Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP), Joko Widodo telah menyampaikan gagasannya untuk melakukan
revolusi mental. Dalam gagasan tersebut, Jokowi, sapaan Joko Widodo
menekankan pentingnya ajaran Trisakti Bung Karno yakni berdaulat dalam
politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk dapat merealisasikan visi tersebut, terutama dalam bidang
ekonomi, Dewan Pimpinan Nasional Kebangkitan Indonesia Baru (DPN KIB)
menyarankan agar Jokowi menjadikan kedaulatan pangan sebagai dasar
kebijakan negara.
Dengan menjaga ketahanan pangan nasional, Indonesia
tidak lagi tergantung impor bahan pangan dari luar negeri.
"Ini dalam rangka ketahanan pangan nasional yang tidak lagi
tergantung impor bahan pangan dari luar negeril. Kami juga menyarankan
agar Jokowi membenahi infrastruktur untuk mempermudah jalur distribusi
antar daerah. Serta berani mengambil kebijakan yang tidak populis demi
arah kesejahterahan rakyat yang lebih baik kedepan," kata Ketua Umum DPN
KIB, Reinhard Parapat kepada wartawan, Rabu (15/4/2014).
Pria yang akrab disapa Taki ini mengatakan, pihaknya juga menyarankan
agar Jokowi membangun gerakan perekonomian rakyat kecil untuk kebutuhan
industri menengah ke bawah. Selama ini, sebagian besar perekonomian
rakyat kecil tidak tersentuh oleh negara sehingga tidak memiliki
orientasi kebijakan yang jelas.
"Dalam memajukan dan mengembangkan perekonomian rakyat harus ada
sebuah pelatihan dan pembinaan khususnya untuk pelaku usaha kecil yang
berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi baik di tingkat nasional
maupupun daerah," kata Pendiri Indonesia Human Righs Committee for
Social Justice (IHCS) ini.
Lebih jauh, Taki mengatakan, selama ini, sektor permodalan masih
mengandalkan modal pribadi karena tidak bisa memanfaatkan sumber dana
perbankan yang sangat sulit didapat para pelaku ekonomi kecil ini.
Akibatnya, perkembangan perekonomian rakyat kecil menjadi lemah dan
lamban.
"Untuk itu jika terpilih sebagai presiden, Jokowi harus menyoroti dan
mengatur sisi peraturan maupun kebijakan untuk mendorong perbankan
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada sektor usaha kecil," kata
salah seorang pendiri gerakan Forum Kota atau Forkot itu.
Taki melanjutkan, pola Kebijakan pembangunan perekonomian selama ini
bertumpu pada pendekatan konsep liberalistik. Hal ini turutt menciptakan
arah ekonomi yang sangat lemah di kelas menengah kebawah (sektor
informal, sektor home industri dan sektor industri kecil) dan justru
membangun kekuatan kepada para pemodal besar yang kemudian menjadi
dominan dalam menguasai segala sektor di pembangunan dan perekonomian
yang sangat tidak berpihak pada penguatan ekonomi kerakyatan itu
sendiri.
"Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat liberalistik ini
ternyata belum banyak bermanfaat yang didapat oleh rakyat menengah ke
bawah dalam menumbuhkan sektor informal, home industri dan industri
kecil," jelasnya. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar