Sabtu, 11 Januari 2014

Nasehat Pak Polisi Bat Jokowi Untuk Atasi Macet

Kebijakan ekstrem harus diterapkan Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi kemacetan di ibu kota. Salah satunya adalah menaikkan harga kendaraan bermotor di Jakarta. Sebab, jika tidak dilakukan, kondisi kemacetan di Jakarta akan semakin parah.
"Saya optimis kemacetan di Jakarta bisa diatasi melalui kebijakan makro dan mikro yang ekstrem. Karena jika tidak kondisinya akan semakin parah. Diantaranya, meninggikan harga kendaraan, tarif parkir dinaikan serta pajak kendaraan ditinggikan," ujar AKBP Sambodo Purnomo, Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, seperti dilansir situs beritajakarta.

Rumitnya Mengatur Jadwal Jokowi

Sebagai orang nomor satu di Ibu Kota, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tentu saja sibuk. Berbagai agenda kegiatan dia lakoni tiap harinya. Pun begitu dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
"Tapi jadwal Pak Gubernur lebih dinamis, bahkan sampai jam 11 malam kadang belum fix," kata Kepala Biro Kepala Daerah dan Hubungan Luar Negeri DKI Jakarta Heru Budi Hartono pada Sabtu, 11 Januari 2014. Biro inilah yang mengatur jadwal protokoler Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, dan Deputi.

Trik Jokowi Ajak Makan Siang Warga

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) terkenal dengan gaya blusukan-nya. Tidak hanya itu, dia pun sesekali mengundang warga untuk makan bersamanya di Balai Kota.
Kepala Biro Kepala Daerah dan Hubungan Luar Negeri DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, mencatat sudah enam kali Jokowi makan bareng warga selama 2013. "Ada yang nurut setelah makan siang, ada yang tetap bandel," kata Heru kepada Tempo pada Sabtu, 11 Januari 2014.
Tercatat, Jokowi pertama makan bersama warga korban banjir di Jakarta Utara pada Januari 2013. Kemudian dua kali makan siang bersama warga gusuran Waduk Pluit pada April 2013.

Ada Tim Khusus yang Merancang Jokowi Blusukan

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) punya gaya khas dalam memimpin Ibu Kota. Mantan Wali Kota Solo ini hobi blusukan, masuk ke kampung-kampung Jakarta untuk menyapa warga.
Blusukan seperti diakui Jokowi bukan tanpa perencanaan. "Bahkan ada tim belakang layar yang menentukan ke mana dia blusukan," kata Heru Budi Hartono, Kepala Biro Kepala Daerah dan Hubungan Luar Negeri DKI Jakarta.
Heru merupakan orang di belakang Jokowi untuk merancang lokasi yang akan didatangi Jokowi. "Blusukan harus terkonsep agar bisa menyentuh akar masalah," kata Heru kepada Tempo pada Sabtu (11/1/2014) malam.

Seknas Yakin Ahok Bisa Gantikan Jokowi

Jika suatu ketika Joko Widodo (Jokowi) mengundurkan diri dari kursi DKI-1, pegiat Seknas Jokowi, Zulkarnain MS meyakini bahwa Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dinilai mampu melanjutkan pekerjaan Jokowi. Hal tersebut merupakan prediksi jika Jokowi maju sebagai Capres pada Pilpres 2014 yang akan datang.
"Saya yakin, pak Ahok bisa melanjutkan pekerjaan pak Jokowi sebagai gubernur," ujar Zulkarnain dalam jumpa pers yang digelar di kantor Seknas, di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Sabtu (11/1/2014).

Tragis, Seknas Masih Ragukan PDIP

Meskipun berulang kali tanda-tanda telah diberikan oleh internal Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) dengan sangat terang benderang bahwa pada akhirnya PDIP akan mencapreskan Joko Widodo (Jokowi). Tetapi rupanya ada pihak lain yang masih belum menerima kenyataan tersebut dan cenderung mencurigai bahwa PDIP akan mencalonkan calon lain selain Jokowi.
Salah satunya yang merasa takut dibohongi oleh para petinggi PDIP adalah presidium Seknas Jokowi, Dadang Juliantara.
Dia menegaskan, keputusan Jokowi sebagai presiden itu adalah rakyat yang menentukan.

Kata Suhardi, Geribndra Tak Gentar Jika PDIP Capreskan Jokowi

Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Suhardi, memastikan pencalonan Prabowo Subianto sebagai presiden sudah final. Dia tak khawatir meski nantinya perolehan suara legislatif Gerindra di bawah PDIP dan Golkar, atau partai lainnya.
"Sudah final sebagai capres dan tak mungkin diposisikan sebagai cawapres meski partai yang mengajak berkoalisi perolehan suara legislatif lebih tinggi," kata Suhardi di Yogyakarta, Sabtu (11/1/2014).

Kata Rhoma, Cengkok Jokowi Kurang Ndangdut

Raja Dangdut, Rhoma Irama mengomentari kemampuan vokal Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) saat berduet dengannya di malam tahun baru kemarin. "Jokowi bisa menyanyi, tapi tak pandai," ujar Rhoma kepada Tempo, Sabtu (11/1/2014).
Mengenai kemampuan Jokowi berdangdut, Rhoma menilai masih kurang. "Cengkoknya belum pas untuk ngedangdut," kata Rhoma. Untuk itu, Rhoma bersedia mengajari Jokowi bercengkok dangdut yang bagus. "Kalau dia meminta, dengan senang hati saya ajari," ia menambahkan.

Cium Tangan Mega, Jokowi: Itu Budaya Jawa

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, tindakannya untuk mencium tangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri merupakan bentuk budaya Jawa yang sempat hilang di kalangan masyarakat. "Itu, kan, bagian dari budaya Jawa, budaya Indonesia," kata Jokowi, sapaan akrabnya, saat ditemui di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu, (11/1/2014).

Sebelumnya, pada acara Hari Ulang Tahun PDIP ke-41, Jokowi yang hadir dalam kesempatan tersebut menyempatkan diri untuk mencium tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri usai prosesi pemotongan tumpeng.

Buka Kemungkinan Duet dengan Jokowi, Rhoma: Tunggu Setelah Pileg

Nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) kerap dikait-kaitkan dengan banyak pihak untuk Pilpres 2014, termasuk dengan Rhoma Irama yang sempat berduet dengan eks Wali Kota Solo itu di malam tahun baru. Benarkah Rhoma mau berduet dengan Jokowi?
"Tunggu setelah pileg," kata Rhoma kepada wartawan di posko Rhoma Irama for Indonesia (Riforri) di Jl Dewi Sartika, Jaktim, Sabtu (11/1/2014).

Live di Indosiar


Sekembalinya dari Bali, Gubenur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) Live di Indosiar dalam acara Fokus Akhir Pekan, Sabtu (11/1/2014). Jokowi live dari Taman Suropati Jakarta dengan dipandu oleh pembawa acara Tina Talisa dari studio Indosiar di Senayan. Jokowi tampil dengan mengenakan seragam kemengannya pada pilkada yang lalu, yaitu baju kotak-kotak.
Acara ini diadakan dalam rangka ulang tahun Indosiar ke-19.

Kata M Qodari, PDIP Hanya Punya 2 Skenario Pencapresan

Diprediksi akan ada dua skenario untuk memasang calon wakil presiden (cawapres) bila akhirnya PDI Perjuangan mengusung Jokowi sebagai capres.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indo Barometer, M.Qodari, di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat (Sabtu, 11/1/2014).
Skenario pertama, Jokowi akan dipasangkan dengan keturunan atau trah Bung Karno. Skenario kedua, Jokowi akan dipsangkan dengan orang luar sebagai hasil koalisi.
“Bila dari trah Bung Karno, ada Prananda Prabowo atau Puan Maharani,” ungkap Qodari.

Untuk Kesekian Kalinya Ucok Sky Kadafi Cemooh Jokowi

Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Ucok Sky Kadafi, untuk kesekian kalinya mencemooh  langkah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Kali ini Ucok mencemooh langkah Jokowi memberikan sebagian anggaran daerahnya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk program nasional adalah melanggar Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kata Hamdi Muluk, Pengumuman Capres PDIP Setelah Pemilu Pasti Rugikan Partai

Seakan menyangsikan kecerdasan dan kearifan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, pengamat psikologi politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk menilai pengumuman calon presiden dari PDI Perjuangan setelah pemilu legislatif akan merugikan partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
"Kalau pengumuman capres PDI Perjuangan setelah pemilu legislatif maka kemungkinan perolehan suara partai itu bisa turun," kata Hamdi Muluk, di Depok, Sabtu (11/1/2014).

Rapat Seknas Jokowi Diikuti 8 Perwakilan Daerah

Rapat Kerja I Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, berlangsung tertutup. Rapat tersebut berlangsung sejak pukul 09.00, Sabtu 11 Januari 2014.
Ketua Presidium Seknas Jokowi Muhammad Yamin mengatakan, ada delapan perwakilan daerah yang menghadiri rapat ini. "Dari Papua, Jambi, Sulawesi Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Palembang," ujar Yamin saat ditemui di Sekretariat Seknas Jokowi, Sabtu (11/1/2014).

Caleg PDIP Minta Ijin Pasang Foto Jokowi-Puan Maharani

Politisi PDI Perjuangan Beathor Suryadi yang juga salah satu pentolan Pro Jokowi atau PROJO mengungkap, Partai Hanura  sebagai Partai yang boleh di bilang masih baru, dengan percaya diri menampilkan tokoh strukturalnya Wiranto dengan kekuatan tokoh luarnya Harry Tanoe.
Hasilnya satu tahun kerja politik, kata Beathor, Partai Hanura naik kelas dari papan bawah ke papan tengah. Hal ini terungkap dari beberapa hasil survei yang dilakukan di berbagai lembaga dan dengan sisa waktu yang ada, Hanura mengejar target untuk menjadi partai tiga  besar.