Minggu, 06 Januari 2013

Jokowi Hadiri Perayaan Natal PDIP di TIM

Gubernur DKI Joko Widodo menghadiri perayaan natal bersama DPP PDI Perjuangan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Megawati yang juga dijadwalkan hadir belum tampak hingga acara dimulai.

Pantuan detikcom, Minggu (6/1/2013), Jokowi tiba di lokasi pukul 19.55 WIB dari kediamannya di Taman Surapati, Menteng, Jakarta. Jokowi yang memakai batik cokelat lengan panjang tersebut datang dengan kijang Innova hitam B 1592 NKR.

Begitu Jokowi datang, wartawan langsung mengerumuni dan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Akan tetapi Jokowi tidak menjawab satupun pertanyaan tersebut dan memilih tersenyum sambil berlalu ke dalam ruangan acara.

Tampak juga di acara ini Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dan Maruarar Sirait, serta para kader PDIP yang malam ini memakai pakaian warna merah dan hitam.


Sumber :
news.detik.com

Dipo Alam: Blusukan SBY tak Tiru Jokowi

Sekretaris Kabinet (Seskab), Dipo Alam menegaskan blusukan yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bukan pencitraan atau meniru gaya dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Dipo  menegaskan sejak awal pemerintahan SBY, aksi tersebut sudah sering dilakukan. “Dari dulu juga begitu. Sekarang saja lebih sering pakai protokoler karena Kemeterian Dalam Negeri menyebutkan agar gubernur dan bupati menyambut presiden. Itu yang membuat waktu presiden menjadi kurang untuk melakukan inspeksi,” katanya, Ahad (6/1).
Aksi Presiden SBY, ujar Dipo, dilakukan secara sistemik dan berdasarkan evaluasi dan pelaporan yang terhimpun di UKP4.  Secara fisik, hasil program pemerintah memang dilaporkan tetapi dianggap perlu pula untuk melihat secara langsung apa saja program yang terhambat dan titik penyumbatnya.
Contohnya, terang Dipo, belum tersosialisasinya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) padahal ada dana untuk program ini digelontorkan triliunan rupiah setiap tahunnya. “Kenapa nelayan dan warga tidak tahu caranya memanfaatkan program KUR. Kita juga pergi dalam kaitan dengan rencana-rencana pembangunan di Indonesia yang perlu perhatian,” terangnya.
Tak hanya itu, blusukan Presiden SBY, ujar Dipo,  juga untuk melihat kinerja para pemerintah daerah. Dengan inspeksi mendadak itu, jajaran pemerintahan tingkat bawah seperti bupati ataupun walikota bisa terpantau kinerjanya apakah memberikan perhatian pada masyarakatnya atau tidak.


Sumber :
republika.co.id

NASIONAL Jokowi Gandeng Korea Selatan Benahi Sungai Jakarta

Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Joko Widodo ternyata menarik perhatian dunia. Duta Besar Korea Selatan Kim Yeong Seon menyambangi Gubernur Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Jumat (4/1). Kunjungan ini terkait rencana Seoul menjadikan Jakarta sebagai kota berkelas dunia (Global City).

Ada dua fokus pembahasan pertemuan: restorasi Kali Ciliwung dan kerja sama di bidang transportasi. Jokowi mengaku kagum dengan sungai di Seoul yang bersih dan dikelola baik.

Di sana, kata Jokowi, sungai dijadikan tempat wisata di malam hari. Untuk itu, Jokowi akan membangun proyek percontohan untuk sejumlah sungai (kali) di Jakarta dengan konsep sama.

Yeong Seon menyatakan, tahun ini adalah tahun kerja sama besar-besaran antara Pemprov DKI Jakarta dengan Korsel. Yeong Seon melihat kepemimpinan Jokowi akan membawa Jakarta sebagai kota berkelas dunia.

Hubungan kerja Indonesia dengan Korsel sudah terjalin 40 tahun. Kini Negeri Gingseng sedang melirik Jakarta yang dinilai punya potensi besar untuk maju.


Sumber :
metrotvnews.com

Jokowi Dituntut Minta Maaf Atas Kematian RI

Komisi Perlindungan Anak Indonesia menuding Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersalah dalam kasus meninggalnya RI, 11 tahun, siswi SDN 22 Pulo Gebang, Jakarta Timur, yang diduga sebagai korban pemerkosaan. "Gubernur harus sampaikan maaf dan kunjungi keluarga korban," ujar Ketua Satgas Perlindungan Anak KPAI, M. Ihsan, Ahad, 6 Januari 2013.

Alasannya, Jokowi dianggap membiarkan lambannya penanganan kesehatan dan ketidakmampuan pelayanan kesehatan dari tingkat puskesmas yang mendeteksi masalah medis RI sejak dini. "Inilah yang berujung maut," ujar Ihsan.

Menurut Ihsan, RI sudah mengeluh sakit sejak tiga bulan lalu. "Keluhannya sakit kelenjar getah bening, tapi tak kunjung sembuh," ujarnya. Keluarga tak berani membawa RI ke tenaga medis yang lebih ahli dengan alasan ekonomi. Namun, di sisi lain, pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas tak memadai.

"Ini membuktikan bahwa puskesmas tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal," ujarnya. Setelah RI tak sadarkan diri, barulah keluarga berani membawa RI ke Rumah Sakit Persahabatan. Ia sempat divonis berbagai macam penyakit, seperti sakit lambung dan tifus.

Saat dirawat di RS Persahabatan, keluarga menemukan fakta bahwa ada dugaan terjadi kekerasan seksual pada RI. "Ada pembengkakan di kelamin yang terinfeksi serta mengeluarkan belatung," ujarnya.

Akhirnya, setelah berjuang melawan penyakitnya selama satu minggu, RI meninggal dunia tadi pagi di RS Persahabatan. Sekarang jenazahnya tengah diotopsi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Atas dugaan kekerasan seksual itu, Ihsan meminta agar kasus ini diusut tuntas.


Sumber :
www.tempo.co

Demokrat: Jangan Samakan Blusukan SBY dengan Jokowi

Partai Demokrat enggan disebut aksi blusukan Presiden SBY meniru atau sama dengan aksi blusukan Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Presiden SBY dinilai lebih dulu melakukan aksi blusukan tersebut sejak awal menjabat sebagai presiden.

"Kalau disamakan, tentu tidak sama. Pak SBY sudah sejak 2004 sudah begitu (blusukan) terus," ujar Ketua DPP Partai Demokrat Andi Nurpati Andi Nurpati saat berbincang, Sabtu (5/1/2013).

Andi mengatakan gaya turba atau turun ke bawah bukan hal yang baru bagi Presiden SBY. Dalam setiap kesempatan, Presiden selalu menyempatkan waktunya untuk menyapa masyarakat.

"Seperti saat tsunami Aceh beliau terjun langsung dan ke tempat-tempat lainnya. Saat akan berangkat atau pulang kunjungan kerja Pak SBY sering gelar rapat di bandara," tutur Andi.

Menurut Andi mungkin masyarakat lupa dengan apa yang telah dilakukan Presiden SBY. Selain itu, porsi pemberitaan Jokowi jelas lebih banyak dibandingkan dengan berita sidak SBY.

"Jadi karena itu (pemberitaan) Jokowi seolah meniru aksi mantan walikota Solo tersebut. Meski begitu, siapapun pejabat atau tokoh yang mau melakukan komunikasi ke bawah harus didukung.

"Menurut saya, siapapun pejabatnya, ketika ingin turun ke lapangan untuk berkomunikasi maka harus di support," paparnya.

Pada Kamis 4 Januari kemarin, SBY mengunjungi Kampung Nelayan di Tangerang. Ia tak menggunakan mobil RI 1 seperti biasa, tapi mobil berpelat nomor B 1909 RFS. Rangkaian kendaraan yang ikut pun tak banyak.

Alhasil, banyak warga yang kaget dan bahkan tak tahu kalau pria nomor satu di Indonesia itu sedang melintas di jalanan. Sepanjang perjalanan menuju desa Tanjung Pasir, SBY disuguhi pemandangan jalanan sempit, macet, warga yang sedang mencuci, mandi di kali yang kotor, hingga persoalan sampah.

Sementara di lokasi kampung nelayan pun tak jauh berbeda. Warga mengeluhkan sanitasi yang kurang baik, bantuan solar untuk melaut yang kurang, hingga masalah pendidikan.

Bahkan, Bupati Tangerang Ismet Iskandar tidak tahu soal kunjungan SBY hingga pagi hari tadi. Dia sempat datang terlambat ke lokasi.

Jokowi Sering Sidak, Sampah di Pintu Air Manggarai Mulai Berkurang

Meski Gubernur DKI Jakarta Jokowi sudah berulang kali melakukan sidak ke beberapa kali atau sungai di Jakarta, sampah-sampah tetap bertebaran. Sampah rumah tangga dan sampah plastik, tetap terlihat mengambang di Sungai Ciliwung, Jakarta.

Pantauan detikcom, Sabtu (5/1/2012) di Sungai Ciliwung, Jl Sultan Agung, Jakarta, sampah-sampah tetap menghiasi di aliran sungai. Sampah sterofoam yang berwarna putih mendominasi aliran sungai, warna putih semakin terlihat jelas jelang Pintu Air Manggarai.

Dion, petugas pintu Air Manggarai mengatakan, persoalan sampah di aliran Sungai tidak akan bisa selesai. Dia menjelaskan, sampah tetap ada. Namun, hal itu bisa dikurangi jika kesadaran masyarakat yang sadar lingkungan tinggi.

"Kalau sampah pasti tetap ada, cuma kalau dikurangi pasti bisa," ungkapnya.

Dion mengungkapkan, pasca Jokowi melakukan sidak sampah di Pintu Air Manggarai mulai berkurang. Hal itu dikarenakan pengawasan yang ketat dari Dinas PU Jakarta.

"Sekarang kan lebih ketat, kalau dulu tunggu numpuk dulu baru diangkut. Sekarang kan harus diangkut terus," tutur Dion.

Sumber :
news.detik.com