Rabu, 14 Mei 2014

Jokowi-Prabowo Duel di TV

Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Ade Armando menilai langkah koalisi PDI Perjuangan dengan Partai NasDem dan Partai Golkar bisa menguntungkan Jokowi untuk meningkatkan elektabilitasnya melalui media televisi. Seperti diketahui, Ketua Partai Nasdem Surya Paloh adalah pemilik Metro TV dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie adalah pemilik TV One dan Antv.
"Koalisi ini penting dan menguntungkan untuk Jokowi karena dibandingkan dengan calon presiden lainnya, misalnya Prabowo Subianto, Jokowi kurang berkampanye di televisi," kata Ade ketika dihubungi, Rabu (14/5/2014). Ade menilai afiliasi politik dengan partai pemilik media televisi harus dimanfaatkan Jokowi untuk berkampanye dengan maksimal. Dengan cara ini, Jokowi, kata dia, bisa menandingi gencarnya pencitraan Prabowo melalui tayangan iklan di televisi. Apalagi Partai Hanura yang didukung bos MNC Group Hary Tanoesoedibjo mendukung pencalonan Prabowo.
Ade menjelaskan pengaruh media televisi yang ditonton 90 persen masyarakat Indonesia itu cukup besar terhadap persepsi publik. Namun, berkaca pada pemilihan umum legislatif kemarin, Ade menilai model kampanye di televisi yang berlebihan membuat publik muak. Ia mencontohkan model kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden Partai Hanura, Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo.
"Model kampanye yang terlalu berlebihan tak akan membuat publik simpati sehingga harus dikemas dengan baik isinya, "ujar Ade. Ia mencontohkan model kampanye di televisi oleh Prabowo Subianto dikemas dengan substansi yang apik. Akibatnya, elektabilitas calon presiden partai berlambang garuda itu pun naik karena iklan kampanye itu. Hal serupa, kata Ade, harus dimanfaatkan Jokowi untuk mendulang simpati publik dalam pemilihan umum presiden nanti.
Data dari Komisi Penyiaran Indonesia pada periode kampanye pemilu legislatif lalu, beberapa partai menggunakan slot kampanye dalam jumlah yang besar di televisi. PDI Perjuangan beriklan sebanyak 91 kali, Partai Golkar 129 kali, Partai Demokrat 221 kali dan Partai Gerindra 40 kali.  [Nurul Mahmudah/Tempo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar