Di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jakarta mulai menggeliat. Warga yang tak sehat berbondong-bondong berobat dengan KJS (Kartu Jakarta Sehat), siswa-siswa tak mampu sedikit dapat menikmati jajan berkat KJP (Kartu Jakarta Pintar), sungai-sungai dan waduk waduk mulai dikeruk untuk menangkal banjir, taman-taman kota mulai mempercantik diri untuk menerima pengunjung yang ingin bersantai di taman, angkutan umum ditambah dan dibenahi baik kuantital maupun kualitasnya. Tidak cukup sampai disitu, penataan
dibidang lain pun dilakukan oleh Jokowi-Ahok, satu persatu berjalan tetapi pasti, dari transportasi, rumah susun sampai birokrasi, semua mulai
mendapat besutan Jokowi-Ahok.
Lihatlah, sejumlah stasiun kereta api
disterilkan dari lapak-lapak PKL hingga terlihat indah kembali. Waduk
Pluit di Jakarta Utara yang menciut 20 persen mulai dinormalisasi. Warga
berangsur-angsur dipindahkan ke rumah susun.
Di lingkungan birokrasi, perubahan itu
juga mulai terasa. Pelayanan publik semakin baik dan cepat. Para Pegawai
Negeri Sipil (PNS) Pemprov DKI Jakarta lebih tertib. Pejabat yang tidak
mau mengikuti perubahan dicopot. Penunjukan pejabat baru di tingkat
kelurahan dan kecamatan dilakukan dengan sistem lelang.
Semua berjalan dan terus berjalan secepat kilat, rasanya belum pernah ada di republik ini, pejabat yang bekerja seefektif dan secepat kinerja Jokowi-Ahok, gaya memimpin Jokowi menyedot pujian. Blusukan Jokowi ke
kampung-kampung memecah kebekuan hubungan pemimpin dengan rakyat. Kebrutalan Ahok dalam memangkas birokari dan korupsi mengundang decak kagum siapapun yang ada di negri ini. Tak
heran, tradisi ini menjadi tren yang banyak ditiru pejabat, bahkan
(maaf) sampai presiden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar