Sabtu, 05 Januari 2013

Jokowi Pulang Kampung

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tetap beraktivitas pada akhir pekan ini. Setelah selesai beraktivitas, malam ini Jokowi pulang kampung ke Solo, Jawa Tengah.

Pantauan detikcom Jokowi keluar dari rumah dinasnya di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (5/1/2013) dengan naik mobil Innova hitam B 1123 RFR-nya tanpa pengawalan pukul 17.00 WIB.

Sebelumnya, Jokowi saat blusukan hari ini memakai Innova hitam, namun dengan plat berbeda B 1592 NKR. Beberapa menit kemudian, Mobil Innova hitam B 1592 NKR keluar dari rumah tersebut. Tampak di dalamnya, terdapat ibu-ibu, tanpa keberadaan Jokowi.

"Ntar mau ke Solo ke bandara, mau silaturahmi sama keluarga," ujar salah seorang petugas sebelum mobil Innova hitam bernopol B 1123 RFR berangkat.

Sekitar pukul 19.30 WIB, kedua mobil Innova tersebut kembali ke rumah dinas. Hanya sopir yang berada di kedua mobil tersebut.

"Informasi awal seperti itu (ke Solo)," ujar petugas rumah dinas saat dikonfirmasi ulang.

Info yang dihimpun detikcom Jokowi mampir terlebih dahulu di acara di kediaman Sasono Wiwoho untuk bersilaturahmi dan melihat tari-tarian. Selama kurang lebih 10 menit, Jokowi kemudian ke Bandara.

Sumber :
news.detik.com

Istana : Jokowi dan SBY Jangan Diadu

Fihak Istana Kepresidenan melalui Staf Khusus Presiden bidang Informasi, Heru Lelono, sangat menyayangkan pemberitaan media sebagai informasi rakyat yang seolah mengadu kerja seorang Presiden SBY dan Gubernur DKI Joko Widodo.
"Kalau para pemimpin menyapa dan mengunjungi rakyatnya, itu adalah bagian dari tugas dan kewajiban para pemimpinn" kata Heru kepada Tribunnews.com, Sabtu (5/1/2013).
Beberapa pihak menyebut SBY meniru gaya blusukan Jokowi. Ini setelah kemarin SBY juga mengadakan blusukan inspeksi mendadak tanpa protokoler ke perkampungan nelayan Teluk Naga, Banten.
Menurut Heru, apa yang dilakukan Presiden SBY ataupun Gubernur Jokowi sepantasnya dilakukan oleh seluruh pemimpin disemua tingkatan di negeri ini.
"Itulah kesamaan SBY dan Jokowi," kata Heru.
Bedanya, menurut dia, Presiden SBY melakukan itu sejak menjadi pejabat, apakah di TNI mulai menjadi Dandim, sampai saat ini sebagai Presiden. Selama menjadi Presiden, lanjut Heru, tak terhitung SBY mengunjungi rakyat secara langsung.
"Apakah dalam kunjungan atau safari ramadhan, kunjungan kerja kedaerah, mengunjungi korban bencana seperti Aceh, seminggu di Jogya, di Papua, di Miangas, dan hampir diseluruh daerah di tanah air," kata Heru.
Dikatakan Jokowi mungkin melakukan hal yang hampir sama, di Solo sebagai Walikota, dan baru beberapa kali di DKI dalam 3 bulan terakhir ini sebagai Gubernur.
"Setiap pemimpin punya tugas dan kewajiban sesuai dengan tingkatannya," kata dia.
Lanjut Heru, turunnya para pemimpin ke daerah tentu ingin mengetahui secara langsung hasil kebijakan yang dicanangkan.
"Sehingga bisa dilakukan berbagai penyempurnaan. Itulah persamaan dan perbedaan antara SBY dan Jokowi. Mereka menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing. Sungguh tidak perlu ada pihak yang dengan picik mempertangkannya," kata Heru.

Sumber :
jakarta.tribunnews.com

Jokowi Duga Pengaspalan Jalan Jadi Penyebab Banjir

Sering terjadinya banjir lantaran jalan lebih tinggi ketimbang pemukiman warga, menurut Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) ada kesalahan cara pengaspalan yang selama ini dilakukan.
"Ya memang cara pengaspalannya yang enggak benar," ujar Jokowi ketika blusukan di lokasi banjir di Kelurahan Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (5/1/2013).
Menurut Jokowi, di dunia manapun cara melakukan pengaspalan bukanlah menambal jalan yang rusak dengan aspal yang baru.
Jokowi menjelaskan, seharusnya yang perlu dilakukan yakni mengeruk dahulu jalan yang akan diaspal ulang, baru ditimpa dengan aspal yang baru, sehingga kontur tanahnya tetap sama.
"Mustinya di dunia manapun yang namanya aspal itu tidak meninggikan jalan. Yang lama dikeruk, baru ditimpa lagi, sehingga tetap," tutur Jokowi.

Sumber :
jakarta.tribunnews.com

Jokowi Fokus pada Normalisasi Tiga Kali Besar

Untuk mengurangi banjir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkonsentrasi melakukan normalisasi di tiga kali besar di wilayah ibu kota negara Indonesia ini.
"Semua akan dinormalisasi, tetapi konsentrasi awal untuk kali besar di Pesanggrahan, Angke, dan Sunter," kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Jalan Raya Kedoya, Pesing Koneng RT 09 RW 08, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (5/1/2013).
Ia melanjutkan, dalam rangka normalisasi tersebut, Pemprov DKI akan fokus pada pengerjaan pembebasan tanah. Saat ini sudah ada sebagian tanah yang masuk pada inventarisasi agar cepat selesai. Jika pembebasan tanah rampung dengan cepat, pembangunan dapat segera dilaksanakan.
Normalisasi dengan membangun tanggul di kali-kali besar, kata Jokowi, dapat mengurangi banjir di wilayah Jakarta. Akan tetapi, pembangunan tanggul dan normalisasi tidak dapat dilaksanakan dengan cepat karena tersendat pembebasan tanah dan terbatasnya pekerja. "Kalau hitungan tematik, kan, dalam setahun kita hanya bisa betulkan 8-12 kali, sedangkan di Jakarta terdapat 78 titik banjir," kata Jokowi.
Ia menambahkan, 78 titik itu belum termasuk penambahan titik banjir setiap tahunnya. Setiap tahun, titik banjir pasti terus bertambah sehingga membutuhkan terobosan-terobosan. "Tangkapan air jadi mal dan rumah. Makanya titik banjir terus bertambah setiap tahunnya," ungkap Jokowi.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memantau tanggul kali Sekertaris, RT 5 RW 2 kampung Guji Baru, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pantauan ini dilakukan dalam tahap normalisasi kali yang didirikan tanggul untuk mencegah banjir.

Sumber :
megapolitan.kompas.com

Jokowi: SBY Sudah Blusukan Sebelum Saya Jadi Gubernur

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tidak merasa gaya blusukannya yang keliling dari satu kampung ke kampung lain ditiru oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ia mengatakan, SBY sudah jauh lebih dulu blusukan sebelum dirinya terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. “Bapak Presiden sudah blusukan sejak lama, sebelum saya jadi gubernur,” kata Jokowi usai blusukan ke kawasan Kedoya Utara, Jakarta Barat, Sabtu 5 Januari 2013.

Jokowi mengatakan, apa yang dilakukan Presiden SBY merupakan hal wajar yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Apalagi SBY adalah Presiden, pemimpin tertinggi negara. “Itu (blusukan) merupakan kebutuhan Bapak Presiden untuk menggali informasi langsung dari masyarakat, sehingga beliau bisa mendengar langsung suara rakyatnya,” kata mantan wali kota Solo itu.

Menurut Jokowi, blusukan atau turun langsung ke lapangan membuat seorang pemimpin bisa mengetahui kondisi riil masyarakat dengan mata kepala sendiri, sehingga tidak asal menerima laporan dari anak buah. “Kalau kita hanya dengar dari bawahan, masalahnya bawahan itu kadang-kadang ada yang benar dan ada yang tidak benar. Jadi perlu kroscek langsung ke warga,” ujar Jokowi.

Jumat kemarin, 4 Januari 2013, Presiden SBY melakukan kunjungan kerja ke kampung nelayan di Desa Tanjung Pasir, Teluknaga, Tangerang, Banten. Kunjungan ini tidak biasa, karena terkesan mendadak dan tidak ada pemberitahuan sebelumnya.

Di kampung nelayan itu, SBY yang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri, blusukan ke sejumlah tempat. SBY juga berbincang-bincang dengan warga setempat dan menampung aspirasi mereka. SBY bahkan memberikan sumbangan Rp100 juta untuk pembangunan kampung di sana.

Gaya blusukan SBY ini dinilai banyak pihak mirip dengan kunjungan yang kerap dilakukan Jokowi ke berbagai tempat di Jakarta. Namun Istana menolak jika kunjungan SBY ini disebut meniru gaya Jokowi.

Staf Khusus Presiden Bidang Politik, Daniel Sparingga, mengatakan kunjungan SBU ke Teluknaga bukan bentuk pencitraan, sebab SBY tidak akan dan tidak bisa mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden 2014. Daniel mengatakan, SBY tengah mengembangkan pola komunikasi yang progresif untuk memastikan semua programnya berjalan lancar.

Sumber :
metro.news.viva.co.id

Jokowi Akui Pembangunan Tanggul di Kali Sekretaris Tersendat

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) mengaku bahwa sebenarnya pembangunan tanggul di Kali Sekretaris, Duri Kepa, Jakarta Barat sempat tersendat, sehingga banjir masih mengancam warga sekitar.
"Sebenarnya sudah dikerjakan dengan anggaran tahun 2012. Tetapi Desember kemarin distop," ujar Jokowi, Sabtu (5/1/2013).
Jokowi mengungkapkan, alasan dirinya menyambangi bantaran kali Sekertaris ini dalam rangka memantau langsung perkembangan pembangunan tanggul yang sempat terhenti.
"Ini kan belum saya lihat, kebanjiran minta dikunjungi-kunjungi, segini (sepinggang) katanya kebanjirannya," ucap Jokowi.
Jokowi pun mengungkapkan, pihaknya akan melanjutkan kembali pembangunan tanggul yang tingginya 1 meter dari permukaan.
"Nanti dilihat sejauh mana. Ini akan dilanjutkan tahun ini (2013)," kata Jokowi.


Sumber :
jakarta.tribunnews.com

Presiden Blusukan, Jokowi Tak Merasa Ditiru

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang sering melakukan blusukan tak merasa ditiru Presiden Susilo Bambang Yodhoyono. Kegiatan tinjau lapangan langsung merupakan kebutuhan dari pemimpin untuk meninjau masyarakat.
"Saya tidak merasa ditiru. Kegiatan yang dilakukan Pak SBY bagus sekali. Itu sebuah kebutuhan Presiden dengan menggali informasi dari masyarakat langsung," kata Jokowi di Jakarta, Sabtu (5/1/2013).
Menurut dia, menggali informasi langsung dari masyarakat sangat baik dan diperlukan. Dengan mendatangi lapangan, pemimpin bisa mendapatkan keluhan langsung dan tahu masalah yang terjadi di masyarakat. Jokowi melanjutkan, dirinya tidak merasa tersaingi dengan kegiatan blusukan yang dilakukan presiden SBY. Jika pemimpin hanya mendengarkan informasi dari bawahan, kemungkinan keluhan masyarakat tidak terdengar dengan nyata.
"Ya sekarang kalau kita hanya dengar dari bawahan kita, kadang-kadang ada yang bener, kadang-kadang ada yang tidak sehingga perlu dengar langsung untuk kroscek," kata Jokowi.
Saat ditanya apakah Jokowi merasa menjadi panutan Presiden, dirinya menjawab tidak. Menurut dia, SBY sudah lebih dahulu melakukan kunjungan dadakan dibandingkan dirinya.


Sumber :
megapolitan.kmpas.com

Jokowi: Semua sungai di Jakarta akan dinormalisasi

Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) akan melakukan normalisasi ke seluruh sungai di Ibu Kota. Hal ini dijalankan agar banjir dapat dicegah.

"Ya semua. Tapi konsentrasi dulu untuk yang kali besar. Tahun depan itu ada di Pesanggrahan, Sunter, sama Angke," ujar Jokowi saat blusukan di Kampung Pesing Koneng, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta, Sabtu (5/1).

Jokowi mengatakan, langkah yang kini sedang ditempuh untuk normalisasi itu adalah pembebasan tanah dan inventarisir kebutuhan. "Tapi kita ingin semuanya cepat sehingga rampung pembebasan, langsung pelaksanaan," kata dia.

Namun demikian, normalisasi yang akan dijalankan bukan merupakan langkah yang paling diandalkan. Ini disebabkan setiap tahun muncul titik banjir baru.

"Sekarang ini hitung-hitungan ya, dengan cara konvensional itu yang berkurang kira-kira hanya 8 sampai 12 titik. Padahal kita ada 78 titik banjir, kalo gak bertambah. Artinya, kita kejar-kejaran dengan titik banjir itu. Sehingga harus ada terobosan," ungkap Jokowi.

Sumber :
merdeka.com

Waduh! Jokowi Kejar-kejaran dengan Titik Banjir

Titik-titik banjir di Jakarta dapat diminimalisir dengan pembangunan tanggul dan normalisasi sungai. Tetapi hal itu tidak cukup, terowongan multiguna diperlukan untuk menangkal banjir Ibukota.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan sedikitnya 8 hingga 12 dari 78 titik banjir berkurang dengan adanya pembangunan tanggul-tanggul di bantaran kali Jakarta.

"Sekarang ini hitung-hitungan ya dengan cara konvensional. Itu yang berkurang kira-kira hanya 8-12 titik. Padahal kita ada 78 titik banjir, kalau nggak tambah. Artinya, kita kejar-kejaran dengan titik banjir itu," kata Jokowi saat meninjau Kali Pesing Koneng, di Jalan Kedoya Raya, Pesing Koneng, RT 09, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (5/1/2013).

"Jangan yang linier konvensional ya nggak rampung-rampung. Ini sudah beberapa puluh tahun kita hadapi banjir seperti ini sehingga harus ada terowongan multifungsi untuk menerobos ke situ. Kalau kita linier terus mungkin nggak akan ada habisnya. Dari tahun ke tahun, kita akan mengalami hal yang sama," lanjut dia.

Jokowi memprediksi titik banjir bakal terus bertambah lantaran area resapan air kini berubah fungsi menjadi mal dan apartemen.

Untuk itu, menurut Jokowi, pembangunan tanggul, pengerukan sungai hingga rencana pembangunan deep tunnel terus dikebut dan segera direalisasikan.

Jokowi merencanakan akan konsentrasi melakukan normalisasi semua sungai pada tahun depan.

"Tapi konsentrasi untuk yang kali besar tahun depan itu ada di Pesanggrahan, Sunter, sama Angke. Baik konsentrasi mengenai pembebasan tanah, ada yang masih mulai inventarisasi tapi kita pengen smuanya cepet sehingga rampung pembebasan, langsung pelaksanaan," kata Jokowi yang mengenakan kemeja warna putih itu.

Sumber :
news.detik.com

Jokowi Puji Aksi Blusukan SBY

Sejumlah kalangan menuding Presiden SBY tengah mengimitasi gaya kepemimpinan Jokowi untuk mengerek popularitas dan citra dirinya serta Partai Demokrat menjelang Pemilu 2014.

Namun, penilaian berbeda justru dilontarkan orang yang disebut-sebut gayanya ditiru SBY, yaitu Jokowi. Gubernur DKI Jakarta itu malah mengapresiasi sikap Presiden yang mau turun ke bawah untuk mengecek hasil kerja anak buahnya.

"Melakukan kunjungan langsung itu sangat bagus, agar terpenuhi  kebutuhan masyarakat," ungkap Jokowi saat meninjau pembangunan tanggul Kali Sekretaris di Jakarta Barat, Sabtu (5/1/2013).

Dalam kesempatan ini Jokowi juga menegaskan blusukan bukanlah gaya kepemimpinan yang menjadi monopoli dirinya. Setiap pemimpin, kata dia, sudah seharusnya merakyat dan mau turun ke bawah sehingga betul-betul tahu situasi di lapangan.

"Menejemen kontrol perlu. Jangan percaya sama laporan. Jadi kunjungan sangat bagus," katanya.


Sumber :
jakarta.okezone.com

Jokowi Bawa 2 Ton Beras Saat Blusukan ke Kali Sekertaris

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) hari ini memulai blusukan ke beberapa lokasi di Jakarta, yakni ke Kali Sekertaris, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (5/1/2013).
Jokowi yang mengenakan kemeja andalannya saat blusukan dengan warna putih ini tiba di lokasi sekitar pukul 12.00 siang. Ia langsung turun menelusuri bantaran kali yang terlihat penuh sampah.
Seperti biasa, kedatangan Jokowi langsung disambut hangat warga sekitar kali Sekertaris. Mereka mengelu-elukan orang nomor 1 DKI Jakarta ini.
Kedatangan Jokowi tidak hanya memantau kali Sekertaris yang sering mengancam warga apabila meluap, ia juga membawa beras seberat 2 ton untuk membantu warga sekitar.
"Ini bantuan untuk warga yang terkena banjir," kata Jokowi.

Sumber :
jakarta.tribunnews.com

Jokowi Sidak Angkutan Umum di Terminal Senen

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melakukan kunjungan mendadak (sidak) ke Terminal Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (5/1). Sidak menjadi salah satu jurus Jokowi terkait rencananya meremajakan angkutan umum di Ibu Kota, termasuk pula menata ulang trayek angkutan umum.

Sudah menjadi rahasia umum, banyak persoalan mengenai angkutan umum di Jakarta. Mulai dari tindak kekerasan hingga kendaraan yang tidak laik jalan. Jokowi, dengan gaya khasnya, langsung turun ke lapangan bersama Dinas Perhubungan DKI untuk menanggapi keluhan warga terkait persoalan angkutan umum.

Jokowi memeriksa sejumlah angkutan umum: bus dan angkutan kota (angkot). Ia miris. Menurut dia, banyak Kopaja dan Metromini di Terminal Senen sudah tak layak pakai. Rata-rata sudah sudah tua. Sebagian angkutan umum juga kumuh dan tak layak beroperasi.

Tak hanya kendaraan, Jokowi juga menyidak sopir angkutan umum dengan memastikan mereka memakai seragam dan kartu identitas sopir. Dalam sidak, Jokowi mendapati seorang yang diduga sopir tembak karena tak mengantongi kartu identitas.

Sumber :
metrotvnews.com

Publik Bisa Bedakan Ketulusan Jokowi dan SBY

Aksi "blusukan" Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk mendengar langsung keluhan warga Jakarta mengundang decak kagum masyarakat. Menurut budayawan Romo Mudji Sutrisno, pemimpin memang seharusnya dekat dengan rakyat dan mau mendengarkan isi hati masyarakat.

Menurutnya, sebenarnya blusukan itu bukan hal baru bagi Jokowi. Sebab saat menjadi Wali Kota Surakarta pun Jokowi juga melakukan hal serupa. Karenanya ketika kebiasaan itu dibawa ke Jakarta, Jokowi tak canggung lagi.

Romo Mudji justru membandingkan aksi blusukan Jokowi dengan yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Ketika Presiden SBY melakukan itu, kan sebelumnya dia juga melakukan itu tapi kan agak lupa. Nah sekarang dia baru lakukan itu. Tapi rakyat kan bilang, ini citra.  Tapi akan kelihatan nanti. Mana orang tulus itu," ujar Romo Mudji di Jakarta, Sabtu (5/1).

Lebih lanjut Romo Mudji mencontohkan tipe pejabat yang tidak tulus bekerja. Di antaranya adalah sejumlah menteri yang mendatangi kegiatan masyarakat lalu minta diliput dan ditunjukkan aksinya.

Menurutnya, publik yang melihat kepalsuan tidak akan peduli jika pejabat tersebut datang dan menunjukkan aksi mereka. Berbeda dengan ketika Jokowi datang, tuturnya, masyarakat berbondong-bondong mendekatinya karena merasa didengarkan.

Romo Mudji mengingatkan para pejabat negara maupun menteri agar meneladani sikap Jokowi yang terbuka terhadap masyarakat. "Menteri ikut panen raya lalu diliput dan ditunjukkan aksinya. Megang tanaman aja langsung difoto, ditunjukan. Nah itu bullshit semua. Nanti akan ditinggalkan publik. Pemimpin yang baik lebih sederhana dan mau mendengarkan," pungkasnya.

Sumber :
jpnn.com

Pelat Mobil Ganti, Jokowi: Saya Nggak Pernah Urusan dengan Nomor

Pelat mobil Innova B 1592 NKR yang digunakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mencuri perhatian. Nopol itu berbeda dengan pelat mobil yang biasa dipakai Jokowi.

Jokowi menggunakan mobil Innova warna hitam bernomor polisi B 1592 NKR saat blusukan ke Kali Sekretaris di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

"Saya nggak pernah urusan dengan nomor," kata Jokowi saat dimintai konfirmasi apakah pelat B 1592 NKR tersebut baru diganti atau tidak.

Hal ini disampaikan Jokowi di sela-sela kunjungannya di Kali Sekretaris, Jalan Guci Baru, Kelurahan Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (5/1/2013).

Jokowi juga berkomentar serupa ketika ditanya seputar pelat B 1 DKI yang kini menjadi polemik.

"Saya nggak pernah mikir nomor. Mau diberi 100, 500, 5.000 nggak tahu," ujar Jokowi santai.

"Nggak masalah, Pak?", tanya wartawan lagi.

"Bukan urusan saya. Saya nggak tahu nomor mobil saya," jawab Jokowi tegas.

Jokowi biasanya menggunakan mobil dinas Land Cruiser warna hitam bernopol B 1961 RFR dan Kijang Innova warna hitam B 1120 RFR. Kedua mobil itulah yang biasa digunakan Jokowi saat menjalankan tugas dan blusukan ke kampung.

Sumber :
news.detik.com

Jokowi Juga Kunjungi Warga Korban Banjir di Kedoya

Selepas meninjau Kali Sekretaris, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi korban banjir di kawasan Kedoya, Jakarta Barat. Warga menyambut gembira kedatangan Jokowi.

Jokowi yang mengenakan kemeja warna putih langsung menyusuri kawasan bantaran kali di Jalan Kedoya Raya, Pesing Koneng, RT 09, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (5/1/2013).

Jokowi melihat kondisi bantaran Kali Pesing Koneng dan proses pembuatan tanggul di kawasan langganan banjir itu. Jalanan dan pekarangan warga juga terlihat becek dan kotor.

Jokowi menunaikan salat Dzuhur di Masjid Jami Baiturrohman. Seperti kunjungan sebelumnya, Jokowi secara simbolis menyerahkan bantuan beras kepada warga sekitar. Warga menyebut dan menyambut gembira bantuan dari ayah 3 anak itu.

"Aduh senang banget dikunjungi Pak Jokowi. Di sini sering kebanjiran sampai sebetis. Jangan banjir lagi," kata seorang korban banjir, Nurmimayati (38), dengan wajah sumringah.

Sumber :
news.detik.com

Jokowi: Kami Enggak Nyontek Smart Tunnel Malaysia

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan Smart Tunnel yang dicita-citakan pemerintah daerah berbeda sama sekali dengan Smart Tunnel yang ada di Malaysia. "Enggak seperti di Malaysia. Ini milik Indonesia," kata Joko Widodo, di Balai Kota Jakarta, Jumat, 4 Januari 2013.

Jika Smart Tunnel atau terowongan pengendali banjir milik Malaysia memiliki dua fungsi, yakni sebagai pengendali banjir dan sebagai jalan tol, sementara terowongan multiguna atau multipurpose deep tunnel yang akan dikerjakan Pemerintah Jakarta punya lima fungsi. Selain dua fungsi tadi, ditambah sebagai saluran air limbah kota, tempat pengaliran air bawah tanah, dan jaringan utilitas kota. "Utilitas dan listrik bisa masuk, tapi sewa," kata Jokowi.

Hanya saja, Jokowi menambahkan, nanti kemungkinan akan menggunakan mesin bor yang sama. Ada tiga negara yang menyediakan mesin bor untuk deep tunnel, yaitu Jerman, Cina, dan Korea. "Yang lebih bagus Jerman itu. Tetapi menggunakan yang mana, kami enggak ngerti. Itu terserah investor," ujar dia.

Smart Tunnel di Malaysia yang rampung pada 2007 lalu akhir-akhir ini tidak bisa menampung air ketika hujan. Buktinya, ada tiga jalan di Kuala Lumpur, yakni Jalan Tun Razak, Jalan Semarak, dan Kampung Baru, yang kembali mengalami banjir.

Meski teknologi deep tunnel dianggap gagal menampung banjir, Jokowi tidak ingin mundur dalam membuat proyek ini. Menurut dia, serapan air tanah semakin lama memang saling mengejar. Karena permukaan tanah semakin lama banyak tertutup semen sehingga tidak ada resapan air ke bawah tanah.

Jika dibiarkan, menurut Jokowi, titik banjir di Jakarta malah bisa bertambah. Selain mengerjakan proyek yang konvensional seperti pengerukan kali dan normalisasi sungai, Jakarta memerlukan suatu proyek gebrakan untuk mencegah banjir kembali datang. "Sampai kapan juga enggak akan rampung-rampung kalau hanya konvensional," kata Jokowi.

Sumber :
www.tempo.co