Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ternyata sangat populer di Jawa Barat. Tingkat popularitasnya
mencapai 95,15 persen. Jokowi pun dinilai pantas sebagai calon presiden
atau wakil presiden dengan tingkat elektabilitas mencapai 47,1 persen.
Jabar adalah provinsi yang memiliki jumlah pemilih terbesar.
Hal itu terlihat dari hasil survei Tokoh Jawa Barat dalam
Kepemimpinan Nasional yang dilakukan Pusat Kajian dan Kepakaran
Statistika (PK2S) Universitas Padjadjaran pada 6-16 Desember 2013.
Survei ini sebenarnya ditujukan untuk melihat kepopuleran dan peluang
tokoh Jabar jika maju ke kancah kepemimpinan nasional. Survei
melibatkan 1.587 responden yang tersebar di 26 kota kabupaten se-Jawa
Barat. Survei menggunakan desain sampling two way stratification dengan
tingkat akurasi 3,0 persen.
Ketua PK2S Unpad Toni Toharudin dalam konferensi pers di Bandung,
Kamis (26/12/2013), mengatakan, tingkat popularitas Jokowi mencapai 95,15
persen, disusul Aburizal Bakrie 94,33 persen, dan Jusuf Kalla 93,45
persen.
Selain itu, muncul nama-nama lain, seperti Megawati Soekarnoputri
(92,50), Prabowo Subianto (88,09), Hatta Rajasa (84,81), Dahlan Iskan
(77,63), Marzuki Alie (55,83), Mahfud MD (50,79), Gita Wirjawan (47,07),
Suryadharma Ali (41,21), Pramono Edhie Wibowo (37,24), Anis Matta
(33,52), dan Anis Baswedan (32,14).
”Tidak hanya dari tingkat popularitas, masyarakat Jawa Barat juga
menilai Jokowi paling pantas menjadi calon presiden atau wakil presiden.
Jokowi meraih 47,1 persen dan mendominasi baik di seluruh daerah
pemilihan dari seluruh tingkat usia, pendidikan, dan suku bangsa di Jawa
Barat,” kata Toni.
Selain Jokowi, tokoh lain yang dinilai pantas menjadi calon presiden
atau wakil presiden adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
(13,20), Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (11,40), Menteri BUMN
Dahlan Iskan (9,60), mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (5,20), dan
mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (3,20).
Menurut Toni, meski survei tersebut untuk melihat peluang tokoh asal
Jabar dalam kancah kepemimpinan nasional, tidak bisa dihindari jika yang
menempati posisi teratas adalah tokoh- tokoh nasional, seperti Jokowi
atau Prabowo.
”Responden mungkin membaca situasi di mana Jokowi dilihat punya
prestasi, yang meski belum terlihat tetapi jelas tahap demi tahapnya.
Begitu juga dengan Prabowo,” kata Toni.
Peneliti PK2S, Tata S Wirasasmita, menambahkan, untuk tokoh Jabar
yang berkiprah di tingkat nasional, muncul nama Kepala Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) M Jumhur
Hidayat dengan tingkat popularitas 19,72 persen dan Ketua Badan
Musyawarah Masyarakat Sunda Pusat Syarif Bastaman yang meraih 16,82
persen.
Dari kepantasan menjadi capres atau cawapres, Jumhur yang meraih 1,20
persen mengungguli perolehan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis
Matta (0,80) dan capres dari Partai Hanura, Wiranto (0,60).
”Dibandingkan dengan tokoh nasional lainnya, kedua tokoh Jawa Barat
itu dari popularitasnya masih jauh tertinggal. Namun, jika mereka serius
untuk mau berkiprah dalam kepemimpinan nasional, sebenarnya masih ada
waktu dan peluang untuk itu,” kata Tata.
Namun, sampai kemarin, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, tempat
Jokowi bernaung, belum memutuskan siapa yang nantinya akan diajukan
sebagai calon presiden pada Pemilu 2014.
Capres PKS akhir Januari
PKS pun belum memutuskan kandidat calon presidennya. Menurut Ketua
Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin, kandidat capres dari PKS untuk Pemilu
2014 akan diputuskan pada Januari 2014.
”Kandidat calon presiden diputuskan oleh Majelis Syuro kira-kira pada
akhir Januari. Saya belum bisa memastikan berapa kandidat yang bakal
dipilih,” kata Hilmi, di Bandung.
Meskipun begitu, Hilmi mempersilakan para calon kandidat untuk
menghimpun dukungan sejak sekarang. Seperti diketahui, PKS menggelar
pemilihan raya (pemira) internal untuk menjaring kandidat capres pada
29-30 November 2013. Dalam pemira yang diikuti 22 calon tersebut, ada
tiga kader yang mendapat suara terbanyak, yakni Ketua Fraksi PKS DPR
Hidayat Nur Wahid, Presiden PKS Anis Matta, dan Gubernur Jabar Ahmad
Heryawan.
Hasil pemira tersebut akan dibawa ke Majelis Syuro PKS dan lembaga
itu yang bakal memutuskan siapa yang menjadi kandidat capres. Hilmi
menyatakan, kandidat capres PKS harus memenuhi sejumlah syarat. Selain
memiliki integritas pribadi dan kapabilitas sebagai pemimpin, sang
kandidat juga mesti bisa menjaring dukungan masyarakat.
”Yang tidak kalah penting adalah kemampuan mendapat dukungan dana,” ujar Hilmi.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar