Hasil survei tentang elektabilitas calon presiden (capres) pasca-pemilu legisatif yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menempatkan Joko Widodo masih berada di puncak. Bahkan, dari survei pada 20-24 April itu terlihat capres usungan PDI Perjuangan itu mampu menggerus pemilih partai lain yang sudah mengusung capres sendiri seperti Prabowo Subianto dari Gerindra maupun Aburizal Bakrie dari Golkar.
Menurut pengamat politik Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Mada Sukmajati, figur Jokowi -panggilan Joko Widodo- memang bisa diterima oleh sebagian besar pemilih dari partai lain. Mada menyebut model kepemimpinan yang diterapkan Jokowi saat menjadi Gubernur DKI ataupun Wali Kota Surakarta membuat banyak kalangan gampang menerimanya.
Mada mengatakan, Jokowi dan Prabowo sebenarnya menjadi antitesa dari model kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, Mada melihat ada nilai lebih Jokowi dibanding Prabowo. “Kepemimpinan Jokowi lebih dilihat masyarakat karena dia efektif, dekat dengan rakyat, dan Jokowi mau mendengar rakyat," kata Mada ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa (6/5).
Dari survei SMRC diketahui Jokowi mendapat suara signifikan dari pemilih yang saat pileg lalu tidak memilih PDIP. Misalnya ada 64 persen pemilih NasDem yang memilih Jokowi untuk capres. Selain itu ada 47 persen pemilih Partai Demokrat yang juga memilih Jokowi.
Sedangkan dari pemilih partai lainnya yang memilih Jokowi antara lain PKB (44 persen), PAN (44 persen), PPP (40 persen) dan Golkar (38 persen). Bahkan PKS yang para petingginya selama ini dikenal lantang mengktitik Jokowi, terdapat 36 persen pemilihnya yang memilih mantan Wali Kota Solo itu. Tidak hanya itu, survei SMRC juga menunjukkan sekitar 16 persen pemilih Partai Gerindra pun akan memberikan suaranya untuk Jokowi.
Mencermati hal itu Mada mengatakan, faktor figur capres di pilpres memang akan jauh lebih menonjol ketimbang partai pengusungnya. Menurutnya, faktor-faktor seperti masa lalu, rekam jejak, dan kepribadian kandidat presiden, serta program-program yang ditawarkan maupun faktor lain yang bersifat personal bakal menjadi pertimbangan pemilih.
Selain itu Mada menilai Jokowi muncul sebagai figur tampil yang lepas dari beban masa lalu. Hal berbeda justru ada pada figur Prabowo. "Masyarakat melihat Prabowo itu masih terbebani dengan masa lalunya, di antaranya pelanggaran HAM. Hal itu yang kemudian membuat orang pesimistis dengan Prabowo,” ulas Mada.
Karenanya Mada pun tak heran ketika banyak pemilih Jokowi berasal dari generasi 1980-an atau 1990-an. “Karena rata-rata dari mereka mengetahui rekam jejak Prabowo pada masa lalu," sambung Mada. [rmo/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar