Kamis, 03 April 2014

Jokowi: Nggak mungkin saya dapat ancaman lalu saya sembunyi

Kandidat tunggal calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) mengatakan tidak akan mengubah gaya blusukannya, walaupun sempat beredar kabar mengenai ancaman pembunuhan dirinya. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengetahui secara khusus adanya ancaman fisik kepada capres tertentu.
"Kita akan tetap bertemu rakyat, bertemu warga, masalah keamanan sudah ada yang urus," katanya saat meresmikan Posko Media JKW4P di Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).

Soal Tim 11 Jokowi, Ini Kata Sekjen PDI Perjuangan

Semenjak diminta oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Tim 11 Jokowi langsung bergerak. Tim yang beranggotakan sejumlah akademisi dan praktisi ini melakukan aneka kajian. Mulai dari isu pertahanan, hukum, sosial budaya, dan nasib perempuan.

Iwan Fals: Biasa Saja, Bukan Cuma Jokowi yang Datang ke Rumah Saya

Musisi legendaris Virgiawan Listanto alias Iwan Fals mengatakan, sudah banyak politisi yang datang ke rumahnya. Iwan pun menegaskan bahwa dia bukan pemilik OI, kelompok fans-nya, dan dia tak berminat terjun ke dunia politik.
"Biasa saja," kata Iwan, seusai didatangi Gubernur DKI Jakarta sekaligus bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, Kamis (3/4/2014) malam. Dia menolak bila kunjungan Jokowi akan membawa kelompok penggemarnya mendukung pencalonan Jokowi.

Jokowi Bersiap Mundur Dari Kursi DKI 1

Ketua Umum Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar), Sugiyanto mengatakan Joko Widodo (Jokowi) sebaiknya segera meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk berkonsentrasi sebagai Calon Presiden (Capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Hal itu dikemukakan oleh Sugiyanto saat dihubungi Harian Terbit, Kamis (3/4/2014), menanggapi hal yang berbeda dari kebiasaan Jokowi. Dimana, kemarin Jokowi tiba-tiba mendatangi ruangan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di lantai dua Balaikota DKI Jakarta yang biasa Ahok yang dipanggil ke ruangan Jokowi.

Jokowi Sebut Pimpin Indonesia Cukup Simpel

Calon presiden (capres) RI asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (Jokowi) menganggap bahwa memimpin Indonesia cukup simpel. Kuncinya hanya mengikuti konstitusi dan aturan yang ada seperti Pancasila, Undang undang Dasar (UUD 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Sayangnya hal ini justru dibuat rumit, terutama oleh pihak yang turut campur dan menegosiasikan aturan-aturan yang ada.

Jokowi Nyanyikan Galang Rambu Anarki di Depan Iwan Fals

Gubernur DKI Jakarta yang juga merupakan bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (Jokowi), menemui musisi kawakan, Iwan Fals, Kamis (3/4/2014).
Seusai pertemuan, Jokowi sempat menyanyikan sepenggal lagu Iwan Fals.
"Galang Rambu Anarki, anakku," dendang Jokowi sembari tersenyum, ketika ditanya wartawan tentang lagu Iwan yang paling dia sukai.

Jokowi Batal “Nge-jam” Bareng Iwan Fals

Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) sedianya hendak bermain gitar bersama Iwan Fals, musisi legendaris Indonesia yang ia kunjungi hari Kamis (3/4/2014). Namun, keterbatasan waktu memaksa Jokowi membatalkan niatnya.
Jokowi bertandang ke kediaman musisi legendaris Indonesia Iwan Fals di Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, hari Kamis malam. Dalam kunjungan itu, Jokowi sebenarnya dijadwalkan akan bermain gitar bersama Iwan Fals.

Iwan Fals: Mungkin Gusti Allah Mau Jokowi Jadi Presiden

Kandidat Tunggal Calon Presiden PDIP, Joko Widodo (Jokowi), mengunjungi kediaman musisi Iwan Fals, Kamis (3/4/2014) malam. Meski singkat, Jokowi sempat menyampaikan pandangan kebangsaannya di depan keluarga Iwan Fals. Lalu bagaimana Jokowi di mata musisi legendaris itu?
"Dia pemimpin yang sederhana seperti yang dia bilang, semua disederhanakan nggak usah dibuat rumit," kata Iwan Fals usai pertemuan di kediamannya di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (3/4/2014) malam.

Bertemu Jokowi, Iwan Fals Ingin Buat Konser Untuk 4 Juta Orang

Pertemuan Musisi Iwan Fals dengan Gubernur DKI Jakarta yang juga Capres PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) benar-benar menginspirasi dan mengundang mimpi. Menurut Politisi PDIP Eva Kusuma Sundari, pertemuan keduanya yang digelar di rumah Iwan Fals di Depok, Jawa Barat, Kamis (3/4/2014) malam, membuat Iwan memberi apresiasi. Iwan mengaku aspirasinya bersambut dan di-uwongke atau di-orang-kan ketika melihat Jokowi menunjukkan perhatian ke masalah budaya.
Selain memuji penyelenggaraan pesta rakyat DKI menyambut tahun baru yang berlangsung tertib, Iwan juga senang Jokowi sebagai penggemar musik Metallica.

Pusdeham: "Jokowi Nggak Ngeffek" Berulang di Jawa Timur

Efek Joko Widodo (Jokowi) pada Pilgub Jawa Timur yang lalau ternyata akan berulang pada Pileg 9 April 2009 yang akan datang. Hal ini terkuah pada hasil survei Pusat Studi Demokrasi dan hak asasi manusia (Pusdeham) Universitas Airlangga (Unair), bahwa efek Jokowi memberi efek signifikan terhadap perolehan suara PDIP di Jatim, hingga mencapai 25 persen dalam Pemilu 2014, pengamat Politik Universitas Airlangga Surabaya Kris Nugroho memberi penilaian berbeda.
Menurut Kris, meski dalam kampanye Pileg Jokowi beberapa hari lalu menyapa sebagia warga Jatim, namun efeknya terhadap sikap pemilih untuk memilihnya dalam pilpres nanti masih belum bisa jadi ukuran.

Jika Menang di Jakarta, PAN Siap Teruskan Program Jokowi-Ahok

Apabila menang di DKI Jakarta, Partai Amanat Nasional (PAN) mengaku siap meneruskan program-program yang dicetuskan duet Jokowi-Ahok. Adapun program-program yang dimaksud salah satunya adalah Mass Rapid Transit (MRT).
“Sekarang, kita tengah  mendesain untuk melanjutkan program MRT, tidak hanya Lebak Bulus dan Bundaran Hotel Indonesia (HI). Tetapi HI sampai ke kota. Tetapi tidak hanya HI ke Kota, namun dari Kalideres sampai ke Manggarai. Sehingga Utara- Selatan dan Timur -Barat terhubung dengan MRT.

Kapolda Papua Akan Pimpin Langsung Pengawalan Jokowi di Papua

Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian direncanakan memimpin personilnya untuk pengamanan kedatangan Joko Widodo ke Kota Jayapura untuk ikut kampanye terakhir pada 5 April 2014 nanti.
Hal itu disampaikan oleh Ketua DPD PDIP Provinsi Papua Komarudin Watubun kepada wartawan di Jayapura saat menggelar jumpa pers terkait kedatang calon presiden Jokowi. "Saya diberitahukan langsung oleh Pak Kapolda Papua bahwa akan memimpin pasukan pengamanan Jokowi ke Kota Jayapura," katanya.

Jokowi: Toleransi Umat Beragama Final

Calon Presiden (Capres) PDIP, Joko Widodo (Jokowi) marah saat ditanya soal masalah diskriminasi kaum minoritas dan minimnya toleransi antar umat bergama di Indonesia.
Jokowi menilai kerukunan dan toleransi umat beragama di Indonesia seharusnya tidak perlu dipertanyakan dengan kondisi saat ini.
"Mengenai toleransi agama pertama final, kita sudah ada UUD 1945, Pancasila dan NKRI, kalau masih ada pertanyaan lagi soal toleransi saya jengkel," kata Jokowi dengan nada serius, di rumah Iwan Fals di Desa Lewinanggung, Cimanggis, Depok, Kamis (3/4/2014) malam.

Jokowi Minta Masukan Iwan Fals

Gubernur DKI Jakarta yang juga calon presiden (capres) PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), berkunjung ke kediaman kawan lamanya yang juga seorang musisi, Iwan Fals, di Depok, Jawa Barat, Kamis (3/4/2014) malam.
Menurut Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, Jokowi sejak awal menyatakan kunjungannya adalah untuk menengok kawan lama yang sudah berteman sejak menjadi walikota di Solo.
Pertemuan juga terjadi karena inisiatif Seknas Jokowi yang berharap agar isu budaya mewarnai politik Indonesia sebagai upaya mewujudkan pembangunan kepribadian.

Sowan Iwan Fals

Musisi senior Iwan Fals kedatangan tamu istimewa malam ini. Calon presiden (capres) PDIP, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi menyambangi rumah musisi senior tersebut di Desa Luwinanggung Nomor 19, RT 01/RW 02, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (3/4/2014) malam.
Namun kedatangan Jokowi dibantah sebagai usaha capres PDIP itu untuk mencari dukungan dari Iwan Fals. Hal itu diungkapkan ketua Presidium Seknas Jokowi, Muhamad Yamin yang ikut mendampingi Jokowi datang ke rumah Iwan Fals.

Izin Cuti Belum Keluar, Jokowi Batal ke Sulsel

Kehadiran calon presiden usungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo terancam tertunda lagi. Penundaan kunjungannya itu lantaran Joko Widodo belum mendapatkan izin cuti dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Ketua Dewan Penasehat Baitul Muslimin PDIP pusat, Ridwan Wittir menjelakan, kehadiran Joko Widodo di Sulawesi Selatan tidak bisa dipastikan. Hal itu karena Kemendagri belum menerbitkan izin cuti Joko Widodo untuk hadir di Sulsel. Kendati demikian, Ridwan juga tetap yakin dengan kehadiran Joko Widodo di Sulsel, berdasarkan dorongan elit partai agar Jokowi tidak lagi menunda kunjungannya ke Sulawesi.

Jokowi: Kalau mau Jokowi ya harus PDI Perjuangan

Bakal calon presiden PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) menilai adanya fenomena masyarakat menolak PDI Perjuangan namun menerima pencapresannya adalah hal yang keliru. Sebab seharusnya masyarakat Indonesia harus dapat menerima keduanya.
"Itu salah. Yang benar itu Jokowi yes, PDI Perjuangan yes. Yang benar itu karena kalau Jokowi yes ya PDI Perjuangan. Harusnya mendukung dua-duanya," kata dia di Jalan Petogogan, Jakarta Selatan, Kamis (3/4).
Jokowi menyakini, fenomena menerima Jokowi namun menolak PDI Perjuangan muncul karena menjelang pemilihan legislatif. Sehingga dijadikan salah satu manuver politik dari pihak-pihak yang menginginkan PDI Perjuangan tidak mendapatkan suara.

Jokowi: Yang Benar itu 'Jokowi Yes PDIP Yes'

Muncul fenomena 'Jokowi Yes PDIP No' di tengah masyarakat. Tapi capres PDIP Jokowi tak yakin dan menilai fenomena itu hanyalah manuver politik lawan.
"Itu salah. Yang benar itu, Jokowi Yes PDIP Yes. Yang benar itu karena kalau Jokowi Yes ya PDIP Yes," kata Jokowi di luar pagar Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (3/4/2014).
Menurut Jokowi rumor itu sengaja dimainkan lawan politik. Jokowi yakin masyarakat tahu bagaimana menyikapi isu tak jelas semacam itu.
"Tapi masyarakat ngertilah bagaimana harus bersikap. Jadi ya kalau mau Jokowi ya harus PDIP," katanya.

Gagal Pimpin Golkar, JK Tak Layak jadi Cawapres Jokowi

Nama mantan ketua umum Golkar Jusuf Kalla (JK) kini banyak dikaitkan dengan calon pendamping Joko Widodo (Jokowi), meskipun soal ini telah ditepis Sekjen DPP PDIP Tjahyo Kumolo. Namun penilaian miring dikemukakan tokoh Golkar, Mahadi Sinambela. Anggota Dewan Penasehat DPP Golkar itu menilai, sebagai pemimpin politik, JK gagal.
"Selama memimpin Golkar Desember 2004-Oktober 2009, suara Golkar dalam pemilu 2009 malah turun tujuh persen, artinya suara Golkar yang hilang sekitar tujuh juta. Dia tak mampu mempertahankan perolehan suara Golkar di bawah Akbar yang mencapai lebih 20 persen.

SMRC: PDIP Masih Tak Seperti Yang Jokowi Harapkan

Pencapresan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk Pemilu Presiden 2014, diprediksi tak mengubah peta kekuatan dukungan kepada parpol peserta pemilu lainnya.
Menurut Direktur Riset Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, pencapresan Jokowi hanya mampu meraih suara dukungan tambahan untuk PDIP dari pemilih yang belum menentukan pilihannya selama ini (swing voters), meski jumlahnya tak terlalu signifikan.
“Kampanye terbuka dan pengumuman Jokowi sebagai capres tidak banyak berpengaruh pada peta kekuatan partai,” kata Djayadi saat merilis hasil survei SMRC di hotel Sari Pan Pacific, Kamis (3/4/2014).

Doa dari Tasik untuk Jokowi

Kegiatan kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Tasikmalaya, digelar melalui kegiatan istigasah atau doa bersama di Gedung Ukuwah, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (3/4/2014).
Pagelaran istigasah ini, bertujuan meminimalisasi kampanye konvoi di jalanan secara ugal-ugalan, dan mendoakan Joko Widodo untuk menjadi presiden.

Jokowi Masih Perlu Tunjukkan Kapabilitasnya

Meskipun Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi memiliki tingkat elektabilitas yang unggul di sejumlah survei, namun Jokowi dianggap masih perlu membuktikan kapabilitasnya. Hal itu dinilai layak dipaparkan Jokowi maupun partai penyokongnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada kampanye-kampanye mereka.
“Soal isu yang dimunculkan sama sekali tak memunculkan substansi,” kata pengamat komunikasi politik Effendi Gazali Universitas Indonesia (UI) di kawasan Thamrin, Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Populi: Kaum Profesional Jakarta Suka Jokowi, Tapi Tak Sudi PDIP

Menurut hasil survei yang dilakukan Populi Center terhadap kaum profesional di Jakarta, elektabilitas calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) lebih tinggi di antara kandidat lain. Namun pencalonan Jokowi sebagai presiden dianggap belum signifikan mendongkrak elektabilitas partai banteng bermoncong putih ini.
Sebagaimana hasil survei yang dilakukan lembaga riset ini terhadap 1.200 profesional Jakarta di empat wilayah kota selama empat hari terakhir, elektabilitas Jokowi hingga 48,67 persen mengungguli calon presiden lainnya. Namun elektabilitas PDIP sendiri hanya 24 persen, tak sampai 50 persen dari Jokowi.

Jokowi Ke Mabes TNI, Ahok: Itu Nggak Politis

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan dengan Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Jokowi blusukan menyambangi Markas Besar TNI yang berada di Cilangkap, Jakarta Timur.
Bagaimana pendapat Wakilnya, Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama, terkait safari sang atasan? Ahok mengaku tak melihat kegiatan itu berbau politik. "Itu enggak politis. Kan kita lagi mau bikin waduk dekat situ, sama mau lebarin jalan di Cilangkap," kata Ahok kepada Detikcom di Balai Kota, Jakarta, Kamis (3/4/2014).

PolComm: Jokowi masih jadi magnet pemilih PDIP

Hasil survei Political Communication Institute menunjukkan bahwa Joko Widodo (Jokowi) masih menjadi magnet pemilih yang bisa mendongkrak perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Pemilu 2014.
"PDIP mampu meraih tingkat keterpilihan sebesar 23,1 persen dinilai responden karena sudah mencalonkan Jokowi sebagai (bakal) capres partai," kata Direktur Political Communication Institute Heri Budianto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Gerilya Jokowi Vs Gerilya Prabowo

Masa kampanye digunakan oleh para capres untuk mendulang dukungan dari  berbagai pihak. Tak hanya melakukan kampanye di lapangan terbuka, para  capres juga melakukan 'gerilya' ke berbagai medan untuk menjaring  dukungan.
Hampir mirip dengan strategi perang khas Indonesia di  zaman kolonial, 'gerilya' para capres dilakukan dengan masuk ke satu  titik ke titik lain. Seperti yang dilakukan oleh capres PDIP Joko Widodo  (Jokowi) dan capres Gerindra Prabowo Subianto.

Jokowi: Saya Bonekanya Rakyat

Kandidat Tunggal Capres PDIP, Joko Widodo (Jokowi) menjawab sindiran capres boneka yang dialamatkan padanya. Jokowi tak masalah disebut capres boneka, asal bonekanya rakyat.
"Saya dibilang boneka nggak apa-apa, tapi saya bonekanya rakyat," kata Jokowi di luar pagar Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).
Jokowi mengatakan tak akan berusaha membalas sindiran dan serangan yang dialamatkan padanya. Dia juga tak akan melempar sajak untuk menyindir lawan politiknya.
"Saya sudah bilang tidak bisa berpuisi, tidak bisa bersajak-sajak," ujarnya.
Waketum Gerindra Fadli Zon kembali melempar sindiran lewat sajak. Fadli melempar sajak tentang boneka berbaju kotak merah muda. Sajak tersebut menggambarkan tentang boneka berbaju kotak merah muda yang tak bisa bersuara dan hanya bisa mengikuti perintah pemiliknya.

Puan Sosialisasikan Jokowi ke Kader Banteng di Kalteng

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PDI Perjuangan, Puan Maharani terus berkeliling ke berbagai daerah untuk mensosialisaikan Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden dari partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu. Hari ini misalnya, Puan berkampanye di Palangkaraya, Kalimantan Tengah untuk meyakinkan kader dan simpatisan PDIP bahwa keputusan mengusung Jokowi sebagai capres merupakan langkah tepat.

Orasi di Istora, Hatta Rajasa Bela Jokowi Soal Banjir dan Macet

Partai Amanat Nasional (PAN) menggelar kampanye akbar di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (3/4). Dalam sambutannya, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa menyebut masalah yang kerap melanda Jakarta, jangan dijadikan agenda untuk menjatuhkan lawan politik dalam Pemilu.
"Saudara-saudara siapa yang datang ke sini kena macet? Jangan saling menyalahkan, masalah DKI masalah kita semua," kata Hatta di hadapan ribuan simpatisan PAN.

Ulasan Merdeka: Metro Kapsul Tebengan Jokowi untuk Nyapres?

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi ditunjuk oleh PDI Perjuangan (PDIP) menjadi kandidat tunggal calon presiden (capres) tahun ini. Meski dalam berbagai survei Jokowi unggul, namun mantan wali kota Solo itu tetap blusukan kampanye untuk mendongkrak perolehan suara partai pada 9 April nanti.
Selain sibuk kampanye sebagai jurkam nasional partai, Jokowi juga tetap menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebagai gubernur DKI. Uniknya, akhir-akhir ini, menjelang pemilu Jokowi nampak serius mempromosikan Metro Kapsul, angkutan massal hasil produksi dalam negeri.

Jokowi Targetkan Penerimaan Pajak 2014 Capai Rp 32,5 Triliun

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menargetkan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui pajak sebesar Rp 32,5 triliun pada tahun 2014. Kepala Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta Iwan Setiawandi mengungkapkan, target penerimaan pajak itu meningkat apabila dibandingkan dengan target tahun sebelumnya.
"Meningkat drastis 42 persen dari target tahun 2013, sebesar Rp 22,6 triliun," kata Iwan, di Jakarta, Kamis (3/4/2014).
Angka itu terdiri dari pajak kendaraan bermotor (PKB) sebesar Rp 5,15 triliun, bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) dengan target sebesar Rp 6,4 triliun, pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar Rp 1,2 triliun, serta pajak air tanah sebesar Rp 120 miliar.

Pencapresan Jokowi dongkrak elektabilitas PDIP

Pencapresan Joko Widodo (Jokowi) berdampak positif pada elektabilitas PDI Perjuangan. Suara partai besutan Megawati Soekarnoputri itu mengalami kenaikan cukup signifikan.
"Kampanye terbuka dan pengumuman Jokowi sebagai capres tidak banyak berpengaruh pada peta kekuatan partai. Dalam masa 12 hari kampanye, ada kenaikan elektabilitas dari 16 persen ke 21 persen," kata Direktur Riset Saiful Mujani Reserach and Consultan (SMRC) Djaya Hanan di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Jokowi Marah-marah Bus Hibah Swasta Dipersulit Perda

Terkendalanya bus hibah yang akan diberikan pihak perusahaan swasta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membuat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) marah. Perusahaan swasta dipersulit karena adanya iklan dan Peraturan Daerah (Perda) 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
"Itu kan namanya transisi. Jadi kalau mau anu jangan memaksakan, kayak TransJakarta, busnya dipaksa terus ya nggak selesai-selesai, tapi kalau ada tambahan-tambah, ini kan semuanya, belum pakai gas. Emang semua (mobil) ikutin Perda? Mobil-mobil dinas pakai gas? Haa? Gimana?," kata Jokowi di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Bus Hibah Terganjal Perda, Jokowi: Perdanya Sudah Benar, Ngapain Diubah?

Proses penerimaan bus hibah dari pengusaha swasta kepada Pemprov DKI sempat dikeluhkan karena terhambat masalah Perda nomor 2 tahun 2005. Aturan itu mensyaratkan angkutan umum dan kendaraan operasional berbahan bakar gas sedangkan puluhan bus itu masih pakai solar.

Polcomm: PDIP Bisa Kalahkan Golkar

Political Communication Institue (Polcomm) mengumumkan hasil survei terkait eletabilitas partai di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).
Direktur Riset Polcomm, Heri Budianto, mengatakan dari survei yang mereka lakukan, sebagian besar responden memilih PDIP sebagai parpol pilihan dalam pemilihan umum legislatif (Pileg) 9 April nanti.
"Responden yang memilih PDIP 23,1 persen, lalu partai Goklar 17,3 persen. Di bawahnya Gerindra 7,7 persen, Demokrat 5,1 persen. Sedangkan responden yang belum menentukan pilihan sebesar 23,3 persen," kata Heri.

PolcoMM: Elektabilitas Jokowi 31,2%, Prabowo 19,2%

Political Communication Institute (PolcoMM Institute) melakukan survei untuk memotret elektabilitas capres saat ini. Hasilnya capres PDIP Joko Widodo (Jokowi) masih jadi capres terkuat saat ini.
"Dalam elektabilitas Capres, Jokowi masih menempati urutan pertama yakni sebesar 31,2%, kemudian Prabowo 19,2%, disusul oleh ARB 6,3%," kata Direktur Political Communication Institute (PolcoMM) Heri Budianto dalam paparan survei di Cheese Cake Factory, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).

Lagi Serangan dari Emrus: Mega Akan Tetap Ikut Campur Tangan Saat Jokowi Jadi Presiden

Sikap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang selalu manut kepada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dinilai menunjukkan bahwa mantan Wali Kota Solo itu tak akan pernah lepas dari titah Megawati.
Belum lama ini, Jokowi juga membela kebijakan Megawati yang menjual aset negara seperti Indosat, kapal tanker VLCC Pertamina, atau gas Tangguh dengan harga murah ke China saat menjabat sebagai Presiden.
Mengenai hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan tak ada jaminan bila Jokowi jadi Presiden maka akan lepas dari pengaruh Megawati Soekarnoputri.
Sebab menurutnya, Jokowi dibesarkan dari kultur budaya Jawa dan menjunjung tinggi ewuh pakewuh (sungkan).

Populi: 41% Kaum Profesional Jakarta Tidak Senang Jokowi ''Nyapres''

Kaum profesional Jakarta yang sebelumnya memiliki harapan akan kinerja Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ternyata tidak senang mantan wali kota Solo itu mencalonkan diri jadi calon presiden (capres). Sebanyak 41 persen kaum profesional di Ibu Kota menurut survei dari Populi Center menyesalkan Jokowi bakal "meninggalkan" Jakarta.
"Kaum profesional meskipun jumlahnya sedikit dalam konteks opini publik dalam asumsi kami ini sangat menentukan," kata Usep Ahyar, peneliti Populi Center dalam acara publikasi bertajuk "Survei Persepsi Kaum Profesional di Jakarta Terhadap Preferensi Politik dan Perbandingan Persepsi Publik Indonesia" di Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Tahun Ini DKI Jakarta Bangun 24 Waduk

Gubernur Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Pemprov DKI Jakarta akan segera membangun 24 waduk baru untuk mengantisipasi banjir.
"Pokoknya kami akan membangun waduk baru sebanyak-banyaknya. Saat ini pembangunan waduk baru sudah dimulai dan waduk lama juga dikeruk," kata Jokowi usai menemui Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama di kantornya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis.
Duapuluh lima waduk tersebut terdiri dari 15 waduk kecil (berdiameter 6 hektar) dan 9 waduk besar (berdiameter 20 hektar) yang tersebar di lima wilayah ibu kota.

Jokowi Saksikan Rampungnya Kampung Deret Petogogan

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo Kamis (3/4/2014) berkunjung ke Jalan Pulo Raya, Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kehadirannya sore ini untuk menyaksikan rampungnya pembangunan Kampung Deret di Petogogan.
Pantauan Tribunnews.com, Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi ini tiba di Jalan Pulo Raya, Petogogan pada pukul 16.15 WIB. Setibanya, Jokowi yang mengenakan kemeja putih ini langsung disambut warga.

Jokowi Serahkan Urusan Jembatan Blok G ke Dirut PD Pasar Jaya

Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) Blok G Tanah Abang mengalami kemiringan. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berpendapat masalah itu hal kecil sehingga dirinya tidak perlu yang turun tangan.

"Jembatan kayak gitu urusan Dirut Pasar (PD Pasar Jaya). Nggak usah Gubernur. Itu urusan kecil kok enggak usah gubernur," kata Jokowi di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakpus, Kamis (3/4/2014).

Jokowi mengatakan pembangunan jembatan itu sepenuhnya dikerjakan oleh PD Pasar Jaya, bukan Dinas PU DKI Jakarta. "Itu urusan kontraktor. Urusan kecil-kecil gitu kok tanyakan ke gubernur. Kayak saya enggak ada kerjaan yang besar, yang lain," lanjut capres PDIP ini.

Dengan Mengangkat Kultur Jawa, Emrus Tuduh Jokowi Akan Jual Asset Negara

Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai, tak ada jaminan bila Jokowi jadi presiden akan lepas dari pengaruh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Sebab, Jokowi dibesarkan dari kultur budaya Jawa dan menjunjung tinggi ewuh pakewuh (sungkan).
"Saya berpendapat bahwa aspek budaya akan perilaku manusia, termasuk perilaku pengambilan keputusan bila Jokowi jadi presiden. Jokowi dibesarkan oleh budaya-budaya Jawa dan sungkan terhadap sesuatu, terlebih Megawati," ujar Emrus di sela-sela diskusi di Cikini, Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Jokowi Soal Monorel: Data Hitungannya Belum Masuk ke Kita

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Perjanjian Kerjasama (PKS) monorel terkendala data yang masih belum diserahkan PT Jakarta Monorel. Ia berpendapat data yang ditunggu itu terkait penghitungan properti.

"Belum, karena data hitung-hitungannya belum masuk ke kita. Kalau masuk nanti pasti kita bicarakan," kata Jokowi usai keluar dari ruangan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), di Gedung Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (3/4/2014).

Jokowi Serahkan Administrasi DKI Jakarta ke Ahok

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan dengan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Mengenai apa yang menjadi perbincangan, Jokowi mengatakan, soal administrasi yang harus diurus untuk program Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta selanjutnya.
"Ya menyiapkan secara administratif hal-hal yang akan kita lakukan, misal perbaiki manajemen sampah, lalu misal mau memulai waduk," kata Jokowi di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (3/4/2014).

Jokowi Kunjungi Ruangan Basuki, Koordinasikan Program DKI

Tidak seperti biasanya, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) mendatangi ruangan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang terletak di lantai dua gedung Balai Kota DKI, Jakarta, Kamis (3/4/2014).
Jika biasanya Ahok yang kerap datang ke ruangan Jokowi untuk menghadap dan menyampaikan laporannya, kali ini Jokowi yang melakukan hal itu kepada Ahok.
Berbagai persoalan Jakarta, seperti soal waduk dan sampah menjadi pembahasan yang dilakukan keduanya. Terlebih tahun ini DKI akan membangun banyak waduk baru.
"Bicara soal waduk. Kita sudah mulai yang pertama di Marunda, Giri Kencana, Pondok Ranggon, dan nanti Nusa Kirana di Rorotan," kata Jokowi usai menemui Ahok.

Promo PKS: Lawan Sebanding Jokowi Hanya Aher

Demokrasi seharusnya tak membiarkan Jokowi melenggang nyaris tanpa lawan. Ketidakseimbangan berisiko membuatnya lupa diri, setidaknya tinggi hati. Aher lawan sepadannya.
Sukar untuk menafikan, saat ini perbincangan soal calon presiden telah mengerucut pada dua nama: Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Tetapi hanya dengan semenit membuka laman media sosial (socmed) kita akan melihat bahwa pertempuran berjalan tidak seimbang.

Ada yang Khawatir Jokowi Capres PDIP

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputi menengarai ada pihak-pihak yang khawatir dengan ditetapkannya Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan.
"Setelah PDI Perjuangan menetapkan Jokowi sebagai capres, banyak serangan-serangan yang dialamatkan kepada Jokowi," kata Megawati ketika menyampaikan orasi di Gelanggang Olahraga Desa Sangga Langit Kecamatan Grokgak Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis (3/4/2014).

Pendukung Jokowi Bentang Spanduk Sepanjang 50 Meter di Balai Kota

Ratusan warga yang tergabung dalam Paguyuban Keluarga Besar Timbul Sehati menyatakan dukungannya pada pencapresan Joko Widodo (Jokowi). Mereka mendatangi Balai Kota sambil membentangkan spanduk merah sepanjang hampir lima puluh meter.
"Kita enggak demo, cuma mau menyatakan dukungan kepada pak Jokowi," ujar Darto TS, Ketua Umum Paguyuban Keluarga Timbul Sehati kepada detikcom di depan Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).
Spanduk yang dibentangkan bertuliskan "KELUARGA BESAR PAGUYUBAN TIMBUL SEHATI UNTUK JOKOWI DAN IBU PERTIWI RESIKO APAPUN KAMI HADAPI."

Jokowi Belum Tahu Jembatan Penghubung Blok G-Tanahabang Patah

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengaku belum mendapat kabar soal miringnya jembatan penghubung pasar Blok G dan pasar Blok F.
"Saya tidak tahu. Kita cek dulu. Dicek ayo sekarang," ujar Jokowi usai bertemu Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (3/4/2014). Jokowi menanggapi dengan santai mengenai jembatan miring itu, sebab ada tindakan evaluasi yang dilakukannya. "Kalau miring ya dilurusin dong," tutupnya.

Jokowi Kuatkan Ideologi Soekarno di Indonesia

Banyak pihak menilai diusungnya Jokowi sebagai Capres 2014 oleh Megawati Soekarnoputri, menunjukkan makin melemahnya trah Soekarno. Benarkah begitu?
Penilaian itu sebenarnya salah. Ketua DPP PDI Perjuangan Arif Budimanta mengatakan, trah Soekarno (Soekarnois) di partai justru makin menguat, apalagi dengan diusungnya Jokowi.
Arif mengatakan, trah Soekarno bahkan tidak hanya dari keturunan langsung Soekarno saja, tetapi juga dari yang lain.

Jualan Gerindra Tak Akan Laku Lagi

Calon presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) dan capres yang diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto paling banyak menyedot perhatian publik.
Keduanya menjelang Pemilu Legislatif 9 April nanti, makin gencar mendekati pihak-pihak yang dianggap bisa memberi dukungan suara. Jokowi, yang sudah dikenal dengan gaya blusukannya, diketahui banyak mendapat simpati di hati masyarakat.
Belakangan, Jokowi dan Prabowo saling gencar berkampanye. Dalam sejumlah kampanyenya, Prabowo kerap melontrakan sindirian-sindiran negatif yang ditujukan ke capres lain yang menjadi saingannya.