Pendiri Lingkaran Survei Indonesia Denny JA mendeklarasikan berdirinya gerakan Ayo Majukan Indonesia.
Gerakan Civil Society yang ingin ikut mengusung agenda sosial agar
diperjuangkan oleh calon presiden. Keterlibatan para aktivis itu adalah
hak warga negara untuk memilih pemimpinnya. Hak mereka memperjuangkan
agenda sosialnya.
Hak warga negara mengkampanyekan calon presiden yang dianggap paling mempunyai visi, misi dan personality yang didambakan.
Dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Tribunnews.com, Selasa
(13/5/2014) dijelaskan, keterlibatan para aktivis dalam Ayo Majukan
Indonesia adalah high politics bukan low politics.
Mereka bergerak secara independen. Mereka memberi dukungan bukan
dalam rangka mendapatkan jabatan politik atau dana. Mereka juga tidak
memerlukan ijin dari partai pengusung karena capres yang mereka
perjuangkan juga calon dari masyarakat, bukan monopoli partai politik
saja.
Mereka terlibat karena ingin bersama memperjuangkan agenda sosial
tertentu. Bisa juga sebaliknya. Jika calon presiden lain yang menang,
mereka kwatir Indonesia semakin jauh dari agenda yang mereka ingin
hadirkan di Indonesia.
"LSI memberi tempat bagi deklarasi gerakan public interest ini. Ini
tradisi demokrasi dan civil society yang baik. Kita harap dimulai dari
pemilu presiden tahun ini, selanjutnya pemilu presiden semakin
melibatkan civil society. Pemilu presiden terlalu penting jika hanya
diurus oleh partai politik. Sebagaimana perang terlalu penting jika
hanya diurus oleh para jenderal," ujar Sekjen Gerakan Ayo Majukan
Indonesia, Anick HT.
Apalagi prinsip tersebut , katanya, sejalan dengan hasil survei LSI
yang menginginkan publik luas lebih terlibat. Gerakan ini dikoordinasi
oleh Denny JA, Ph. D. Ia pendiri LSI sendiri, yang sejak tiga tahun
lalu sudah pensiun dari LSI dan aktif di gerakan Indonesia Tanpa
Diskriminasi.
"Bersama dengan jaringan civil society lainnya dari pondok pesantren dan LSM, Denny JA
dan rekan merasa perlu membangun tradisi civil society yang sehat.
Yaitu civil society yang juga aktif berpolitik praktis untuk
memperjuangkan agenda sosial. Detail mengenai personel gerakan ini bisa
dilihat di tabel," paparnya.
Tak terhindari ketika civil society terlibat dalam mengkampanyekan
gagasan sosial, mereka harus memilih calon presiden yang ada, untuk
berjuang bersama.
"Gerakan Ayo majukan Indonesia ini berdasarkan hasil survei,
kedekatan agenda sosial, dan pertimbangan personality capres, memilih
berdiri di belakang pasangan Jokowi. Untuk memenangkan Jokowi, apalagi
satu putaran saja, mereka harus mengambil massa mengambang yang masih 40
persen itu. Ini bukan pekerjaan mudah," lanjut Adjie.
Juga diungkapkan, keterlibatan LSI dalam gerakan ini hanya sebagai
pemberi data obyektif saja. LSI memisahkan antara divisi data dan survei
dengan divisi pemenangan. Akurasi data survei LSi teruji dalam prediksi
yang diiklankan sehari menjelang pemilu legislative 2014 lalu.
LSI tak ingin merusak reputasinya soal data yang baik, walau secara moral mendukung gerakan civil society yang sehat.
"Pertarungan
pemilu presiden memang masih terbuka. Pemilih mengambang masih 40
persen. Pasangan manakah yang akan berhasil mengambil hati dan pikiran
mereka? Pasangan capres/cawapres yang dekat dengan mereka bersiaplah
disumpah menjadi presiden/wakil presiden Indonesia berikutnya,
2014-2019," pungkasnya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar