Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, mendukung sikap Rhoma Irama untuk bebas berpendapat. Menurutnya, seruan Rhoma Irama kepada penggemarnya untuk tidak mendukung calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, merupakan hal yang lumrah dalam demokrasi.
“Kita hormati saja, karena ini kan demokrasi,” kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf di sela puncak peringatan Bulan Bhati Gotong Royong Masyarakat ke XI dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-42 Provinsi Jawa Timur di Ngawi, Selasa (13/5/2014).
Dalam demokrasi, menurut dia, setiap orang berhak berpendapat dan menyampaikan pikirannya. Karena itu, ia juga menganggap wajar ketika Rhoma Irama mundur dari Partai Kebangkitan Bangsa setelah partai tersebut berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
“Itu kan hak masing-masing,” ujar Gus Ipul.
Hak berpendapat, kata dia, merupakan hak setiap warga negara. Tidak terkecuali para seniman dan musisi.
Seperti diberitakan Tempo sebelumnya, vokalis band Slank, Akhadi Wira Satriaji alias Kaka, menilai sikap Rhoma Irama yang melarang para penggemarnya mendukung capres Jokowi bukanlah sikap bijak dari seorang raja dangdut. “Ini bukan Timor Leste, meski secara pribadi itu hak asasi seorang Rhoma Irama. Seharusnya Bang Haji enggak perlu marah, harusnya lebih bijak, kan raja dangdut,” kata Kaka.
Penyanyi dangdut Iis Dahlia juga menilai sikap Rhoma Irama merupakan sikap yang tidak semestinya diungkapkan. “Sebagai kegiatan politik sah-sah saja Bang Haji melakukan ini. Tetapi beliau harus bersikap bijak dan menyadari soal politik ada risikonya,” ujar Iis.
Sementara itu, langkah raja dangdut mendapat dukungan dari Fans of Rhoma dan Soneta (Forsa) Jawa Timur. Pendukung fanatik Rhoma Irama ini akan berunjuk rasa di sekretariat mereka di Dusun Tanjung Dukuhan, Desa Tanjung, Kecamatan Kedamean, Gresik, Kamis lusa, 14 Mei 2014.
Ketua Forsa Gresik Ariel Kurniawan, mengatakan unjuk rasa tersebut akan diisi denga aksi teatrikal dengan menurunkan bendera PKB serta perobekan lambang PKB pada baliho Rhoma Irama. [Nofika Dian Nugroho/Tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar