Pemilihan presiden 9 Juli mendatang dipastikan hanya berisi dua poros yaitu poros Jokowi dan poros Prabowo. Dua poros tersebut yang bakal bertarung habis-habisan dalam mencari dukungan dari masyarakat.
Poros Jokowi didukung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasdem dan PKB. Sedangkan poros Prabowo baru didukung Partai Gerindra, PPP, PKS dan PAN. Tinggal Partai Hanura yang belum menentukan sikap akan merapat ke mana.
Menurut Pengamat Politik LIPI, Syafuan Rozy, penentu pemenang dari pemilihan presiden mendatang bukannya kedua poros tersebut.
Tetapi, penentunya adalah swing voter (pemilih mengambang) yang mencapai hampir 27 persen.
"Pemilu sekarang ini jumlahnya swing voternya mencapai 27 persen. Memang ada penurunan 3 persen dari pemilu yang lalu. Mungkin yang swing voter kebanyakan dari pemula. Apabila, kedua belah pihak ini tidak bisa memanfaatkan, yang menang adalah swing voter," ujar Syafuan kepada merdeka.com di Jakarta, Rabu (14/5).
Menurut Syafuan, swing voter tersebut menjadi penentu pemenang pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang. Apabila pemilih mengambang tersebut tidak dimanfaatkan kedua poros maka kemungkinan hasil pilpres tersebut sama kuat.
"Kedua poros ini harus mendekati para golput ini. jadi pemenangnya bisa saja hanya menang tipis. apabila tidak bisa mendekati swing voter," kata dia.
Syafuan menambahkan, swing voter tersebut berisi para pemula yang meminta aksi nyata dari para capres untuk memberikan yang terbaik untuk lingkungannya. Selain itu, lanjut dia, para pemula tersebut tidak membutuhkan program-program seperti kesehatan dan pendidikan gratis, tetapi, program perumahan untuk pasangan baru lebih realistis.
"Bukan hanya ketahanan pangan dan energi saja. Kalau misalnya keduanya tidak mendekati itu (swing voter) saya pikir hanya menang tipis nantinya," pungkas dia. [tyo/merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar