Hasil riset yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting
(SMRC) yang dipublikasikan pada Minggu (4/5)/2014) lalu, membuktikan Prabowo Subianto
harus mati-matian mencari bakal cawapres yang pas. Sebab, siapapun
pasangan cawapresnya, kecenderungannya adalah Prabowo selalu kalah.
Hal
sebaliknya, survey SMRC juga menemukan siapapun pendamping Jokowi
sebagai cawapres, Jokowi akan menang dan mengalahkan Prabowo dan
pasangannya.
"Kesimpulannya ini para calon presiden, kalau salah
memilih pasangan bisa berakibat pada penurunan suara," tegas Direktur
Pollcomm Institute, Heri Budianto, saat dimintai tanggapannya di
Jakarta, Selasa (6/5/2014).
Temuan survei SMRC menurutnya, cukup unik.
Karena mengungkap, seorang bakal capres hanya bagus bila tak dipasangkan
dengan siapapun alias maju sendiri.
Survei SMRC menemukan bila ada tiga kandidat capres, maka Joko Widodo akan meraup 47,1 persen suara, Prabowo Subianto meraup 32,1 persen suara, sementara Aburizal Bakrie dengan 9,2 persen. Sisa responden 11,5 persen menyatakan tidak tahu.
Namun, ada kecenderungan suara Prabowo Subianto malah tergerus jauh ketika dipasangkan dengan seorang calon wakil presiden.
Ketika
dipasangkan dengan Hatta Radjasa, kesimpulan SMRC sendiri menyatakan
Prabowo takkan terbantu dan malah akan cenderung menurun. Jokowi bisa
mendapat 47,1 persen bila dipasangkan dengan Mahfud MD, sementara
Prabowo-Hatta hanya mendapat 27,4 persen.
Yang lebih jelas lagi
adalah ketika simulasi SMRC apabila hanya ada dua pasangan
capres-cawapres yang maju ke pilpres. Dimana yang paling mungkin adalah
Jokowi dan pasangannya, dengan Prabowo-Ahmad Heryawan yang diusung
bersama PKS.
Tanpa wakil, Jokowi akan memperoleh suara responden
51,6 persen, sementara Prabowo memperoleh suara 35,7 persen. Begitu
Jokowi dipasangkan dengan Mahfud MD, maka suara Jokowi naik ke 52,8
persen, sementara Prabowo turun ke 32,8 persen.
Seandainya Jokowi
dipasangkan dengan Jusuf Kalla, suaranya naik ke 52,4 persen, sementara
Prabowo turun ke 32,4 persen. Begitupun bila Jokowi dipasangkan dengan
Dahlan Iskan, suara Jokowi naik ke 52 persen, sementara suara Prabowo
turun ke 32,8 persen.
"Simulasi demikian sangat rentan di dalam
satu sisi karena peta politik bisa berubah. Tapi data itu jelas
menunjukkan Jokowi dipasangkan ke siapapun pasti menang," tegas Heri.
"Hanya
saja, ini perlu menjadi catatan juga, khususnya untuk Prabowo, bahwa
kalau dia tak dipasangkan dengan siapapun, elektabilitasnya bagus."
Heri
Budianto sendiri memprediksi bahwa apabila pasangan capres-cawapres
hanya berjumlah tiga saja, kemungkinan besar Jokowi akan menang pilpres
dengan satu putaran saja.
"Kalau kondisi sekarang, Jokowi dengan pasangan siapapun, itu pasti menang."
Walau
demikian, Heri mengatakan bahwa masih ada waktu bagi masing-masing
bakal capres untuk memilih bakal cawapres yang pas. Dia juga menyatakan
masih ada waktu juga bagi para kontestan itu untuk meningkatkan
elektabilitas mereka.
Bagi Heri, para bakal capres harus mulai mau
bicara soal masalah yang dihadapi masyarakat dan menyampaikan solusi.
Misalnya terkait isu sodomi dan predator seksual yang belakangan ini
menarik perhatian masyarakat.
"Dengan situasi predator seksual
itu, orang sudah muak dan ingin ada yang bisa menyelesaikan masalah itu.
Kalau Prabowo peka, dia bisa memainkan isu itu. Begitu juga dengan
Jokowi," tandasnya.
Survei SMRC tersebut dilakukan pada 20-24
April lalu. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dengn 2040
responden dan 2015 sampel yang dianalisa. Tingkat kepercayaan survei itu
adalah 95 persen dengan margin error plus minus 2,2 persen. [tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar