Calon Presiden (Capres) Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan
tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Pasalnya, jika warga memiliki tingkat pendidikan yang baik melalui
pembangunan karakter dan disiplin maka akan muncul produktivitas.
"Produktivitas
baik maka muncul daya saing yang baik. Jangan dipikir, pendidikan tidak
ada hubungannya dengan ekonomi. Ada, saya pastikan ada," kata Jokowi
saat pemaparan platform ekonomi di hadapan para pengusaha di Hotel Ritz
Carlton, Jakarta, Rabu (4/6/2014) malam.
Jokowi menambahkan, selama
ini persoalan terbesar warga Indonesia adalah mentalitas yang kurang
diajarkan dalam dunia pendidikan. Menurut dia, percuma memiliki kekayaan
luar biasa tetapi kedodoran di budaya kerja, etos kerja.
"Oleh sebab itu ke depan, pembangunan SDM pertama yang kita lakukan," kata dia.
Jokowi
mengaku posisi pertumbuhan ekonomi cukup baik, apabila dilihat rasio
0,4 persen terdapat ketimpangan antara miskin dan kaya, wilayah barat
dan timur. Untuk itu, harus dilakukan pemerataan dibandingkan dengan
pembangunan.
Menurut dia, dalam rangka pembangunan SDM ke depan,
untuk jenjang pendidikan SD akan ada porsi 80 persen pembentukan sikap
dan karakter, sedangkan 20 persen difokuskan untuk ilmu pengetahuan.
"Tidak
seperti sekarang terbalik. Lihat anak SD, tas tebal-tebal sampai
terbungkuk-bungkuk karena banyak bukunya. Oleh karena itu, perlu adanya
pendidikan budi pekerti, sikap dan metal, sopan santun, etika," imbuh
Jokowi.
Sementara untuk jenjang SMP maka pendidikan mental
mendapatkan porsi 60 persen. Sedangkan, tingkat SMA baru 80 persen porsi
untuk keterampilan dan pengetahuan.
"Politeknik desa perlu
dikembangkan. Hal-hal seperti ini yang kehilangan, kedisiplinan karakter
sejak awal sejak anak. Disiplin harus dibangun," jelasnya. [bal/merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar