Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terus menggodok kriteria
calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi calon presiden
(capres), Joko Widodo (Jokowi). Salah satu tokoh yang pantas mendampingi
Jokowi adalah Ketua Bapilu PDIP Puan Maharani.
Pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga
Pribadi menilai Puan adalah sosok yang tepat mendampingi Jokowi.
Menurutnya, Puan sebagai politisi muda, yang apabila diusung akan
mensolidkan suara PDIP dan pendukung mantan Presiden Soekarno di akar
rumput.
“Memang Puan disebut menjadi salah satu kuda hitam dari cawapres,
yang diusung sebagai pasangan Jokowi,” kata Airlangga di Jakarta, Selasa
(6/5).
Peneliti dari Forum Pemantuan Parlemen Indonesia (FORMAPPI), Lucius
Karus menilai, wacana menduetkan Puan Maharani sebagai cawapres untuk
Jokowi bisa menjadi alternatif di antara nama-nama cawapres lain yang
sudah muncul. Terlebih jika PDIP memang mau mengusung pasangan
capres-cawapres dari kalangan internal, sebagaimana yang sudah
diwacanakan oleh elite partai.
Menurutnya, duet Jokowi-Puan menggabungkan dua karakter pemilih yang
berbeda. Pertama, pemilih yang pro perubahan yang direpresentasikan oleh
Jokowi. Kedua, pemilih tradional yang diwakili Puan.
“Pemilih tradisional ini masih memiliki memori dengan Bung Karno
maupun ajarannya. Kelompok tradiosional ini masih suka dengan romantisme
masa lalu dan jumlahnya signifikan,” ujarnya.
Hanya saja, PDIP harus punya strategi jitu untuk mengemas pasangan
tersebut sebagai pasangan inklusif, bukan pasangan eksklusif. Sebab,
jika yang muncul di publik adalah pasangan eksklusif, PDIP dan pasangan
capres-cawapresnya akan menjadi musuh bersama dan belum tentu bisa
meyakinkan partai koalisinya.
“Apalagi suara PDIP sendiri tidak bisa mengusung capres-cawapres
sendirian tanpa melakukan koalisi. Sehingga kebutuhan PDI Perjuangan
berkoalisi dengan partai lain membuat partai moncong putih ini tidak
bisa memutuskan sendiri siapa pasangan capres-cawapres yang diusungnya,”
tuturnya.
Menurutnya, dalam posisi sekarang ini sebenarnya peluang bisa menang
atau tidaknya capres PDIP sangat dipengaruhi oleh bagaimana Jokowi bisa
meyakinkan publik bahwa dirinya bisa memimpin Indonesia ke depan. Sejauh
ini yang terjadi, naiknya elektabilitas Jokowi lebih karena faktor
media darling. Adapun gagasan bagaimana membangun Indonesia ke depan justru belum muncul ke tengah publik. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar