Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Burhanudin Muhtadi menyoroti
ketidakseriusan internal PDI Perjuangan (PDIP) dalam mendukung Jokowi
menjadi capres. Dia menyatakan, Jokowi bisa gagal terpilih menjadi
presiden meski memiliki elektabilitas lebih tinggi ketimbang tokoh
lain.
"Itu isu serius. Ada keengganan fraksi memperjuangkan Jokowi. Tim tidak solid," kata Burhanudin, Selasa (15/4/2014).
Menurut dia, 'Jokowi Effect' sebenarnya ada dan nyata. Sayangnya,
potensi itu tidak dimaksimalkan Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP.
Bahkan, dalam pemasangan iklan televisi yang lebih ditonjolkan bukan
Jokowi.
Dampaknya, elektabilitas Jokowi yang tinggi semakin menurun. Bahkan,
diikuti raihan suara PDIP yang meleset dari target 27 persen.
"Ini ada birokratisasi pemenangan PDIP. Di pileg, Bappilu lebih
berkuasa dan membuat pendukung Jokowi yang didukung masyarakat enggan
memilih Jokowi," ujarnya.
Dia berharap, dualisme tim pemenangan di pileg dapat berakhir. Kalau
tidak, peluang Jokowi untuk dikalahkan sangat terbuka. Karena kalau
masalah itu tidak dibenahi maka PDIP bisa hancur sendiri.
"Kendali pemenangan pemilu di tangan Puan (Maharani) tak bisa
memaksimalkan potensi kekuatan Jokowi. Harus ada perubahan marketing
politik."
Sumber :
republika.co.id
Dasar kompor
BalasHapus