Pakar komunikasi politik Universitas Diponegoro, Triyono Lukmantoro menilai, dua calon presiden Indonesia, Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) memiliki perbedaan yang sangat bertolak belakang dalam hal berkomunikasi dengan rakyat.
Namun dari perbedaan itu, menurut Triyono, cara komunikasi Jokowi yang sedang populer alias lebih disukai rakyat.
Kata Triyono, gaya Prabowo berkomunikasi tidak asli, atau menjiplak tokoh-tokoh seperti Soekarno. Selain itu, dia menilai, cara Prabowo berkomunikasi pun kerap meledak-ledak atau eksplosif dan sangat emosional.
Hal itu berbeda dengan gaya dan cara Jokowi berkomunikasi. "Gaya komunikasi dan pidato Jokowi tidak meledak-ledak, tidak emosional, dan menggunakan bahasa sehari-hari, sederhana dan biasa digunakan banyak orang. Jokowi jauh lebih orisinal ketimbang Prabowo, karena tidak menjiplak gaya berpidato atau berbicara siapa pun. Jokowi menjadi dirinya sendiri," ujar Triyono di Jakarta, Rabu (4/6/2014).
Triyono mengungkap, gaya dan cara komunikasi Jokowi yang menggunakan bahasa lebih sederhana dan merakyat, menjadi jauh lebih disukai.
Sebab, lanjutnya, masyarakat jadi lebih memahami pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh Jokowi. "Dari sisi fisik, maaf, mungkin Jokowi biasa. Nada bicara yang disampaikan pun biasa. Namun, topik yang dibahas oleh Jokowi adalah masalah-masalah konkret, masalah sehari-hari yang dialami masyarakat. Misalnya, Jokowi membahas masalah pedagang di pasar dengan bahasa yang sederhana," ujarnya.
Berbeda cara Prabowo berkomunikasi dengan rakyat yang menggunakan bahasa elite. Apalagi, kata Triyono, konsep komunikasi Prabowo abstrak.
"Prabowo kerap bicara tentang nasionalisme, kapitalisme dan neoliberalisme. Dia menganggap masyarakat sudah paham tentang nasionalisme dan istilah-istilah itu," ujar Triyono.
Selain itu, kata Triyono, pesan komunikasi Prabowo juga dipenuhi dengan slogan-slogan. Menurutnya, hal itu sengaja diciptakan karena Prabowo ingin mendapat panggung politik pencitraan sehingga membuat masyarakat tertarik.
Namun, Triyono menganggap wajar jika gaya Jokowi berkomunikasi tidak seperti Prabowo. Sebab, lanjut Triyono, Jokowi punya kesan lebih memilih untuk banyak bekerja ketimbang banyak bicara.
"Jokowi orientasinya bukan panggung politik. Orientasinya tidak berjarak dan ingin menyatu dengan rakyat. Dia lebih suka blusukan ke masyarakat karena dia tidak menjual retorika, mengejar panggung seperti Prabowo, tapi kedekatan dengan masyarakat," ujar Triyono.
Menurut Triyono, gaya komunikasi seorang kandidat presiden menjadi faktor penting seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
"Karakter masyarakat Indonesia sangat berbeda dengan Amerika Serikat. Itu mengapa rakyat Indonesia lebih menyukai cara dan gaya Jokowi berkomunikasi ketimbang Prabowo." [adk/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar