur. Kalau baru 2 tahun, karena desakan rakyat, kemudian dia loncat sebagai presiden, bagaimana dengan amanat," ujar Amien Rais .
Hal itu dia sampaikan di sela-sela acara pelepasan mudik bersama DPP PAN di Hall A Basket, GBK Senayan, Sabtu (3/8/2013).
Jika Jokowi tetap maju dalam Pilpres 2014 mendatang, Amien pun meragukan etika politik mantan Wali Kota Solo itu. Amien meminta Jokowi lebih dulu membuktikan semua janji-janjinya saat berkampanye di Pilgub DKI tahun lalu.
"Lebih baik bersabar, buktikan dulu sukses sebagai Gubernur DKI, saya kira nanti berbondong-bondong orang akan memilih dia," kata Amien.

Sumber :
merdeka.com

Amien Rais: Jokowi dan Prabowo Sosok Presiden Idaman

Nama gubernur Jakarta Joko Widodo dan Prabowo Subianto dianggap sosok presiden idaman oleh Amien Rais. Menurut Amien belum ada yang bisa mengalahkan popularitas Jokowi dan Prabowo saat ini.
"Ya kalau yang idaman ada mas Jokowi dan Prabowo," kata Amien Rais di sela-sela acara pelepasan peserta mudik gratis PAN, di Hall Basket, komplek GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (3/8/2013).
Menurut Amien, Jokowi adalah sosok yang dicintai rakyat, sedangkan Prabowo adalah pemimpin yang tegas. Tapi mantan ketua MPR itu mengaku belum tahu akan mendukung siapa. Dia juga belum menentukan akan mendampingkan Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa dengan siapa.
"Belum itu (menentukan pilihan), kita tunggu saja nanti," ujarnya.
Amien Rais menegaskan, siapapun nanti presidennya yang paling penting bisa membangun ekonomi negara. Karena menurutnya pembangunan ekonomi merupakan hal yang paling penting.
"Mau Jokowi, Prabowo atau mungkin Hatta Rajasa yang jadi presiden, yang terpenting bisa membangun ekonomi," pungkasnya.

Sumber :
detik.com

Mampukah PD Habisi Jokowi?

Setelah diguncang berbagai kasus mega korupsi dan lembeknya kepemimpinan nasional, langkah penting yang harus ditempuh Partai Demokrat (PD) jelang pemilu 2014 adalah mendongkrak elektabilitas partai.
Salah satu komponen penting untuk mengingkatkan elektabilitas partai adalah calon presiden yang akan dimunculkan oleh partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada pemilu 2014. Tanpa calon presiden yang handal, bisa dipastikan PD tak akan dapat meraup suara lebih dari 10% pada pemilu 2014. Menurut hampir semua survei yang digelar, perolehan suara PD pada pemilu 2014 hanya dikisaran 7%.
Salah satu trik yang dipakai PD untuk memperoleh calon presiden yang dapat menaikkan perolehan suara pada pimilu 2014 adalah mengimport calon presiden dari manapun, melalui jalur konvensi PD yang rencananya akan digelar pada bulan kelahiran SBY, September 2013 ini.
Tanpa konvensi, PD tidak mempunyai apa apa untuk amunisi pada pemilu 2014, di lain fihak, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang pada tahun 2004 berhasil digembosi oleh SBY dengan drama serial "Megawati zolimi SBY", kini keadaannya berbalik. PDIP mendapatkan berlimpah amunisi akibat meroketnya salah satu kader mereka yang bernama Joko Widodo (Jokowi), yang saat ini mendapat kepercayaan mepimpin ibukota negeri ini. Tak tanggung-tanggung, keperkasaan Jokowi merambah di seluruh pelosok negeri, bahkan gaungnya sampai di manca negara.

PD Ingin Lahirkan Capres 'Penakluk' Jokowi 
Partai Demokrat (PD) yakin konvensi capres PD akan melahirkan capres potensial. Bahkan yang mampu mengalahkan elektabilitas Jokowi.
"Konvensi capres akan melahirkan tokoh yang mampu menandingi elektabilitas Jokowi," kata Wasekjen PD Saan Mustopa, Jumat (2/8/2013).
Jokowi yang saat ini menjadi maharaja diperbagai survei capres yang pernah diadakan di negeri ini, elektabilitas Jokowi semakin hari semaki meroket dan meninggalkan capres potensial lain seperti Prabowo Subianto bahkan meninggalkan junjungannya sendiri, Megawati Soekarnoputri.
"Saya yakin pasti akan menandingi Jokowi, kalau Prabowo dan Mega kan sudah kalah dari Jokowi," kata Saan.
Konvensi capres PD sendiri akan digelar pada bulan kelahiran SBY, yaitu September 2013. Saat ini PD sudah mengantongi 12 nama calon peserta konvensi capres PD. Sejauh ini tokoh yang ikut konvensi capres PD dinilai masih lemah elektabilitasnya. Jangankan mengungguli Jokowi, elektabilitas mereka maksimal hanya berada di bawah betis Jokowi, sekitar 5% saja, sebagian besar bahkan masih Nol Koma.
"Tapi konvensi kan belum mulai. Mereka semua akan sosialisasi jadi masih panjang waktu untuk melahirkan capres yang mampu menandingi Jokowi," tandasnya.
Tokoh yang sudah memastikan ikut konvensi capres PD adalah Marzuki Alie, Ahmad Mubarok, Hayono Isman, Pramono Edhie Wibowo (internal PD), Gita Wirjawan, Irman Gusman (profesional). Sementara tokoh dari parpol lain seperti Mahfud MD (PKB), Endriartono Sutarto (NasDem), dan Yusril Ihza Mahendra (PBB), masih menunggu syarat resmi ikut konvensi capres PD.
Persyaratan ikut konvensi capres PD memang cukup rumit. Peserta harus nonaktif selama proses konvensi dan mundur dari parpol asal jika menang konvensi.

PD Yakin Konvensi Lahirkan 'Penakluk' Jokowi
Konvensi Partai Demokrat dinilai akan sulit mencari tokoh yang bisa menaklukkan elektabilitas Jokowi. Namun, anggota Dewan Pembina PD Melani Leimena, meyakini akan lahir tokoh dari konvensi yang bisa melumpuhkan Jokowi.
"Tetap ada harapan, itu kita harapkan. Kalau nggak bisa mengalahkan (Jokowi), ngapain ada konvensi? Kita harus bisa kalahkan," kata anggota Dewan Pembina PD Melani Leimena di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (2/8/2013).
Menurutnya, elektabilitas tiap tokoh yang akan ikut dalam konvensi tentu akan dilihat oleh Komite Konvensi melalui lembaga survei, mekanisme penjaringan itulah yang diharapkan lahir tokoh potensial yang bisa maju sebagai capres PD pada 2014.
"Kita lihat nanti hasil konvensi, yang menang sebagai capres akan didorong dengan promosi habis-habisan," ucapnya.
Melanie menuturkan, elektabilitas Jokowi sebagai capres memang tinggi dalam berbagai survei, tapi belum tentu keunggulan Jokowi berlanjut sampai 2014, yaitu pada saat pilpres digelar, bahkan Melani tak percaya jika Jokowi punya elektabilitas di Papua.
"Ada eranya. Jokowi mungkin populer tapi apakah itu yang diinginkan masyarakat, kita belum survei seluruh Indonesia. Jokowi populer di Jakarta dan beberapa daerah pasti, tapi apa sampai Papua?," ucap Wakil Ketua MPR itu.

Mubarok Pesimis Bisa Unggul, Apalagi Jadi Penakluk Jokowi
Meski didukung 3 konglomerat untuk ikut konvensi capres PD, namun anggota Wanbin PD Ahmad Mubarok tak mau muluk-muluk memasang target. Dia tak mengejar memenangkan konvensi capres PD, apalagi mengungguli Joko Widodo yang kabarnya akan dicapreskan PDIP.
"Nggak, saya nggak mau tandingan sama Jokowi. Konglomerat yang mendukung juga untuk sosialiasi saja nggak seberapa," kata Mubarok, Jumat (2/8/2013).
Mubarok ikut konvensi capres PD hanya untuk membangkitkan semangat kebersamaan. Dia tak ingin terlibat persaingan dengan tokoh lain, meskipun tak menolak jika menang pada konvensi capres PD.
"Saya nggak memasang target menang. Kalau saya kalah saya jadi tim sukses pemenang konvensi, kalau saya menang ya itu panggilan sejarah," katanya.
Sebelumnya diberitakan PD memasang target melahirkan tokoh potensial yang sanggup menaklukkan Jokowi. Menurut pengamat politik Hamdi Muluk, cukup berat konvensi capres PD bisa melahirkan tokoh sekelas Jokowi yang elektabilitasnya terus meroket.
Mubarok berpendapat, penilaian tersebut kurang objektif. "Belum bisa dilihat, karena kita belum tahu siapa saja peserta konvensi capres PD dan Pilpres masih jauh," katanya.
Mengenai Jokowi, menurut Mubarok, elektabilitasnya belum tentu bertahan di 2014. Jokowi saat ini sedang digandrungi masyarakat Jakarta, namun pada akhirnya masyarakat akan menilai kinerjanya.
"Jokowi kan euforia, jadi wajar saja seperti itu. Nanti lihat setahun lagi Jakarta seperti apa, kalau dia berhasil baru terlihat," ujar Mubarok menganalisis.

Hayono Isman Tak Mau Kejar Elektabilitas Jokowi
Anggota Dewan Pembina PD Hayono Isman yang menyatakan siap ikut konvensi capres, menanggapi santai elektabilitas Jokowi di berbagai survei yang pernah digelar di negeri ini. Menurutnya, keinginannya ikut konvensi tidak untuk menaklukkan Jokowi.
"Saya ikut konvensi bukan untuk mengalahkan atau mengejar elektabilitas siapa pun termasuk Jokowi. Saya konsen di diri saya sendiri bagaimana tingkatkan elektabilitas saya yang masih 0,7 prsen," kata Hayono Isman, Jumat (2/8/2013).
Hayono juga tak ingin menganggap Jokowi maupun tokoh yang akan ikut capres PD sebagai ancaman, baginya siapapun pesaingnya sama-sama berhasrat untuk menjadi presiden dan memperbaiki bangsa.
"Kita jangan anggap pesaing sebagai ancaman, di benak saya pesaing bukan ancaman. "Tetapi bagaimana membangun persahabatan," tuturnya.
Soal modal, Hayono menyebut punya modal kepercayaan dan jaringan untuk bisa mengalahkan tokoh lain dalam konvensi capres Partai Demokrat.
"Saya gunakan modal saya yang disebut kepercayaan dan jaringan. Sejak usia muda saya telah merintis karier saya sebagai politisi. Aktif di berbagai organisasi kepemudaan maupun di orgainisasi masyarakat dan profesi, termasuk gerakan koperasi dan partai politik," ucap Hayono.
"Saya juga terpilih menjadi anggota legislatif tiga kali periode (2009-2014) dan pernah dipercaya sebagai Menteri Pemuda & Olahraga," imbuhnya.

Gita Wirjawan Seperti Yang Lain
Konvensi capres PD didesain untuk memunculkan capres kompetitif yang sanggup menaklukkan Jokowi. Mampukah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang sudah memastikan ikut konvensi capres menjadi 'penakluk' Jokowi?
"Belum ada persiapan, undangan resminya juga belum ada," kata Gita kepada wartawan di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (2/8/2013).
Hal ini disampaikan Gita saat ditanya apakah mampu menandingi elektabilitas pemuncak survei capres saat ini yakni Jokowi. Gita enggan bicara banyak soal persiapannya menghadapi konvensi capres PD.
"Begitu nerima undangan resmi baru kita bahas soal ini," lanjut Gita.
Gita sendiri mengaku sampai saat ini masih banyak urusan. Maklum sebagai Menteri Perdagangan, Gita harus menghadapi kenaikan harga menjelang lebaran.
"Sampai sekarang saya masih sibuk ngurusin stabilitas harga," tandasnya.
PD ingin melahirkan capres penakluk Jokowi melalui konvensi capres. Namun menurut sejumlah pengamat langkah ini tidaklah mudah karena peserta konvensi capres PD belum ada yang cukup kompetitif di survei capres.

Bathoegana Bandingkan Elektabilitas Jokowi dengan SBY di Tahun 2004
Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bathoegana menyatakan optimis konvensi PD bisa menjaring tokoh yang bisa menaklukkan Jokowi. Namun, Sutan menilai Jokowi baru layak 'ditaklukkan' kalau sudah memperoleh elektabilitas lebih dari 50 persen.
"Sekarang berapa survei Jokowi? Kalau sudah 50 persen ke atas bolehlah dia begitu (layak ditaklukkan). SBY mau jadi capres 2004 saja 60 persen waktu itu, dan ternyata betul," kata Sutan Bathoegana, Jumat (2/8/2013).
Menurut Sutan, Jokowi yang unggul di berbagai survei capres belum tentu pada kenyataan di masyarakat bawah dia diinginkan. Karena itulah Demokrat menggelar survei dan meminta kandidatnya turun ke masyarakat bawah.
"Itu kan survei diwakili 2000 orang, yang ikut Pemilu ini banyak seluruh Indonesia. Rakyat kecil nggak ngerti survei. Inilah digelar konvensi agar tokoh itu turun ke bawah mulai September nanti. Jokowi ini kan hanya di Jakarta saja," kritiknya.
Namun Sutan mengatakan, konvensi bukan soal mencari tokoh yang bisa menaklukkan Jokowi atau tidak, tetapi tokoh yang layak diusung sebagi capres pada Pemilu 2014.
"Kita tidak ada berpikir untuk kalahkan Jokowi, tujuan kita memenangkan 2014. Nggak ada cerita Jokowi itu, biarkan Jokowi dengan partainya," ucap Ketua Komisi VII DPR itu.

Tanggapan PDIP : PD Cari Capres 'Penakluk' Jokowi,
PD berjibaku menggelar konvensi untuk mencari calon presiden 2014 yang bisa menaklukkan elektabilitas Jokowi. PDIP menanggapi santai masalah tersebut.
"Bagi PDIP elektabilitas (Jokowi) memang aspek yang penting, tapi jauh lebih penting menghadirkan tokoh yang bisa mengelola negara yang saat ini sudah masuk jebakan impor pangan dan energi," kata Wasekjen PDIP Hasto Kristianto, Jumat (2/8/2013).
Menurutnya, parpol manapun sah-sah saja memikirkan Pilpres 2014, tetapi mereka jangan lupa masalah yang dihadapi bangsa saat ini. Ia menyindir tokoh yang berhasrat menjadi capres tapi lupa pada tanggung jawabnya di pemerintahan.
"Bagaimana kalau orang yang bertanggung jawab pada masalah impor pangan saja tidak becus, ingin jadi capres?" sindirnya.
Sejauh ini, hanya ada satu tokoh peserta konvensi capres PD yang mengurus impor pangan, yakni Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Namun Hasto tak langsung menyebut sengaja menyindir manuver politik Gita menatap Pilpres 2014.
Kembali soal penakluk Jokowi, Hasto menuturkan PDIP tak ingin buru-buru menentukan capres maupun cawapres untuk 2014. Ada yang lebih penting dipikirkan meski PDIP tahu betul dan betul-betul tahu kalau Jokowi sangat potensial.
"Masalah yang dihadapi saat ini lebih penting dari hanya sekedar elektabilitas capres. Bagaimana bisa mengelola pemerintah yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, bagaimana mencari pemimpin yang berani menolak impor cabai dan beras seperti zaman Soekarno," ucap Hasto. 

Apa Kabar Gerindra
Sejumlah survei membuktikan elektabilitas Jokowi tak tertandingi di negeri ini. Bagaimana dengan Prabowo, yang mengkalim sebagai ayah angkat Jokowi, mampukah Prabowo?
"Ya tidak tahu, kita harus memastikan kalau dapat mandat dari rakyat. Apa yang rakyat inginkan itu yang terbaik," kata Wasekjen Gerindra, Aryo Djojohadikusumo, kepada wartawan usai berbuka puasa bersama anak yatim di sekitar Jl Panjang, Jakarta Barat, Jumat (2/8/2013).
Lalu apakah Gerindra memandang Jokowi sebagai ancaman? Hasyim menjawab diplomatis.
"Ancaman apa. Rakyat kan inginkan yang terbaik," kata keponakan capres Gerindra Prabowo Subianto ini.
Lalu siapa yang terkuat di Pilpres 2014 nanti, apakah Prabowo mampu mengungguli Jokowi? "Kita tunggu putusan rakyat," jawabnya.