Dosen ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri memuji pemaparan landasan program ekonomi Calon Presiden Joko Widodo. Meski begitu, mantan saingan Jokowi dalam Pilgub DKI itu memberi sedikit kritik.
"Apresiasi itu tidak serta merta menyimpulkan gagasan ekonomi Jokowi sudah tepat secara keseluruhan, melainkan masih banyak gagasan yang perlu dikritik," kata Faisal di Ritz Carlton Pacific Palace SCBD, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (4/6/2014) malam.
Salah satu kritikan Faisal adalah soal komposisi kurikulum pendidikan untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM). "Masa untuk tingkat sekolah dasar dan SMP, porsi pengetahuan dan keterampilan kecil sekali," ujar dia.
Meski begitu, platform ekonomi yang diusung Jokowi dinilai menarik. Faisal memuji cara Jokowi memulai pemaparannya mengenai kesenjangan antara kalangan kaya dan miskin yang tercermin dalam Koefisien Gini (gini ratio).
Jokowi memaparkan meskipun pertumbuhan ekonomi secara nasional selalu di sekitar enam persen, tingkat kesenjangan antara kalangan kaya dan miskin terus meningkat dalam lima tahun terakhir, dari 0,35 pada 2008 menjadi 0,41 pada 2013.
"Jokowi tidak memberi angka. Dia mulai dari inequality (ketidakadilan) dan efisiensi. Kemudian yang dibangun adalah sikap dan pengembangan SDM. Ini penting untuk kualitas tenaga kerja," jelas dia.
Dalam paparannya di hadapan ratusan pengusaha, Jokowi memang membagi tiga garis besar gagasan ekonominya yakni pengembangan SDM, ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Mengenai ketahanan pangan, Jokowi antara lain membeberkan keinginan membangun 25 bendungan untuk perbaikan kualitas irigasi pertanian. Dia juga menjanjikan kemudahan petani untuk memperoleh akses pasar serta menjamin ketersediaan bibit, benih dan pestisida. [Tii/metrotvnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar