Ketika orang masih menganggap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih kental dengan unsur dinastinya, pencapresan Joko Widodo telah mematahkan anggapan tersebut.
"Pencapresan Jokowi merupakan momentum transformasi ditubuh PDIP yang luar biasa," ujar Ganjar Pranowo di Jakara (4/6/2014).
Ganjar mengatakan keputusan besar dan penting telah dibuat Megawati
karena memilih Jokowi untuk maju sebagai calon presiden dari PDI
perjuangan.
"Saya termasuk orang yang terkejut, Bu Mega tidak maju, tidak
menyerahkan pada putrinya, dan menyuruh pada Jokowi untuk maju, saya
kira statment ship sekarang ada di ibu Mega," ujar Ganjar.
Ganjar mengatakan apabila PDIP merupakan partai yang sarat dengan
politik dinasti maka akan melihat latar belakang dan asal muasal sosok
yang akan diusungnya.
"Jokowi itu siapa, anaknya siapa, tokohnya siapa, ketokohannya
dimana, itu yang dilihat, jika sekarang berarti ada sesuatu yang lebih
dari Jokowi, ada nilai plus dari Jokowi, ada ide bagus dari Jokowi,
sehingga dapat maju sebagai calon presiden," ujar Ganjar.
Beri Jokowi Ilmu Debat
Dua pasang capres dan cawapres, Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa dipastikan akan mempersiapkan diri agar mampu
'melahap' dan memenangi setiap sesi materi debat tersebut.
Ganjar
mengakui dirinya telah menyampaikan sejumlah saran kepada capres yang
juga rekan separtainya, Jokowi untuk menghadapi debat tersebut.
"Saya baru hari ini di Jakarta. Dan saya harus sampaikan ke Jokowi.
Dan baru tadi tadi bisa ketemu Jokowi di Lenteng Agung (kantor DPP
PDIP)," kata Ganjar saat berkunjung ke redaksi Tribunnews.com di Jakarta, Rabu (5/6/2014) malam.
Ilmu debat yang disampaikan Ganjar kepada Jokowi itu berdasarkan
pengalamannya saat debat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada Mei
2013 lalu.
Ganjar menceritakan, sebelum debat dilangsungkan, dirinya dilatih
oleh tim mulai cara penyampaian atau gesture tubuh hingga mempersiapkan
materi debat. "Saya siapkan datanya. Tapi itu Ganjar, bukan Jokowi,"
ujarnya.
Ganjar pun menyarankan agar data yang disiapkan untuk materi debat
dikemas sesederhana mungkin agar memudahkan saat penyampaian dan bisa
dipahami oleh calon pemilih.
Menurut Ganjar, setiap cagub/cawagub ataupun capres/cawapres dari
kubu lawan selalu mempunyai 'titik lemah', termasuk materi data. "Kalau
Prabowo bicara soal angka, coba deh bener nggak angkanya, lalu
source-nya dari mana. Jadi, coba diperhatikan, oh ternyata ada yang
salah. Anda data aja salah, bagaimana nanti kalau ambil kebijakan. Ini
saya sampaikan ke Jokowi. Tapi kan itu saya, bukan Jokowi," tuturnya.
Ganjar mengakui dirinya bersama tim melakukan simulasi debat
cagub/cawagub sebelum debat yang sebenarnya dilaksanakan. Namun, Ganjar
belum tahu nantinya Jokowi akan melakukan hal yang sama atau tidak.
Ganjar menegaskan, persiapan dan cara penyampaian atau gesture tubuh setiap orang berbeda-beda pada saat debat, termasuk Jokowi.
Ia mencontohkan, dirinya, capres Jokowi, cagub Sumatera Utara Effendi
Simbolon ataupun peserta konvensi Partai Demokrat seperti Anis Baswedan
mempunyai cara penyampaian yang berbeda.
Menurut Ganjar, cara penyampaian Jokowi saat pidato deklarasi
kampanye damai pada Selasa (3/6/2014) malam, yang tampak lemas dan
santai saat itu justru menjadi orisinalitas dan pembeda. Meski sebagian
orang menilai hal itu sebuah kelemahan, namun bagi Ganjar, kelemahan itu
adalah sebuh kekuatan seorang Jokowi.
"Coba lihat, omongan Prabowo yang menghentak-hentak itu diimbangi oleh Hatta. Begitu juga Jokowi dan Jusuf Kalla," tuturnya.
Menurut Ganjar, saat debat nantinya Jokowi akan lebih baik jika
tampil sebagaimana orisinalitasnya tanpa ada embel-embel 'polesan' cara
penyampaian. Sebab, yang terpenting dalam sebuah debat, yakni pesan dan
tujuan yang ingin disampaikan oleh capres tersebut bisa sampai dan
diterima oleh calon pemilih.
"Saya sudah sampaikan, jangan gunakan orang lain, jadilah diri anda sendiri saja," ujar mantan Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar