Selasa, 06 Mei 2014

Jejak Parpol-Parpol Islam Menentukan Koalisi

Belum ada pasangan calon presiden dan wakil presiden yang sudah pasti akan bertarung dalam Pemilihan Presiden 2014. Namun, kekuatan politik seolah hanya terbelah menjadi dua kutub; kutub Jokowi dan kutub Prabowo.
Berdasarkan hasil hitung cepat, tidak ada partai yang bisa mengusung kandidat di Pemilu Presiden 9 Juli nanti, tanpa melibatkan partai lain.
PDI Perjuangan yang sudah digadang-gadang keluar sebagai pemenang pemilu legislatif, akhirnya menggandeng NasDem. Partai Golkar yang perolehan suaranya terbanyak kedua, rela merapat ke Gerindra. Padahal, Gerindra sudah mengusung Prabowo, sedangkan Golkar memajukan Aburizal Bakrie.
Sejumlah partai Islam, belum menentukan pilihan apakah akan bergabung dengan PDIP atau Gerindra. Wacana koalisi partai Islam, sempat mengemuka tetapi kembali tenggelam. Bagaimana situasi partai Islam merespons isu koalisi?

Partai Kebangkitan Bangsa
Selain NasDem, partai lain yang merapat ke PDI Perjuangan untuk mendukung Jokowi masih belum jelas arahnya. PKB konon sudah memilih untuk satu gerbong dengan pendukung Jokowi, tetapi belum ada sikap resmi dari partai. Namun Ketua DPP PKB Marwan Ja'far mengatakan koalisi akan terbentuk. "Tinggak ketuk palu saja," katanya. 

Partai Persatuan Pembangunan
PPP sempat mendeklarasikan dukungannya kepada Prabowo, tetapi akhirnya dianulir. Kini nama Jokowi masuk dalam kandidat kuat yang akan didukung PPP.  Setelah, Jokowi sowan ke Ketua Majelis Syariah PPP, Kiyai Maimun Zubair dua hari lalu, siang ini para petinggi partai belambang ka'bah itu akan menggelar pertemuan dengan PDIP untuk membahas kelanjutan penjajakan koalisi.
Kelompok di PPP yang mendukung Jokowi, dimotori Wakil Ketua Umum DPP PPP, Emron Pangkapi, Suharso Manoarfa, dan Sekjen PPP Romahurmuziy. Kubu pendukung Jokowi mengklaim didukung 24 DPW. Suryadharma Ali yang mendukung Prabowo, mengaku mendapat dukungan dari 27 DPW.
Sikap PPP akan dikeluarkan pada 10 Mei 2014, dalam Rapat Pimpinan Nasional. Rapimnas didahului Majelis Musyawarah pada 6 Mei.

Partai Keadilan Sejahtera
Dari hiruk-pikuk penjajakan koalisi, partai yang dipimpin Presidennya, Anis Matta ini mencoba menawarkan wacana koalisi partai islam. Tetapi, tawaran itu sepi peminat. PKB dan PPP sibuk menimbang pilihan; Jokowi atau Prabowo. Tetapi belakangan, PKS diisukan lebih dekat ke Gerindra. Anggota Majelis Syuro PKS, Salim Asegaf Al Jufri mengklaim peluang berkoalisi dengan Gerindra bisa mencapai 80 persen. Peluang untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat, kemungkinannya belum terendus. Terutama karena kedua partai punya rekam jejak yang kurang bagus saat menjalin koalisi di pemerintahan SBY.

Partai Amanat Nasional
Partai Matahari Putih itu, sebelumnya intens menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan Jokowi, dengan harapan Hatta Radjasa bisa menjadi wakil presidennya. Namun, seiring waktu, PDI Perjuangan rupanya punya pertimbangan lain yang menjauhkan Jokowi dari jangkauan Hatta.
PAN, toh tidak tertarik untuk menyambut wacana koalisi partai Islam yang diajukan PKS. Salah satu alasannya yaitu "koalisi lebih baik ditujukan untuk kepentingan nasional bukan kelompok tertentu."
Sejumlah slogan untuk memasangkan Hatta Radjasa-Prabowo bermunculan, seperti "Prabowo Berjasa", dan "Pranata" (Prabowo dan Hatta). Belakangan, PAN semakin santer dikabarkan lebih dekat dengan Gerindra ketimbang PDIP. Meski Gerindra dan Golkar semakin intens bertemu, konon pendeklarasian Prabowo-Hatta akan segera diwujudkan dalam beberapa hari ini.  [Fitra Iskandar/metrotvnews]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar