Rabu, 04 Juni 2014

Pengusaha Dukung Revolusi Mental ala Jokowi

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mendukung seratus persen apa yang telah diucapkan Joko Widodo mengenai perubahan sistem pendidikan mental.
Menurut Sofjan, mengajarkan masyarakat supaya disiplin terhadap tata tertib merupakan hal penting. Hal ini pula yang akan mendorong pengusaha lebih produktif.
“Semua bicara hak, namun tidak ada kewajiban yang dijalankan,” kata Sofjan seusai acara Pemaparan Platform Ekonomi Jokowi-JK yang diadakan Kelompok Profesional Pendukung Jokowi-JK di Pacific Place, Jakarta, Rabu malam, (4/6/2014).
Ia bahkan berpendapat, dengan perubahan mental itu, masyarakat baru akan bisa menaikkan produktivitas. Begiotu pula dengan para pekerja yang akan bekerja keras dan mau berkompetisi dalam menghadapi globalisasi. “Jangan semua kerja santai-santai saja. Bisa rusak negara ini,” tuturnya.
Secara umum, ujar Sofjan, para pengusaha mendukung apa yang disampaikan Jokowi terkait dengan revolusi mental tersebut. Sebab, hal ini akan mendorong persaingan lebih sehat. “Jika tidak begitu, kita cuma jadi importir,” katanya.
Ia menilai sosok Jokowi merupakan pemimpin yang dibutuhkan negara ini, terlihat dari
sepak terjangnya saat memimpin Solo dan Jakarta. Pasangan Jokowi, Jusuf Kalla pun, juga disebut ideal karena jauh lebih berpengalaman di pemerintah pusat. “This is the best combination untuk kami para pengusaha,” ujarnya.
Sepert diketahui, tulisan Revolusi Mental yang dimuat harian Kompas edisi Sabtu, 10 Mei 2014, sempat membuat heboh dunia maya. Pasalnya, banyak yang menduga itu bukan tulisan asli Jokowi. Ia menulis opini tersebut karena melihat revolusi mental dibutuhkan dari negativisme menuju positivisme.
Salah satu revolusi mental yang dibutuhkan, menurut Jokowi, adalah dalam sistem pendidikan yang harus dimulai adalah dengan pembangunan karakter dan mental. "Kita harus mengubah kurikulum sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas. Pembangunan karakter harus menjadi fokus utama kurikulum pendidikan," katanya di Makassar, 10 Mei lalu.  [tempo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar