Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) telah menyatakan akan bergabung dalam poros PDIP pada pemilihan presiden (Pilpres), 9 Juli mendatang. Sebagai buktinya, ARB hadir bersama calon presiden (Capres) dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) di pasar Gembrong, Jakarta Pusat, Selasa (13/5/2014).
Namun sikap ARB belum mewakili PG sebagai institusi. Pasalnya, masalah arah ke mana PG akan berkoalisi pada Pilpres nanti akan ditentukan pada Rapimnas yang digelar 18 Mei mendatang. Bisa saja Rapimnas memutuskan lain dari sikap dan pernyatan ketua umumnya itu.
Di sisi lain, pernyatan ARB itu rupanya masih butuh pematangan lebih lanjut. Kehadiran ARB di pasar Gembrong hanya komunikasi politik tahap awal dalam penjajakan koalisi.
Kehadiran itu juga sebagai tindaklanjut pertemuan antara ARB dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Bali, pekan lalu.
Ketua Fraksi Golkar di DPR Setya Novanto mengemukakan pematangan koalisi antara Golkar dan PDIP masih dibicarakan lebih lanjut antara ARB dengan Megawati. Sebagai Ketum dua partai politik, keduanya perlu bertemu lebih banyak lagi untuk untuk menyamakan dan mematangkan berbagai bentuk kerjasama yang akan dibangun.
Hasil pembicaraan itu akan dikomunikasikan ke partai masing-masing. Bagi Golkar, hasil komunikasi akan dilaporkan dalam forum Rapimnas.
"Ideologi PG (Golkar) dan PDIP tidak beda jauh, bahkan senafas. Dari kecil, pak ARB pengagum pikiran-pikiran Soekarno. Jadi ini tinggal dimatangkan saja," kata Novanto di Jakarta, Rabu (14/5/2014).
Dia menjelaskan komunikasi yang dibangun sudah semakin kuat dan dalam. Golkar bahkan sudah mulai mendapat kenyamanan bersama PDIP.
Hambatan Bersama Gerindra
Berbeda ketika Golkar melakukan komunikasi dengan Partai Gerindra. Saat itu ada banyak perbedaan-perbedaan yang pada akhirnya memutuskan keduanya tidak bisa melanjutkan komunikasi politik.
Saat ditanya apakah dengan demikian Golkar resmi berkoalisi dengan PDIP, ia menegaskan pembicaraan masih terus dilakukan. ARB dan Megawati masih akan bertemu beberapa kali untuk pematangan.
Saat ditanya kembali mengenai posisi yang didapat ARB dari rencana koalisi itu, Bendahara Umum Golkar ini menegaskan pembicaraan tidak menyangkut posisi. Pembicaraan lebih ke semangat bersama membangun bangsa.
Di tempat terpisah, Wakil Ketum Golkar Agung Laksono menegaskan pihaknya masih menunggu sinyal siapa calon pendamping Jokowi. Jika Jokowi mengambil salah satu kader Golkar seperti Jusuf Kalla atau tokoh lain, maka partai berlambang pohon beringin itu siap bergabung dengan PDIP.
Menurutnya, Golkar tidak mungkin lagi bergabung dalam poros Gerindra karena Prabowo Subianto sudah mengambil calon pendamping Hatta Radjasa. Pilihan yang bisa diambil saat ini adalah dengan PDIP karena capres PDIP yaitu Jokowi belum menentukan Cawapres-nya.
Golkar-Demokrat Sulit
Dia juga menegaskan sangat sulit untuk membentuk poros baru saat ini. Termasuk misalnya membentuk poros antara Golkar dengan Partai Demokrat.
Alasannya, percuma membentuk poros baru kalau tidak bisa mengalahkan elektabilitas dua poros yang ada yaitu Jokowi dan Prabowo.
Sejauh ada tokoh alternatif yang bisa menyaingi, bahkan mengalahkan dua bakal capres yang ada maka poros baru relevan dibentuk. Jika tidak maka sebaiknya memilih saja salah satu poros yang ada.
"Untuk apa poros baru kalau tidak bisa mengalahkan dua figur yang sudah ada. Dari berbagi survei yang ada, tidak ada tokoh alternatif yang bisa mengalahkan elektabilitas dua tokoh (Jokowi dan Prabowo) yang ada," tuturnya. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar