Calon presiden yang diusung PDIP, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI, Joko Widodo disebut-sebut hanya mengklaim didukung Nadhlatul Ulama.
"Nyatanya, kiai-kiai besar NU belum tentu mendukungnya," kata pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Djaka Badranaya, saat dihubungi wartawan, Rabu (4/6/2014).
Menurutnya, hal ini dilakukan kubu Jokowi untuk mendapatkan dukungan.
Sayangnya, kata dia, hal seperti ini tidak efektif bahkan menyinggung kiai NU yang dicatut namanya sebagai pendukung Jokowi.
Sedangkan pengamat politik Konsep Indonesia Budiman menyatakan, fenomena ini memberikan pelajaran bagi kubu pemenangan siapapun utamanya, Jokowi, untuk tidak boleh sembarangan dalam melakukan klaim-klaim dukungan.
Menjual klaim dukungan kiai, pesantren, dan umat Islam untuk kepentingan politik sesaat akan menggangu dan merusak cita-cita pemilu yang berintegritas dan damai.
"Lebih baik setiap kandidat menyampaikan visi yang jelas dan terukur soal pendidikan dan pengembangan pesantren dalam bingkai kebangsaan," kata Budiman.
Sebelumnya diberitakan, pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, KH Shalahuddin Wahid, membantah telah memberikan dukungan kepada Jokowi - JK.
"Siapa bilang? Itu tidak benar. Kita tidak mungkin mendukung yang kita sendiri gak tahu apa yang akan dia lakukan untuk pesantren ke depan," kata kiai yang akrab disapa Gus Sholah itu.
Pihaknya tidak mempengaruhi para santri, alumni, dan masyarakat sekitar pesantren yang dipimpinnya untuk mendukung atau memilih salah satu pasangan capres-cawapres.
"Sampai saat ini, saya tidak mendukung salah satu calon. Mereka bebas pilih siapa saja," ujar adik kandung presiden RI keempat Gus Dur itu. [boy/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar