Partai Amanat Nasional (PAN) tak gentar dengan hasil survei Indikator yang mengatakan capres dan cawapres Jokowi-JK akan menang dalam pemilihan presiden (Pilpres) mendatang. Bagi partai pimpinan Hatta Rajasa ini, kemenangan Pilpres bukan ditentukan berdasarkan calon wakil presiden.
"Tidak sepakat bahwa faktor cawapres berpengaruh secara signifikan. Capres hati-hati dalam memilih calon wakil presidennya," ujar Ketua Bapilu PAN Viva Yoga di Kantor Indikator Jalan Cikini V No. 15 A, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (13/5/2014).
Menurut dia, pasangan yang bakal diusung partainya yakni Prabowo-Hatta bisa mengungguli capres dari PDI Perjuangan. Sebab, survei indikator bagi partainya akan dijadikan bahan pertimbangan.
Oleh karenanya, penentuan kemenangan Pilpres 9 Juli mendatang, ditentukan dari kerja keras masing-masing partai yang mengusung capres-cawapresnya.
"Masyarakat ini dinamis bisa berubah. Untuk mengetahui kondisi masyarakat dengan perencanaan yang baik, logistik dan isu yang produktif tidak isu atau fitnah, maka saya rasa upaya dalam Pilpres berjuang dengan kesadaran politik yang baik berwibawa," tutur dia.
Sebelumnya, Lembaga survei Indikator Politik Indonesia membuat survei simulasi Pilpres 2014. Indikator memasangkan kandidat capres dan cawapres kemudian ditanyakan kepada responden.
Ada tujuh simulasi capres-cawapres dari survei Indikator. Simulasi pertama lebih dekat dengan realitas politik yang ada yaitu Aburizal Bakrie (tanpa pasangan), pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo-Hatta Rajasa yang bertarung.
Hasilnya, Aburizal Bakrie mendapat 12 persen, Jokowi-Jusuf Kalla 44,2 persen dan Prabowo-Hatta Rajasa meraih 29,0 persen.
"Jokowi masih mendapat dukungan terbesar dibanding yang lain," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, di kantornya Jalan Cikini V No 15 A, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (13/5).
Survei Indikator ini dilakukan pada 20 April-26 April 2014 dengan jumlah sampel 1.220 orang. Margin of error sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka di seluruh Indonesia yang berumur 17 tahun ke atas. Selain itu, survei ini juga dibiayai oleh Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI) dan Australian National University (ANU). [ian/merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar