Kamis, 15 Mei 2014

Jawaban Malu-malu Mau Abraham Jadi Cawapres Jokowi

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad memang ramai diwacanakan mencajadi cawapres PDIP Joko Widodo (Jokowi), bersama sejumlah tokoh lain, misalnya Mahfud MD dan Jusuf Kalla (JK).
Tapi di antara ketiga nama itu, nama Abraham memang paling santer dikabarkan bakal digaet PDIP menjadi cawapres pada pilpres 9 Juli nanti.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, mengatakan siapa cawapres pendamping Jokowi akan diumumkan dalam rentang tanggal 10 hingga 18 Mei, atau dalam pekan-pekan ini. Namun dari sejumlah nama sepertinya nama Abraham Samad terkuat.

Jokowi Baru Sadar Elektabiltiasnya tak Setinggi yang Dibayangkan

Tampak ada kesimpangsiuran dalam proses pemilihan bakal calon wakil presiden bagi Joko Widodo.
Pengamat politik, Hendri Satrio, menegaskan, bila benar elektabilitas Jokowi sebagai capres paling tinggi, seharusnya Gubernur DKI Jakarta itu tidak pusing menentukan cawapresnya.
Karena dengan siapapun dia dipasangkan, mestinya menang. Termasuk bila dipasangkan dengan Puan Maharani, kata Hendri lewat pesan singkat seperti yang dilansir RM Online, Kamis (15/5/2014).

Putri Rhoma Irama Akui Lagi Galau Jika Jokowi Maju Capres

Putri Rhoma Irama, Debby Rhoma, mengaku kaget karena status yang di-posting-nya di Facebook menjadi pembicaraan di sejumlah media online. Di dalam status itu, Debby menuliskan kegalauannya jika Jokowi maju sebagai capres. Dia mengancam akan pindah ke luar negeri jika Jokowi menjadi presiden.
Menurut Debby, status itu di-posting-nya karena kesal Jokowi tak menuntaskan tanggung jawabnya di Ibu Kota. Padahal, sebut Debby, ia mengagumi sejumlah program pelayanan publik yang dianggapnya banyak kemajuan pada era kepemimpinan Jokowi.
"Saat orang lagi senang-senangnya, tahu-tahu Jokowi meninggalkan kita semua di Jakarta untuk jadi capres. Sebagai warga Jakarta, saya sangat kesal. Jadi, saya tuangkan dalam tulisan itu," ujar Debby saat dihubungi, Kamis (15/5/2014).
Ia menyatakan kecewa dengan keputusan Jokowi meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Padahal, kata dia, Jokowi sudah bersumpah menuntaskan tugasnya.

Merapat ke Jokowi, Denny JA Bikin Puisi

Belum lama ini pelopor lembaga survei politik di Indonesia, Denny JA membuat kejutan dengan menyampaikan dukungannya ke Joko Widodo alias Jokowi yang menjadi calon presiden (capres) dari PDIP. Denny yang sebelumnya dikenal sebagai konsultan politik bagi Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie itu bahkan mengaku siap mengantarkan Jokowi ke kursi kepresidenan.
Belakangan Denny membeber alasannya mendukung Jokowi. Menurutnya, ada faktor ideologis sehingga mendukung Jokowi di pemilu presiden (pilpres) Juli nanti.

Jokowi Diminta Tidak Memilih Cawapres Kontroversial

Calon presiden (Capres) dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) diminta tidak salah memilih calon wakil presiden (Cawapres) yang akan mendampinginya. Jokowi jangan sampai memilih Cawapres yang kontroversial dan penuh resisten dari masyarakat.
Peneliti senior dari LIPI, Siti Zuhro mengatakan, Jokowi harus memilih Cawapres yang mampu meningkatkan elektabilitasnya.
"Cawapres harus tepat, tidak timbulkan kontroversi dan resisten. Revolusi mental berawal dari ketepatan Jokowi memilih pendampingnya. Kalau Cawapres yang dipilih bermasalah maka gagasan Jokowi perlunya revolusi mental tidak pernah akan terjadi," kata dia dalam diskusi bertajuk Revolusi Mental Ala Jokowi, di Jakarta, Kamis (15/5/2014) petang.

Awas Jebakan! JK Bisa Jadi Bumerang Bagi Jokowi!

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie telah menemui Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Kamis (15/5/2014). Pertemuan Ical -sapaan akrab Aburizal Bakrie- dengan Mega sudah bertemu dua kali dengan calon presiden (capres) yang diusung oleh PDIP, Joko Widodo.
Namun, menurut pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens, pertemuan itu belum tentu menjadikan sinyal bahwa kedua partai besar ini akan berkoalisi di pilpres 9 Juli nanti.

Survei: Jokowi-Dahlan Iskan Tertinggi

Keterpilihan Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mencapai titik tertinggi bila berpasangan dengan Dahlan Iskan (41,83%), Mahfud MD (40.55%), atau Jusuf Kalla (40,73%).
Peneliti senior Founding Fathers House (FFH) Dian Permata mengungkapkan hal itu saat memaparkan hasil survei cawapres yang berpotensi dipasangkan dengan capres lain yang dilakukan oleh Founding Fathers House (FFH), dengan tajuk diskusi Mantenan Politik 2014-2019 : Versi Rakyat Vs Versi Elit, di Jakarta, Kamis (15/5/2014).

Koalisi Tiga Parpol Pendukung Jokowi sudah Ramping

Koalisi parpol untuk mendukung pengajuan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) yang terdiri dari PDIP-NasDem-PKB sudah ramping.
"Jika Partai Golkar bergabung dengan PDIP, akan terjadi koalisi tambun atau koalisi yang besar. Bahkan melebihi koalisi yang dibangun oleh Gerindra, PKS, PPP dan PAN," kata peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro di Jakarta, Kamis (15/5/2014)
Dia mengatakan itu dalam diskusi dan pemaparan hasil survei cawapres yang berpotensi dipasangkan dengan capres lain yang dilakukan oleh Founding Fathers House (FFH), dengan tajuk diskusi Mantenan Politik 2014-2019 : Versi Rakyat Vs Versi Elit.

Internal Golkar Yang Ingin Barokah Jokowi

Politisi senior Partai Golkar yang duduk di dewan pertimbangan (wantim) partai beringin itu mengusulkan agar Akbar Tandjung menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Joko Widodo dalam pemilu presiden (pilpres) Juli nanti. Setidaknya 16 anggota Wantim Golkar telah menandatangani surat pernyataan dukungan agar Akbar menjadi cawapres bagi capres asal PDIP yang dikenal dengan sapaan Jokowi itu.
Salah satu anggota Wantim Golkar, Mahadi Sinambela mengatakan, surat pernyataan dukungan agar Akbar mendampingi Jokowi di pilpres ditandatangani Rabu (14/5/2014).

Sabam Sarankan Demokrat dan Golkar Jadi Oposisi

Politisi senior Sabam Sirait meminta Partai Golkar berkoalisi dengan Partai Demokrat pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. Menurutnya, Golkar sebaiknya tidak merapat ke PDI Perjuangan.
"Biarlah mereka jadi oposisi. Golkar kan belum pernah jadi oposisi. Coba Golkar dan Demokrat merasakan oposisi lah," kata Sabam di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 15 Mei 2014.

Ical dan Jokowi Tak Hadiri Ultah JK

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) kemungkinan batal berkunjung ke rumah Jusuf Kalla (JK) di Jalan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2014). Info tersebut diungkapkan salah satu petugas pengamanan di rumah JK yang enggan disebutkan namanya.
Sumber di rumah JK tersebut mengatakan, pembatalan kedatangan Ical di acara ulang tahun JK disampaikan sendiri oleh Ical melalui sambungan telepon di dalam rumah JK.
"Terkait alasan pastinya kenapa beliau tidak datang, kami kurang tahu. Yang jelas, Pak Ical tidak jadi datang malam ini begitu pun juga dengan Pak Jokowi yang sudah izin tidak datang mengunjungi JK saat dikonfirmasi Kamis siang," ungkap dia.

Peluang Jokowi Kalah Terbuka Bila Salah Pilih Cawapres

Lembaga survei Founding Fathers House (FFH) merilis hasil penelitian selama 11 April sampai 14 Mei 2014 di 34 provinsi. Survei yang melibatkan ratusan orang itu menempatkan Jawa Barat sebagai daerah yang memiliki sampel terbanyak, sedangkan Provinsi Papua memiliki sampel paling sedikit.
Peneliti senior dari FFH Dian Permata menyebut, hasil penelitiannya menempatkan tiga nama terkuat menjadi cawapres di pilres nanti, antara lain Dahlan Iskan, Mahfud MD dan Jusuf Kalla (JK).
"Ketiga nama itu potensial menjadi cawapres di Pilres 2014. Karena mereka punya modal sosial dan politik tertinggi bila dipasangkan dengan capres manapun, mulai Aburizal Bakrie, Joko Widodo alias Jokowi maupun Prabowo Subianto," kata Dian, di Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2014).

JK Baru Bisa jadi Cawapres Setelah Rapimnas

Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menyatakan, keputusan majunya Jusuf Kalla sebaga calon wakil presiden mendampingi capres Jokowi, akan diputuskan di rapat pimpinan nasional (Rapimnas) partainya pada 18 Mei 2014.
Penegasan tersebut disampaikan Idrus seusai menghadiri acara ulang tahun Jusuf Kalla ke-72 di rumahnya, Jl Brawijaya 6 Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2014).
Pasalnya, partainya belumpernah melakukan pembahasan tersebut.
"Kita belum prnah bicarakan itu (cawapres JK), tetapi ARB (Abuizal Bakrie) akan menyerahkan semuanya kepada peserta rapimnas," kata Idrus.

PDIP Masih Pertimbangkan Abraham Samad Jadi Pendamping Jokowi

PDI Perjuangan mengakui nama Ketua KPK Abraham Samad masuk dalam bursa calon wakil presiden pendamping Joko Widodo. Samad masuk bursa bersama calon lainnya Jusuf Kalla.
"Itu (Samad) masuk dalam pertimbangan. Tapi kan belum ada keputusan," kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP Puan Maharani di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Kamis (15/5/2014).
Puan juga mengatakan Jusuf Kalla masuk dalam bursa cawapres dan masuk dalam pertimbangan Megawati Soekarnoputri. Puan menuturkan keputusan pendamping Jokowi harus dibicarakan dengan partai pendukung.

Denny JA Dukung Jokowi Karena Ideologi

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan alasan dirinya mendukung Jokowi lebih karena ideologi, yaitu karena ada kesamaan paham kebangsaan, khususnya terkait dengan semangat yang melekat pada Jokowi tentang konsep keberagaman.
"Dia lah Capres yang saya amati memiliki kesungguhan untuk mewujudkan  program berkesinambungan tentang indahnya warna-warni Indonesia. Yaitu, Indonesia yang harus tetap hidup dengan aneka keberagaman suku, agama, etnis dan budayanya," kata Denny JA dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis.
Menurut Denny, Indonesia yang warna-warni adalah mimpi pendiri negara ini dan juga mimpi bangsa Indonesia.

Pohan: Pemenang Konvensi Demokrat Jadi Cawapres

Niat partai Demokrat untuk menjadikan pemenang peserta konvensi menjadi calon presiden nampaknya akan dikubur dalam-dalam.
Pasalnya, elektabilitas kesebelas peserta yang ada saat ini tidak ada satupun yang bombastis untuk menyamai survei dari Jokowi maupun Prabowo.
Menurut Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan, pemenang konvensi yang akan diumumkan pada esok hari, Jumat 16 Mei 2014 di DPP Partai Demokrat akan dimungkinkan untuk dimajukan sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Jokowi Harus Merefleksikan PDIP

Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Sukarnoputri menyebut calon presiden PDIP, Joko Widodo (Jokowi), sebagai Petugas Partai yang harus patuh banyak menimbulkan kontrofersi.
Peneliti politik Lembaha Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, kepada wartawan di kantor Founding Fathers House (FFH), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (15/5/2014), mengatakan bahwa pernyataan itu sebagai amanah dari Ketua Umum Partai terhadap kadernya.

Kuasai Jatim, PKB siap menangkan Jokowi

Sukses mendominasi suara di Jawa Timur pada Pemilu Legislatif (Pileg) 9 April lalu, PKB ingin mengulang kemenangannya di pilpres pada Juli mendatang. Namun kali ini, PKB ingin memenangkan perolehan suara untuk calon presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) di Jatim.
Bahkan, DPW PKB Jawa Timur begitu optimis bisa memenangkan Gubernur DKI Jakarta itu. Sebab, kali ini PKB tidak sendiri, melainkan bersama-sama PDIP, dan NasDem. Sementara Golkar masih menimang-nimang berkoalisi menunggu hasil rapimnas.

Wasekjen PDIP Sebut Cawapres Jokowi dari Luar Jawa

PDI Perjuangan belum mengumumkan siapa calon pendamping Joko Widodo di pemilihan presiden 2014 nanti. Saat ini di internal PDI Perjuangan beredar informasi yang akan mendampingi Jokowi berasal dari luar pulau Jawa.
Hal itu dikatakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Eriko Sotarduga. "Di internal (PDIP) isu cawapres berkembang dari luar pulau Jawa, seperti pak Ryamizard dan pak Mahfud MD. Pak Mahfud itu kan dari Madura, Madura itu juga luar pulau Jawa. Itu kemungkinan bisa dipilih," kata Eriko di Galery Cafe TIM, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).

Prabowo-Hatta Duet Capres Elite yang Bisa Imbangi Jokowi

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengapresiasi wacana duet Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto dengan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa. Kata dia keduanya mewakili kalangan elit.
Siti mengatakan duet Prabowo-Hatta bisa mengimbangi kekuatan calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (Jokowi) yang cenderung merakyat.

Jokowi dan Prabowo Ingin Koalisi dengan Golkar, Bukan Ical

Berbeda dengan partai lain, Partai Golkar hingga kini belum menemukan mitra koalisi. Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Ahmad Taufan Damanik, mengatakan, PDIP dan Gerindra berpeluang menjadi mitra koalisi Golkar.
Namun kedua partai itu harus bersabar. Meski Golkar sudah buntu dengan pencapresan Aburizal Bakrie atau Ical, namun kesepakatan koalisi harus ditentukan Rapimnas.
"Harus diakui dalam internal Golkar ada persoalaan sejak lama, tapi mereka terikat dengan aturan dan prosedur internal. Mereka tak berminat berkoalisi dengan Ical. Tapi dengan Golkar mereka berharap besar," kata Taufan saat dihubungi, Kamis (15/5/2014).

Rhoma Irama Batal Dicapreskan, Penggemar Gunting 'PKB'

Menyusul keputusan PKB mendukung pencapresan Jokowi, komunitas pendukung Rhoma Irama membuktikan ultimatumnya untuk menarik dukungan. Ini merupakan pelampiasan kekecewaan gara-gara PKB tidak penuhi janji untuk memperjuangkan idola mereka menjadi kontestan Pilpres 2014.
"Mulai hari ini kita tinggalkan PKB," tegas Ketua DPC Forsa (Fans of Rhoma and Soneta) Jakarta Barat, Zainal, kepada wartawan, di Joglo, Jakarta Barat, Kamis (15/5/2014).

Saat Lembaga Survei Salah Prediksi Jokowi Menang

Tidak selamanya hasil lembaga survei benar. Termasuk soal survei yang mengindikasikan Jokowi menang di pemilu presiden 2014.
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan, banyak lembaga survei yang menyebut Jokowi unggul segala-galanya, ternyata tidak benar.
Dia mengambil contoh sebelum pemilu legislatif 2014. Diprediksi Jokowi bakal mampu memenangi PDI Perjuangan, tapi ternyata tidak sama sekali.

Anggap Jokowi cacat moral, fans Rhoma tolak koalisi PKB-PDIP

Sejumlah penggemar Rhoma Irama yang tergabung dalam Forsa (Fans of Rhoma and Soneta) menyatakan sikap mendukung sikap mantan bakal calon presiden PKB tersebut menolak koalisi PKB dengan PDIP.
Mereka menganggap, bakal capres PDIP sebagai tokoh yang cacat moral dan etika.
Dalam pernyataan sikapnya, ketua Forsa Jakarta Barat, Zainal SP mengatakan, mereka mengecam sikap sikap DPP PKB yang menafikan peran Rhoma Irama dan pendukungnya.
Menurut dia, peran Rhoma dan penggemarnya turut serta menaikkan suara PKB.

Jokowi, Risma, dan Emil, Jadi Nominator Wali Kota Terbaik Dunia 2014

Tiga kepala daerah di Indonesia, masuk dalam daftar nominator peraih penghargaan wali kota terbaik dunia, World Mayor Prize 2014.

Apa Kesepakatan PDIP-Golkar?

Bila merujuk sejarah dan basis massa masing-masing, maka koalisi antara Partai Golkar dengan PDIP dinilai sulit terjadi. Tapi seandainya koalisi antara dua parpol besar itu benar-benar terjadi, patut dicermati apa kesepakatan mereka terkait dengan pencapresan Jokowi.
Pengamat politik Hamdi Muluk menyebut, bagaimanapun bentuk koalisinya nanti pasti menarik. Sebab di dalam pidato politik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri, Rabu (15/5/2014) menggambarkan ketidaksukaannya terhadap partai yang suka menunggu di tikungan dan tak punya pendirian.
"Kalau ada yang berminat silakan ikut aturan main (mengutip penegasan Megawati -red).

PDIP Sulit Terima Golkar Gabung untuk Berkoalisi

Meski sudah didatangi beberapa kali oleh petinggi partai Golkar termasuk Ketua Umum Aburizal Bakrie, diprediksi PDI Perjuangan tidak mudah begitu saja menerima partai berlambang beringin itu masuk ke gerbong koalisi partai banteng moncong putih.
Alasannya, sejak awal PDI Perjuangan hanya ingin membentuk koalisi ramping. Dengan masuknya partai Golkar justru kondisi akan menjadi sebaliknya, gemuk.
"PDIP punya prinsip, dia malu menjilat ludah. Ini kerjasama yang ramping, solid, efektif, kalau Golkar masuk kan (jadi) lebih gemuk dari Gerindra," kata Pengamat Politik LIPI Siti Zuhro di kantor Founding Fathers House (FFH), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis(15/5/2014).

Cawapres Jokowi Tinggal 2 Nama

Siapa nama yang bakal menjadi pendamping calon presiden (capres) PDIP, Joko Widodo mulai ‘mengerucut’. Dari sekian nama yang sempat muncul, saat ini hanya menyisakan dua nama yang akan segera diputuskan sebagai calon wakil presiden (cawapres).
“Tinggal dua nama yang akan kita putuskan secepatnya,” ungkap capres PDIP, Joko Widodo, usai bersilaturahim dengan pengasuh pondok pesantren (ponpes) Edi Mancoro, Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, kamis (15/5/2014).
Jokowi - panggilan akrab Joko Widodo - meminta semua pihak agar bersabar sedikit, terkait dengan siapa nama cawapres yang bakal menjadi pasangannya. Sebab nama cawapres ini akal segera diputuskan.

Inilah Beberapa Opsi yang Tersedia buat Demokrat

Pilihan Partai Demokrat untuk berkoalisi dengan partai politik lain untuk menghadapi pertarungan pilpres 2014 dinilai terbatas. Kemungkinan terbesar PD hanya akan bisa berkoalisi dengan Partai Golkar. Itu pun jika PG tak berkoalisi dengan PDIP.
Menurut Direktur Saiful Mujani Research and Consulting, Jayadi Hanan, jika pun PD dan PG berkoalisi maka problemnya akan ada pada sosok calon presiden dan wakil presiden yang diusung.

PDIP Belum 'Deal' dengan Golkar Soal Koalisi

PDI Perjuangan menyatakan belum ada kesepakatan dengan Golkar mengenai koalisi mendukung calon presiden Joko Widodo. Meskipun, Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie telah bertemu empat mata dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Selasa (15/5/2014).
Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo mengakui pihaknya masih mencermati pergerakan Golkar dalam menentukan arah koalisi. "Makanya pertemuan hari ini tidak ada deal. Makanya Ibu Mega masih mencermati.

PDIP Jabar Ingin Pendeklarasian Jokowi di Bandung

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Jawa Barat berharap Jowowi dan calon wakil presidennya menggelar deklarasi di Kota Bandung. Deklarasi di 'Kota Kembang' dianggap sangat cocok karena penuh dengan nilai sejarah.
Wakil Sekretaris DPD PDIP Jabar, Abdy Yuhana mengatakan Bandung sebagai ibukota provinsi Jabar punya nilai historis sangat kuat bagi PDIP. Pasalnya, Soekarno tumbuh dan belajar di kota ini.

PDIP Minta Kader Tak Tersandera Masa Lalu

Jubir PDI Perjuangan (PDIP), Eva Kusuma Sundari meminta relawan Joko Widodo (Jokowi) agar tidak tersandera masa lalu. Pernyataan itu terkait dengan penolakan relawan Jokowi atas rencana koalisi PDIP dengan Partai Golkar yang dianggap sisa Orde Baru. 
"Gak mungkin disandera oleh masa lalu. Kalau semua mau, maka mesti memperbaiki masa lalu," ujar Eva kepada Republika, Kamis (15/5/2014).
Golkar memang dikabarkan akan segera merapat dalam barisan PDIP. Namun, sebelum terealisasi, para relawan telah mengeluarkan sikap kritis.

TB Hasanuddin: Insya Allah Jokowi Menang Tak Usah Sebar Fintah ke Capres Lain

Wakil Ketua BP Pemilu PDI Perjuangan Tubagus (TB) Hasanuddin menyatakan, dengan telah dideklarasikannya dukungan dari Partai  Nasdem dan PKB, Rabu (14/5/2014) kemarin, sarat jokowi sebagai capres terpenuhilah sudah untuk didaftarkan ke KPU.
"Apalagi kalau kemudian muncul dukungan dari parta-partai lainnya seperti Golkar , Hanura dan lainnya . Dukungan ini merupakan dukungan atas dasar keikhlasan dan kesadaran bersama dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik , Indonesia yang adil dan sejahtera," ujar TB Hasanuddin.

Mega Akan Bertemu Wiranto

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Puan Maharani mengatakan, partainya masih menjalin penjajakan dengan partai-partai lain selain koalisi yang ada saat ini.
Partai yang akan dijajaki PDIP adalah partai selain Nasdem dan PKB. Salah satunya adalah Partai Hanura.
Menurut Puan, PDIP telah melakukan komunikasi intensif dengan Hanura. Bila tak ada halangan, dalam waktu dekat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Hanura Wiranto.

Pohan: Siapa Bilang Koalisi Demokrat-Golkar Terkunci?

Partai Demokrat belum menemukan mitra koalisi di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, meskipun pendaftaran peserta pilpres akan berakhir 20 Mei.
Banyak yang menilai partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu terancam hanya akan menjadi penonton di pilpres jika tak cepat menentukan sikap.
Namun, Wakil Sekretaris Jenderal PD Ramadhan Pohan menjelaskan bahwa dalam perpolitikan Indonesia, saat-saat akhir itu memang menentukan.

Para Atlet Harapkan Jokowi Memimpin Negeri dengan Jujur

Kekaguman para atlet olahraga terhadap bakal Calon Presiden Joko Widodo ternyata tidak main-main. Pasalnya kekaguman para atlet ini dikukuhkan dalam sebuah deklarasi dukungan.
Beberapa atlet menyatakan, dukungan mereka berdasarkan berbagai alasan. Salah satunya yang diungkapkan mantan atlet olahraga cabang sepakbola Yudo Hadianto.
"Dia merakyat, apapun hasilnya adalah untuk rakyat. Kita lihat hasilnya saat menjadi gubernur, kita selama ini tidak pernah berpihak, namun bukan berarti tidak peduli atau tidak paham dan mau dibodohi. Saya yakin Jokowi bisa berperan sebagai penjaga gawang menghadapi tergerusnya peluang bagi olahragawan Indonesia akibat globalisasi," kata Yudo di Laguna Resto, Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).

Puan Maharani Kandidat Pendamping Jokowi

Nama Ketua BP Pemilu PDIP Puan Maharani kembali mencuat sebagai calon pendamping Joko Widodo di Pilpres 2014.
Hal itu diutarakan langsung oleh Puan Maharani usai pertemuan dengan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Kamis (5/15/2014).
"Kalau di internal ya bisa aja. Hari-hari ini saya jadi kandidat," tutur Puan.
Namun, Puan mengatakan keputusan mengenai pendamping Jokowi sepenuhnya ada di tangan Megawati Soekarnoputri. 

Puan Jelaskan Soal Jokowi Petugas Partai

Ketua DPP PDIP Puan Mahari menjelaskan pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati soekarnoputri, yang menyebut Joko Widodo sebagai petugas partai yang dicapreskan oleh PDIP.
"Mandat yang diberikan ketum itu adalah menunjuk orang jadi capres dari PDI Perjuangan. Mandat itu diberikan kepada Jokowi sebagai petugas partai. Tapi Pak Jokowi harus paham sebagai penugasan beliau itu adalah mewakili PDI Perjuangan," terang Puan, di kediaman ibundanya, Jl Teuku Umar, No 27A, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).

Silaturahmi Jokowi Temui Sejumlah Tokoh Di Jawa Tengah

Calon presiden usungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo, bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Kamis (15/05/2014).

Usai Pertemuan Ical-Mega, Cawapres untuk Jokowi Kembali Misteri

Siapa tokoh yang akan jadi bakal cawapres untuk Jokowi semakin misterius pasca kunjungan Ketum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie kepada Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Wacana yang pekan lalu Jokowi sampaikan bahwa sang kandidat kuat berasal dari Makassar, pun mentah kembali.
"Sampai sekarang belum disampaikan siapa orangnya," ujar Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo di kediaman Megawati, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).
Ini disampaikannya usai bersama Puan Maharani mendampingi Megawati menerima kunjungan Ical. Di dalam pertemuan yang diawali dengan makan siang bersama itu, Ical didampingi Bendahara Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto dan Ketua Streering Comitte Rapimnas Partai Golkar Idrus Marham.

Sabam: JK Lebih Cocok Jadi Wantimpres

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sabam Sirait menilai sebaiknya Jusuf Kalla menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Sabam mengaku, JK terlalu tua untuk mendampingi Calon Presiden PDIP Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2014 ini.
Begitu dikatakannya saat ditanya apakah Jusuf Kalla cocok mendampingi Jokowi sebagai cawapres dalam diskusi politik bertajuk "Mantenan Politik 2014-2019: Versi Rakyat vs Versi Elite" yang dirilis Founding Fathers House (FHH).

PDIP Menunggu Hasil Rapimnas Golkar soal Koalisi Jokowi

Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengatakan, partainya akan bersabar menunggu kepastian Partai Golkar untuk bergabung dalam format kerja sama PDIP dalam mengusung capres-cawapres 2014.
"Ini dalam penjajakan apakah Partai Golkar memungkinkan mendukung PDI Perjuangan dan sama-sama dengan PDI Perjuangan bangun bangsa ini kedepan. Tapi itu harus dilaporkan dulu dalam rapimnas. Tentu saja kami menunggu," ujar Puan di kediaman Ibundanya, Megawati Soekarnoputri, Jl Teuku Umar No 27A, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/5/2014).

Jika Golkar Bentuk Poros Baru Diprediksi Sulit Menang

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, (LIPI), Siti Zuhro meyakini poros baru akan terbentuk dan digawangi oleh Partai Golkar. Poros tersebut kata dia akan memecah suara dua poros yang sudah ada, yang dipimpin oleh PDI Perjuangan dan Partai Gerindra.
Namun, kata Siti poros baru pimpinan partai Golkar ini diprediksi sulit menang.
"Ini akan jadi poros yang terpaksa, yang lalu akan capres-cawapreskan seadanya. Secara politik masih menguntungkan, kalau ada putaran kedua," katanya di  kantor Founding Fathers House (FFH), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2015).

JK Kembali Nyatakan Siap Dampingi Jokowi

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, menyatakan siap menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo, bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Namun, hingga hari ulang tahunnya yang ke-72, Kamis (15/5/2014), Kalla masih harus menunggu kepastian siapa yang akhirnya dipilih menjadi pendamping Jokowi itu.
"Saya belum tahu itu (cawapres Jokowi). Tapi, kan semua tergantung keputusan PDI-P, Ibu Mega. Tunggu saja," kata Kalla di sela perayaan ulang tahunnya itu, di kediaman Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Kamis.
Dia mengatakan pula, kesediaannya menjadi bakal calon wakil presiden bagi Jokowi semata bertujuan untuk membangun bangsa dan negara.

Pangi Syarwi Chaniago Tuduh Jokowi Bohong!

Calon Presiden (Capres) PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo alias Jokowi dinilai bohong terkait koalisi tanpa transaksional.
Penilaian itu disampaikan pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago sperti yang dikutip inilah.com, Kamis (15/5/2014).
Menurut dia, tentu koalisi tetap bicara siapa dan mendapat apa, kapan dan bagaimana. "Menurut saya bohong Jokowi mengatakan koalisi tanpa syarat, bukan didasari koalisi transaksional atau tanpa power sharing," kata Pangi.

Diajak Golkar Koalisi, Megawati akan Bertanya kepada Jokowi

Menjajaki peluang koalisi dengan PDIP, menjadi agenda utama kunjungan Ketum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie kepada Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Terhadap kemungkian Golkar bergabung mendukung pencapresan Jokowi, PDIP akan minta pendapat dari Partai NasDem dan PDIP yang merupakan mitra koalisinya yang sudah pasti.
"PDIP akan bertanya dahulu ke beberapa pihak, terutamanya parpol koalisi," ujar Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo usai mendampingi Megawati menerima kunjungan Ical dan rombongan.
"Juga akan bertanya kepada Pak Jokowi bagaimana pendapatnya," sambungnya kepada wartawan di kediaman Megawati di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Kamis (15/5/2014).

Jokowi Akan Periksa Pengiriman Dana ke Rekening Pribadi Pejabat Dinas PU

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan menyelidiki kasus adanya penyerahan anggaran yang dikirim melalui rekening pribadi ke sejumlah kepala seksi Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta.
Pengiriman dana APBD Perubahan ke rekening pribadi dilakukan sejak akhir September sampai awal Oktober.
Saat ditanya mengenai kasus ini, Jokowi mengaku tidak tahu menahu Dinas PU DKI melakukan pengiriman anggaran ke rekening pribadi pejabat kasie kecamatan oleh Dinas PU.
"Saya belum tahu soal ini," kata Jokowi, Kamis (15/3/2014).

Zuhro Jelaskan Arti "Petugas Partai"

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyebut Joko Widodo (Jokowi) yang diusung sebagai calon presiden (capres) adalah petugas partai. Kata petugas partai dinilai tak tepat diberikan kepada Jokowi.
"Jokowi adalah kader PDIP, istilah kader dan petugas pasti berbeda makna," ujar pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro ketika dihubungi Metrotvnews.com, Kamis (15/5/2014).

Komunitas Atlet Dukung Jokowi

Relawan atlet dan komunitas olahraga mendekalarasikan dukungan mereka untuk Joko Widodo alias Jokowi, Gubernur DKI Jakarta yang juga calon presiden tiga partai: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai NasDem, dan Partai Kebangkitan Bangsa.
"Kami pribadi. Meski posisi kami mewakili cabang olahraga, kami semua simpati pada Bapak Jokowi. Kelompok kami kelompok mandiri, tidak terkit kelompok manapun. Spontan karena persepsi sama untuk mendukung Jokowi menjadi presiden," kata koordinator atlet pro-Jokowi, Ivana Lie, di Laguna Resto, Senayan Jakarta Pusat, Kamis (15/5).
Deklarasi dukungan atlet buat Jokowi dihadiri sekitar 30 dari 102 bekas atlet dari berbagai cabang olah raga. Komunitas ini menilai Jokowi pantas dijagokan karena memunyai pribadi jujur dan sederhana.

Samad: Saya tak Bisa Tolak Takdir Cawapres Jokowi

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengungkapkan, tidak bisa menolak takdir bila dipilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 9 Juli 2014. Sebab, sebagai pimpinan KPK dirinya hanya orang biasa.
"Jadi seperti yang dulu saya katakan pada sudara-saudara, sebagai manusia biasa, manusia beragama kita tak mampu menolak takdir, begitu pula kita tidak mampu mengatur takdir," kata Samad saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (15/4/2014).

Politisi PKPI: SBY Bagai Kuda Putih Gagah Diterkam Macan Tutul

Ketua DPP PKPI Nehemia Lawata, menyarankan bakal capres PDI Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) mencari pendamping tepat dalam pilpres nanti agar tidak bernasib seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Jangan sampai, pengalaman SBY pada 2004 dan 2009 itu kembali terulang. SBY yang bagaikan kuda putih gagah saat itu selalu diterkam macan tutul. Dan hal itu jangan sampai terjadi pada Jokowi yang ada di kandang banteng justru diterkam macan tutul. Itu bisa menjadi berbahaya," kata Ketua DPP PKPI Nehemia Lawalata, Kamis (15/5/2014).
Hal itu disampaikan Nehemia dalam sebuah diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

PKPI: Dukungan Kami Dianggap Sebelah Mata oleh Jokowi

Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi PKPI Indonesia Nehemia Lawalata, menyarankan Jokowi bila jadi presiden harus memperhatikan berbagai kebijakan ekonomi yang mengacu pada azaz pemerataan pembangunan dengan landasan hukum kuat.

Temui Mega, Ical: Sudah Ada Kecocokan, Belum Koalisi

Koalisi antara dua partai menjadi agenda utama pertemuan antara Ketum DPP Partai Gokar Aburizal dengan Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Dua partai sudah menemukan kecocokan, namun apakah akan dilanjutkan dengan koalisi untuk mendukung pencapresan Jokowi adalah masalah berbeda.
"Kita bicara koalisi ke depan, sudah ada kecocokan," ujar Ical di kediaman Megawati di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Kamis (15/5/2014).
Meski sudah ada kecocokan dalam berbagai hal menjelang Pilpres 2014, tetapi urusan Partai Golkar bergabung dengan PDIP-NasDem-PKB untuk mencapreskan Jokowi belum dicapai.