Jumat, 21 Februari 2014

Jokowi Laporkan Gitar Metallica ke KPK, Kenapa Kasus Bus Tidak?

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menyindir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lambay dalam menyikapi indikasi kecurangan dalam proyek pengadaan bus Transjakarta.
Koordinator Investigasi dan Advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi, meminta Gubernur Joko Widodo dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), untuk berani melaporkan kasus tersebut ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Sekarang buktikan atau laporkanlah. Misalkan, Jokowi berani melaporkan kisruh ini ke KPK.

Jokowi Rahasiakan Pihak yang Mengancam Dirinya

Pengawal Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) bertambah sedikitnya tiga orang. Sebelumnya, Jokowi selalu dikawal dua anggota Brimob dan sejumlah petugas keamanan dari Pemprov DKI.
Jokowi mengakui adanya penambahan jumlah pengawal tersebut. Namun ia tak mau menjelaskan jumlah pengawalnya. "Dilihat saja sekarang ada berapa," ujar Jokowi di Balai Kota Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Jokowi mengakui penambahan pengawal dilakukan lantaran ada ancaman.

Singkirkan Projo atau Dinasti Soekarno Hilang?

Dinasti Soekarno terancam akan hilang dengan keberadaan kelompok Pro Jokowi (Projo) di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Apakah PDIP akan menyingkirkan kelompok Projo atau justru kehilangan dinasti Soekarno?
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarok mengatakan, kebaradaan Projo justru menjadi parasit bagi PDIP. Oleh sebab itu, partai berlambang banteng moncong putih itu ditantang untuk bertindak tegas atas keberadaan kelompok Projo.

Mubarok: Ngapain Sadap-sadap Jokowi, Dia Orang Baik

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, menilai penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi tidak berkaitan dengan politik menjelang Pemilu 2014. Ia menduga penyadapan tersebut dilakukan pihak asing untuk kepentingan ekonomi.
"Jokowi orangnya baik, terbuka, ngapain pakai disadap-sadap? Saya kira enggak ada hubungannya dengan politik. Saya kira itu asing yang ada kepentingan ekonominya, jadi menyadap Jokowi," ujar Mubarok saat dihubungi, Jumat (21/2/2014).

Kalau Merosot Terus, Jokowi Jadi Capres di 2019

Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) terus merosot sejak banjir melanda Ibu Kota akhir tahun lalu.Survei menunjukkan eleketabilitas Jokowi kembali turun. Publik menganggap Jokowi belum bisa menyelesaikan masalah. Tidak menutup kemungkinan, mantan Wali Kota Solo itu tidak didukung dalam Pemilihan Presiden 2014. Ia baru akan dimajukan pada 2019 jika berhasil memimpin Jakarta.
"Kalau misalnya 2014 Mega maju, 2019 Jokowi akan maju jika berhasil mimpin Jakarta," ujar pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarok, Jumat (21/2/2014).

Elektabilitas Jokowi Bisa Kembali Tinggi Jika...

Peneliti dari POINT Indonesia Karel Susetyo menilai, kinerja Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI belum memuaskan masyarakat Jakarta.Hal tersebut berimbas pada menurunnya elektabilitas Jokowi dalam beberapa survei.
Menurut Karel, publik saat ini sudah bisa menilai kinerja Jokowi sebagai sosok pemimpin Ibukota. Bahkan, bukan tidak mungkin menurunnya elektabilitas Jokowi, sebagai cerminan kalau masyarakat sudah mulai tidak percaya dengannya.
"Elektabilitas menjadi penilaian publik atas realisasi janji-janji kampanye yang telah diucapkan. Jadi salah satu cara agar elektabilitas Jokowi kembali naik, adalah membuktikan janji-janji itu," jelasnya, Jumat (21/2/2014).

Konglomerat Dibalik Projo

Beberapa konglomerat ada dibelakang kelompok pendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk maju sebagai Capres 2014, yang menamakan dirinya Pro Jokowi (Projo).
Penilaian itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarok, di Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Menurutnya, para konglomerat itu bergerak di belakang layar. Mereka mencoba untuk mengambil keuntungan dari Jokowi.

Jokowi Pernah Tolak Proposal Monorel Adhi Karya

Pada akhir 2012, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memutuskan akan melanjutkan proyek monorel yang sudah terhenti sejak tahun 2007. Dengan alasan, proyek ini dilanjutkan untuk memecahkan masalah kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Mendengar hal itu, PT Adhi Karya (Persero) Tbk langsung mengajukan proposal untuk mengurangi kemacetan Jakarta dengan menggunakan moda transportasi massal monorel.

Fahri Anggap KPK Aneh Karena Tak Periksa Jokowi

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, Fahri Hamzah mempertanyakan sikap lembek KPK terhadap dugaan kasus korupsi yang melibatkan para kader PDI Perjuangan.
"Saya melihat terhadap kasus-kasus yang melibatkan sejumlah kader PDIP, KPK memang lembek kok. Lihat saat KPK memanggil Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dalam kasus cek pelawat dimana Megawati tidak datang dan KPK tidak bisa memaksanya," kata Fahri saat dihubungi wartawan, Jumat (21/2/2014).

Jokowi Tak Persoalkan Jika KPK Periksa Dirinya

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan tidak masalah apabila Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa dirinya terkait adanya dugaan penggelembungan dana dalam pengadaan bus baru Trans Jakarta.
"Ya enggak apa-apa lah (diperiksa KPK)," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Namun, sebelum diperiksa KPK, Jokowi mengatakan alangkah baiknya apabila menunggu hasil pemeriksaan dari Inspektorat Pemprov DKI yang diberi waktu selama dua pekan ini.

Jokowi Disadap Karena PDIP Dianggap Seksi

"Pasti dong (terkait isu politik). Partai kami dianggap seksi, karena akan menentukan arah peta politik pemilu. Tentu yang disadap yang kemungkinan besar akan maju. Ketum (Megawati), Jokowi, calon kuat lain juga bisa jadi objek penyadapan dan penguntitan," kata Hendrawan ketika dihubungi detikcom, Jumat (21/2/2014).
Hendrawan berpesan agar parpol tidak menggunakan cara-cara kotor dalam berpolitik jelang Pemilu Legislatif April mendatang.

Iriana Tak Khawatir Jokowi Disadap

Penyadapan rumah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) masih misterius. Namun 'target operasi' penyadapan tetap bersikap santai. Begitu juga dengan istrinya Iriana yang mengaku tak khawatir.
"Kenapa musti khawatir? Kalau kita berpikirnya positif, nggak akan khawatir," kata Iriana di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat, (21/2/2014).
Dia mengaku tak ambil pusing dan mencoba berpikir positif atas kejadian ini.

Nasdem Dorong Polisi Usut Penyadapan Jokowi

Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum Partai NasDem Ferry Mursyidan Baldan mengatakan bahwa kepolisian tidak perlu menunggu laporan untuk mengusut dugaan penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
"Ini ada unsur pidana dan bukan delik aduan. Tidak mesti nunggu laporan," ujar Ferry kepada wartawan usai menjadi narasumber sebuah lembaga survei di Jakarta, Jumat (21/2).

Kendati demikian, Ferry mengatakan bahwa penyadapan ini justru memberikan manfaat kepada Jokowi.

Kata Hendrawan, Sebelum Mega Bicara Masih Spekulasi

Beredar kabar bahwa penetapan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres PDIP sudah final. Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno menjanjikan bahwa partai berlambang banteng itu akan buka-bukaan bila sudah final.
"Kalau belum keluar dari Ibu Mega, anggap saja masih spekulasi. Kalau final, akan disampaikan secara terbuka," kata Hendrawan ketika dihubungi detikcom, Jumat (21/2/2014).
Hendrawan meminta publik sabar menunggu kepastian capres dari PDIP. Ia juga mengakui bahwa saat ini sudah banyak masukan dari berbagai pihak yang meminta PDIP menetapkan Jokowi sebagai capres.

Gampang Diusut Pelaku yang Pasang Penyadap di Rumah Jokowi

Pengamat Intelijen, Wawan Purwanto, menegaskan tidak susah untuk mengetahui siapa pelaku yang memasang alat penyadap di kediaman Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi.
"Kalau menurut saya pembuktian bisa dilakukan polisi. Itu pasti bisa diusut siapa pelakunya. Kalau serius mau diusut nanti bisa dilihat sidik jari pelaku di lokasi, ada CCTV disitu, protokoler gubernur bisa dimintai keterangan misalnya siapa saja yang dia lihat keluar masuk dari rumah. Siapa yang lalu lalang di kamar, di ruang makan, ruang tamu, dan sebagainya itu bisa diketahui.

Ketua MPR: Saya Sudah Lama Tahu Tentang Penyadapan Jokowi

Penemuan alat penyadap di rumah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) bukanlah hal yang mengejutkan bagi Ketua MPR RI Sidarto Danusubroto. Menurutnya, jauh sebelum pemberitaan ini mencuat dia sudah mengetahui hal tersebut.
"Saya sudah tahu sejak lama itu," kata Sidarto, Jumat (21/02) seusai menghadiri acara diskusi dengan mahasiswa di Yogya.
Kabar penyadapan terhadap Jokowi ini menurut Sidarto sudah diketahuinya ketika dia berkunjung ke rumah Jokowi beberapa waktu lalu.

Jokowi Disadap, PDIP: Bisa Jadi Dilakukan Orang Dalam

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengaku menemukan alat penyadap di rumah dinas dan kantornya. Melihat lokasi ditemukannya alat penyadap itu, bisa jadi pelakunya orang yang berada di lingkungan dalam eks Wali Kota Solo itu.
"Bisa orang dalam, bisa juga orang luar. Tapi kan ada pengawal, itu yang harus diperiksa.‎ Pak Jokowi kan ada pengamanan pribadi," kata Ketua DPP PDIP Komarudin Watubun saat dihubungi detikcom, Jumat (21/2/2014).

Paloh: Apa Hebatnya Sampai Jokowi Disadap?

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh meragukan penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Paloh menilai Jokowi masih orang biasa yang tak perlu diketahui gerak-geriknya.
"Saya tidak merasa itu aneh. Apa hebat sekali untuk disadap. Sekarang ini kita kan hidup dalam dunia yang sadap menyadap," kata Paloh saat menghadiri Apel siaga Partai Nasdem di GBK Senayan, Jakarta, Jumat (21/2/2014).

Harapan Dunia Usaha pada Presiden Jokowi

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) kembali diharapkan untuk menjadi Presiden Indonesia selanjutnya. Tidak hanya dari politikus, kali ini kalangan pengusaha juga berharap Jokowi bisa menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ketua Komite Tetap Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan, Lingkungan Hidup, Perubahan Iklim, dan Pembangunan Berkelanjutan Kadin, Riza Suarga berharap, jika Jokowi menjadi presiden bisa memaksa perbankan mengucurkan kredit kepada pengusaha pemula.
"Semoga Jokowi jadi presiden dan meminta bank khususnya BUMN fokus pada pengusaha pemula.

Kata Dradjad, Tak Ada Bukti, Jokowi Cuma Cari Sensasi

Wakil Ketua Umum PAN Dradjad Wibowo angkat bicara soal isu alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Dia menilai, isu itu tidak kuat karena tak diserta bukti yang cukup.
"Masalahnya klaim Jokowi disadap ini tidak disertai bukti yang kuat. Baik bukti tentang adanya alat penyadapan di rumah dinas Jokowi ataupun tentang pihak yang memasang," ujar Dradjad dalam pesan singkat, Jumat (21/2/2014).
Karena itu, isu itu bisa dimentahkan begitu saja. Apalagi, kata dia, sah saja jika orang berpandangan isu itu hanya untuk mencari sensasi belaka.

Haji Lulung Puji Jokowi Soal Tanah Abang

Sejumlah pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung di Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mereka pun meminta pindah ke blok A, yang dianggap lebih ramai. Apalagi hingga kini aneka janji Gubernur Joko Widodo dinilai tak banyak membantu mendongkrak jumlah pembeli.
Promosi lewat sejumlah undian maupun pembangunan fasilitas seperti JPO belum sepenuhnya terwujud, sehingga pedagang menjadi tidak sabar. Sebagian malah ada yang sudah kembali berjualan di kaki kali lima sekitar Tanah Abang.
Menanggapi kondisi ini, Abraham Lunggana atau lebih dikenal dengan Haji Lulung meminta pedagang bersabar.

Jokowi Tolak Penuhi Permintaan Warga Ciawi

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara mengenai warga Desa Cipayung Datar, Kecamatan Ciawi yang meminta ganti rugi tanah dengan harga tinggi. Menurut Jokowi, pemprov tidak bisa memenuhi permintaan warga yang tidak logis tersebut. 
"Kita kan berpegangan pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Artinya, ya logikanya saja, lah. Kalau naik 10 sampai 20 persen dari NJOP masih bisa. Tapi kalau misalnya dari Rp 300 ribu per meter menjadi Rp 15 juta per meter ya tidak logis," ujar dia di Balai Kota, Jumat (21/2/2014).

Surva-surve Roy Morgan: Jokowi Tetap Kandidat PresidenTerpopuler

Menurut data hasil polling Roy Morgan, Joko Widodo (Jokowi) tetap menjadi kandidat presiden yang paling populer dan paling banyak dipilih. Jokowi memperoleh 39 persen suara, jauh berada di atas Prabowo Subianto yang menempati posisi kedua dengan 16 persen, serta Aburizal Bakrie 12 persen suara.
Direktur Roy Morgan, Irawati Soekirman menyatakan Jawa Tengah tercatat menyumbang pemilih terbanyak bagi. Sekitar 22 persen masyarakat yang memilih Jokowi berasal dari Jawa Tengah.

Surva-surve PDB: Ini Penyebab Elektabilitas Jokowi Turun

Elektabilitas Jokowi sebagai Capres 2014 terus menurun menjelang Pemilu 2014. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pendiri Pusat Data Bersatu (PDB) Didik J Rachbini mengatakan, penurunan elektabilitas Jokowi sebagai capres sudah terjadi sejak enam bulan belakangan ini. Namun hal ini bukan disebabkan karena masalah banjir di Jakarta.
"Bukan karena banjir, karena sebelum banjir itu sudah turun di angka 28 persen," ujar Didik di Hotel Atlet Century, Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Meski begitu, Didik belum bisa memastikan penyebab utamanya turunnya elektabilitas Jokowi menjelang Pemilu 2014.

Surva-surve PDB: Elektabilitas Jokowi Mentok, Prabowo Naik

Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) masih menempati urutan pertama sebagai calon presiden dalam berbagai survei. Dalam survei yang dilakukan Pusat Data Bersatu (PDB), orang nomor satu DKI Jakarta itu berada di posisi pertama di angka 31,8 persen.
Namun, dalam survei yang dilakukan PDB, tingkat elektabilitas mantan Walikota Solo tetap stagnan berada di angka 31,8 persen.

Jokowi Tak Mau Lapor Polisi

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melaporkan penyadapan kepada pihak berwajib.
"Untuk apa? Wong (pembicaraan) nggak ada isinya. Nggak pernah ngomong apa-apa. Saya terus terang saja," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Alat sadap yang dibeberkan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Tjahjo Kumolo beberapa waktu, mantan Walikota Solo ini mengungkapkan dirinya tidak merasa terancam.

Alaydrus: Mentang-mentang Dekat dengan Jokowi, PT JM tolak panggilan DPRD

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta merasa dilecehkan PT Jakarta Monorail (JM). Sebab, PT JM mangkir dari panggilan DPRD DKI untuk memberikan penjelasan mengenai proyek monorail.
"Kalau diundang datang, jangan mentang-mentang dekat dengan Jokowi terus bisa seenaknya menolak tanpa alasan yang jelas," ujar anggota DPRD DKI Jakarta Ahmad Husein Alaydrus di Gedung DPRD, Jumat (21/2/2014).
Alaydrus mengatakan alasannya PT JM untuk tidak menghadiri panggilan DPRD tersebut tidak masuk akal. Menurut dia, PT JM harus memahami saat berhubungan dengan Pemprov DKI Jakarta itu berarti berhubungan dengan DPRD juga.

Eva Kusuma Sundari: Jokowi Disadap Sebuah Tragedi Reformasi

Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari,  menilai penyadapan yang dilakukan di Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi, adalah sebuah tragedi reformasi.
Menurutnya, bukan saja membuka ruang bagi kelompok pro demokrasi akan tetapi juga bagi yang anti demokrasi.
Sementara, karena reformasi, tidak dipimpin menuju kemandirian dan kedaulatan politik,  maka penyadapan oleh oknum anti demokrasi sebenarnya disadap Australia via NSA atas perintah Amerika Serikat," tutur Eva, Jumat (21/2/2014).

Buntut Penyadapan, Jokowi Minta Pengawal Lebih Waspada

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) telah mewanti-wanti para pengawalnya agar lebih waspada pascapenyadapan terhadap dirinya seperti yang diungkapkan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Tjahtjo Kumolo.
"Saya sampaikan ke pengamanan, hari-hari harus hati-hati," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Jumat (21/2/2014).
Namun, Jokowi mengatakan, pihaknya tidak akan melaporkan isu penyadapan tersebut kepada pihak Kepolisian. Sebab, menurutnya tidak ada hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti.

Jokowi Dianggap Sudah Maksimal Bantu Pedagang Blok G

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya bakal terus melakukan upaya maksimal untuk membuat Pasar Blok G Tanah Abang agar ramai pembeli, termasuk rencana pemindahan sejumlah pedagang sablon dari Pasar Senen.
Asisten Manager Humas PD Pasar Jaya, Agus Lamun menyebut sejauh ini segala upaya sudah dicoba untuk membuat pembeli datang ke area Blok G.

Jokowi Bersedia Bila Disadap KPK

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan dirinya tidak tahu siapa yang melakukan penyadapan di rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati No 7, Menteng, Jakarta Pusat. Tetapi menurut Jokowi, dia tidak akan mempermasalahkan penyadapan itu.
Disampaikan Jokowi, dirinya akan selalu berfikir positif terkait kasus penyadapan terhadap dirinya itu. Dia tidak mempermasalahkan apabila lembaga tertentu yang menyadap dirinya untuk kepentingan yang positif. Misalnya saja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan penyadapan.
"Kalau saya disadap KPK tidak apa-apa.

Priyo: Penyadapan Jokowi Tidak Jelas

Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mengaku belum mengetahui kebenaran informasi penyadapan terhadap Joko Widodo (Jokowi) dan Megawati Soekarno Putri. Karena, informasi yang disampaikan elite PDIP soal penyadapan kepada Jokowi dan Megawati tidak jelas.
"Saya tidak tahu kebenarannya, ya kalau itu disadap masalah politik atau hukum atau ekonomi. Ini kan harus juga jelas dan sekarang tidak ada," kata Priyo kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jum'at (21/2/2014).

Jokowi: Untuk Apa Saya Disadap?

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan penyadapan di rumah dinas dan ruang kerjanya sangat tidak wajar. Ia heran mengapa ada orang menyadap dirinya.
"Kalau saya yang disadap enggak wajar, untuk apa? (Kalau) Yang disadap untuk orang-orang penting gitu loh. Saya tuh opo, yang disadap apa (nya)," ujar Jokowi di Balai Kota, Jumat (21/2/2014).
"Nyadap itu karet dapat hasil. Nyadap Jokowi dapat apa?", kata Jokowi.

Jokowi Minta Masalah Penyadapan Tak Dibesar-besarkan

Masalah penyadapan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) semakin hangat diperbincangkan. Bahkan ada pihak yang menyebut penyadapan itu terkait dengan kabar pencapresan Jokowi. 
Namun orang nomor satu di pemerintahan DKI Jakarta itu malah menanggapi enteng permasalah ada alat sadap di rumah dinasnya Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Bahkan dia meminta agar permasalahan itu tidak dibesar-besarkan.

Kata Pohan, Jokowi kan Capres, Jadi Perlu Caper

Ditemukan alat sadap di tiga tempat dalam rumah Gubernur DKI Jakarta Jokowi pada Desember 2013 menurut Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo. Hal tersebut disangsikan oleh Wasekjen PD Ramadhan Pohan karena baru sekarang diungkap.
"Kalau sekarang dia teriak-teriak, tentang rumahnya sendiri, ini ada apa? Minta dikasihanikah? Caper (cari perhatian). Kita maklum saja, Jokowi kan sedang digadang-gadang jadi capres, jadi perlu caper," ujar Ramadhan Pohan kepada wartawan, Jumat (21/2/2014).

Jokowi Tahu Siapa yang Lakukan Penyadapan

Walikota Jakarta Utara Heru Budi Hartono angkat bicara soal penyadapan pada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Menurut Heru, Jokowi sudah punya feeling dirinya disadap. Karena itu dia pun meminta agar rumah dinasnya disterilisasi.
"Jadi Pak Gubernur beberapa bulan yang lalu sudah dari jauh-jauh hari sekitar bulan Agustus atau September 2013 menyampaikan di rumah dinasnya untuk dilakukan sterilisasi," kata Heru Budi Hartono di Kantor Walikota Jakarta Utara, Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara, Jumat (21/2/2014).

Tentang Alat Penyadapnya, Jokowi: Harga Rp 1.000-2.000 Dapat

Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) mengaku dirinyalah yang meminta rumah dan lingkungan kantornya untuk diperiksa menggunakan detektor. Dia meminta itu setelah ada yang memberi saran tentang pentingnya keamanan.
"Ya ada yang ngomong ke saya ini perlu untuk keamanan. Untuk anu... perlu dicek. Ngeceknya gimana? Oh ada Pak, alatnya pakai detektor. Oh ya sudah cek saja," kata Jokowi di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (21/2/2014).
Jokowi mengaku dirinya sudah melihat sendiri alat sadap tersebut. Menurutnya, harga perangkat itu tak mahal.

Pasca Penyadapan, Jokowi Tingkatkan Pengamanan

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah meningkatkan pengamanan di rumah dinas dan kantornya pasca diketahui ada penyadapan di rumah dinasnya, Jalan Taman Suropati.
Jokowi mengaku tidak tahu siapa pelaku yang memasang alat sadap tersebut. "Kalau saya tahu orangnya datang, ya sudah saya gebuk," katanya.
Apalagi, kata dia, dirinya selalu terbuka menerima tamu yang datang. "Pasti (pengamanan ditingkatkan)," kata dia di Balai Kota Jakarta, Jumat (21/2/2014).

Kata Roy Suryo, Alat Sadap di Rumah Jokowi Sudah Kuno

Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, mengatakan alat penyadap yang ditemukan di rumah dinas Jokowi sudah ketinggalan zaman. Menurut Roy, jika memang benar ditemukan, hal tersebut adalah penemuan biasa.
Ia sepakat Jokowi tetap santai dan tenang meski tahu disadap sejak Desember 2013.
“Sebagai pejabat negara, tentu harus sadar bahwa pembicaraan di manapun pasti akan direkam.

Selain di Rumah Dinas, Jokowi Juga Temukan Alat Sadap di Balai Kota

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa di ruang kerjanya di Balai Kota juga ditemukan alat sadap. Alat sadap itu juga sebelumnya diketahui telah terpasang di rumah dinasnya.
"Iya. Ada (di Balai Kota)," ujar Jokowi di Balai Kota, Jumat (21/2/2014).
Jokowi mengaku heran mengapa ruang kerjanya juga sampai dipasang alat sadap. Sebab menurutnya siapa tamu yang diterimanya pasti diketahui oleh publik. Apalagi pembicaraan yang dilakukan kepada tamunya jelas-jelas masalah pekerjaan.

Jokowi Disadap, Mabes Polri dan Polda Koordinasi

Jajaran Markas Besar Kepolisian RI belum menerima laporan dari pihak yang merasa dirugikan terkait penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
"Kita belum terima laporan terkait dugaan penyadapan tersebut," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Agus Rianto, Jumat (21/2/2014).
Saat ditanya apakah harus menunggu laporan atau Polri yang aktif, Agus menjelaskan penanganan perkara di kepolisian punya mekanisme tersendiri.
Menurut Agus, cara atau mekanisme pnganan perkara di Polri antara lain laporan itu dilakukan oleh korban, orang yang mengetahui mengalami atau oleh Polri.

Demokrat Cuek Masalah Penyadapan Jokowi

Ketua Harian Partai Demokrat Syarif Hasan tak mau ikut arus hiruk-pikuk penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Menurut dia, Demokrat hanya ingin fokus pada Pemilu Legislatif yang bakal berlangsung 9 April 2014.
Syarif pun cuek saja meski ada orang yang menduga penyadapan di rumah dinas Jokowi dilakukan oleh pemerintah. Menteri Koperasi dan UKM itu berpendapat, semua tak lebih dari manuver politik.
“Biar rakyat yang menilai semua manuver politik itu. Demokrat fokus ke pemilu legislatif,” kata Syarif, Jumat (21/2/2014).

Kata Ara, Penyadapan Hanya Untuk Pembelajaran Saja

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) baru mengumumkan aksi penyadapan di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Padahal, penyadapan itu sudah terungkap sejak tiga bulan lalu.
Menurut Ketua DPP PDIP, Maruarar Sirait (Ara), tak ada niat partainya untuk mengumumkan hal ini saat mendekati Pemilu 2014. Partainya, hanya ingin membagi pengalamannya menjadi korban penyadapan.

Istri Jokowi Bingung Alat Sadap Bisa Masuk Kamarnya

Adanya tiga alat sadap yang ditemukan di kamar tidur utama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) cukup mengejutkan.  Bahkan sang istri, Iriana sempat bingung mengapa alat sadap bisa masuk ke kamar tidurnya. Mengapa ada orang yang begitu mudah masuk ke dalam kediaman Jokowi.
"Ibu bingung karena ada alat sadap di kamarnya," kata seorang sumber, Jumat (21/2/2014).

Trik Jokowi Menggaet Foxconn

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan faktor utama yang mendorong Foxconn Technology Group membangun pabrik di Jakarta. Jokowi punya sedikit trik yang membuat produsen komponen elektronik asal Taiwan itu kepincut.
"Mengapa mereka tertarik? Karena kami langsung tanyakan kebutuhan mereka, misalnya lahan," kata Jokowi setelah menghadiri acara UMKM Outlook di kantor Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Jumat (21/2/2014).
Menurut Jokowi, pada kunjungan pertama ke Jakarta, petinggi Foxconn mengatakan butuh lahan 200 hektare.

Penyadapan Diungkap Karena Nasdem Diteror

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membantah bahwa mereka sengaja mengungkap aksi penyadapan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, demi meraup simpati publik menjelang Pemilu 2014 dan mendongkrak kembali pamor Jokowi yang ditengarai mulai turun.
“Tidak benar. Saya tahu sendiri alat sadap itu benar ada seperti yang disampaikan oleh Pak Jokowi,” kata politisi PDIP Tubagus Hasanuddin di Jakarta, Jumat (21/2/2014).

Projo: Pencapresan Jokowi Sudah Final

Pencapresan Joko Widodo (Jokowi) oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah final dan tinggal menunggu waktu pendeklarasian. Demikian ditegaskan kader dan penggagas PDIP Pro-Jokowi (Projo) Fahmi Habsyi, Jumat (21/2/2014).
Fahmi berujar bahwa kader dan simpatisan serta rakyat Indonesia saat ini tinggal menunggu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnopuitri menghitung tanggal baikpendeklarasian Jokowi sebagai capres sebelum pemilu legislatif.

Foxconn Janjikan Jokowi Gambar Pabrik Ponsel Dua Bulan Lagi

Investasi Hon Hai Precision Industry Co Ltd atau akrab disebut Foxconn, diklaim Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berjalan sesuai rencana. Dua bulan lagi, pabrikan perakit iPhone asal Taiwan itu akan menggambar rancangan pabrik.
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo menyatakan, kedua pihak sampai sekarang masih aktif berkomunikasi. "Ini ketemu terus. Kemarin mereka sudah kirim tim, banyak ke sini," kata pria populer disebut Jokowi ini selepas mengisi seminar di Universitas Siswa Bangsa International, Jakarta, Jumat (21/2/2014).

Jokowi Beberkan Kesalahan Pembangunan Rusun Marunda

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan tak akan sekadar membangun rumah susun tanpa mengembangkan infrastruktur pendukung. Itu berkaca pada kondisi 27 unit rusun di Marunda, Jakarta Utara yang terbengkalai selepas berdiri.
"Tujuh belas rusun di antaranya kosong melompong, mangkrak tujuh tahun," kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) usai mengisi seminar di Universitas Siswa Bangsa Internasional, Jakarta, Jumat (21/2/2014).

Elite PDIP: Alat Sadap di Rumah Jokowi Banyak Dijual di Glodok

Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo mengungkapkan penemuan alat sadap di kediaman Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Politisi PDIP Arif Wibowo menyebutkan jenis alat yang ditemukan sudah kuno.
"Sudah kuno itu alat sadapnya. Mungkin kalian juga punya. Itu banyak itu dijual di Glodok (pusat perbelanjaan elektronik di Jakarta). Jadi bukan alat yang canggih begitu," kata Arif di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (21/2/2014).
Menurut Arif alat sadap itu ada yang berbentuk menyerupai alat tulis dan dipasang di ruangan dalam rumah Jokowi. Tetapi Arif belum mengetahui mengenai detail penyadapan tersebut.