Sebagian besar buruh dan pekerja di Indonesia mendukung pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla
(JK), pada pemilihan umum (Pemilu) 9 Juli 2014. Pasalnya, Jokowi dan JK
adalah dua orang yang bukan merupakan bagian dari Orde Baru yang dinilai
kejam, otoriter, suka menculik para pengkritik dan korup. Selain itu,
Jokowi merupakan pengusaha yang memberikan jaminan kesehatan dan
kesejahteraan kepada pekerjanya.
Demikian seruan sejumlah pimpinan Komite Politik Buruh Indonesia
(KPBI) di Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi, Jakarta, Kamis (29/5).
Pimpinan KPBI itu adalah Surya Candra, Timboel Siregar, Indra Munaswar
dan Ridwan Monoarfa.
Menurut Indra, pasangan Jokowi-JK merupakan pasangan yang memberikan
harapan kepada pekerja dan buruh di seluruh Indonesia. Hal ini, kata
dia, terlihat ketika merayakan May Day (Hari Buruh Internasional), 1 Mei
2014, Jokowi dengan tegas mengatakan buruh harus diberikan tri layak
yakni layak kerja, layak upah dan layak hidup. "Dan di DKI Jakarta
banyak sekali perubahan yang ke arah baik kepada buruh. Ini karena
Jokowi," kata Indra yang merupakan Ketua Serikat Pekerja Tekstil,
Sandang dan Kulit ini.
Ridwan Monoarfa dari Serikat Pekerja Metal Indonesia, menegaskan,
kontrak politik yang dilakukan capres Prabowo Subianto dengan
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) merupakan kontrak politik
bodong alias bohong. Pasalnya, kontrak politik itu tidak dimasukkan
Prabowo sebagai agenda politiknya yang dilaporkan kepada Komisi
Pemilihan Umum (KPU). “Coba buka website KPU, Prabowo tidak mencantumkan
itu. Itu tandanya Prabowo bohong. Dan kami memang tak percaya sama
Prabowo karena ia merupakan bagian dari ring Orde Baru,” tegas Ridwan.
Ridwan menegaskan, yang melalukan kontrak politik dengan Prabowo
hanya sebagian kecil buruh yakni yang tergabung dalam KSPI. “Saya
tegaskan buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Metal Indonesia
tidak melalukan itu,” kata dia.
Sedangkan Timboel Siregar yang merupakan Sekjen Organisasi Pekerja
Seluruh Indonesia (Opsi), mengatakan, salah satu permasalahan tenaga
kerja Indonesia adalah hubungan industrial antara pengusaha dan pekerja
yang tidak harmonis. “Kami yakin dengan terpilihnya Jokowi sebagai
Presiden RI nanti maka masalah hubungan kerja antara pengusaha dan
pekerja menjadi lebih baik,” kata dia. Pasalnya, kata Timboel, Jokowi
akan memilih orang yang profesional untuk menjadi Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, bukan seperti Menakertrans, Muhaimin Iskandar, yang
sejak menjabat sebagai Menakertrans lebih banyak urus partai
politiknya. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar