Survei LSI pada 20 Mei lalu mendapati elektabilitas pasangan Jokowi-JK sebesar 35,42 persen, sedangkan elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta sebesar 22,75 persen. Dengan demikian selisih elektabilitas kedua pasangan capres sebesar 12,67 persen.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan menanggapi selisih elektabilitas dari kedua pasangan capres dan cawapres tersebut sangat mudah untuk diisi suara dari Partai Demokrat.
"Selisih suara (elektabilitas) Prabowo dan Jokowi itu piece of cake buat Demokrat," kata Ramadhan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Ramadhan memaparkan bahwa saat ini, Demokrat memegang 10 persen lebih suara yang dimenangkan saat Pileg 9 April lalu. Angka tersebut menurutnya tidak bisa diremehkan begitu saja.
"10 persen itu enggak cuma 100 200 orang. Saya rasakan Pilkada, suara 100 orang saja saya datangi kok, ini 10 persen (dari seluruh pemilih di Indonesia)," kata Ramadhan.
Oleh sebab itu, Ramadhan menyayangkan arogansi kubu Jokowi-JK yang tidak menanggapi undangan Partai Demokrat untuk menyampaikan visi misi pada 1 Juni lalu.
"Timsesnya Jokowi harus diperbaiki, jangan arogan bilang enggak perlu SBY lagi itu sombong namanya. Bilang 'kalau mau SBY sama Demokrat tinggal buka aja web KPU, lihat visi misi kok ngomongnya begitu," papar Ramadhan.
Ramadhan mengklaim bahwa suara Partai Demokrat jauh lebih besar dari partai-partai yang bergabung dalam koalisi PDIP. "Kalau belum-belum sudah menutup diri ya gimana. Ingat, kami lebih besar dari PKB, NasDem, Hanura, enggak ada yang suaranya sebesar kami di kubu Jokowi," kata Ramadhan.
Ramadhan mengaku, apabila pasangan Jokowi-JK menang pilpres 2014, Partai Demokrat sudah siap untuk menjadi oposisi. "Kami lahir dan batin sudah siap untuk oposisi. Kalau PDIP berkuasa, kami pasti di luar kekuasaan. Kalau Prabowo menang kami enggak tau, apakah penyeimbang atau bagaimana kita gak tahu," tutup Ramadhan. [cob/merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar