Selasa, 13 Mei 2014

Denny JA Gerakakan Civil Society Dukung Jokowi

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia Denny JA mendeklarasikan berdirinya gerakan Ayo Majukan Indonesia.
Gerakan Civil Society yang ingin ikut mengusung agenda sosial agar diperjuangkan oleh calon presiden. Keterlibatan para aktivis itu adalah hak warga negara untuk memilih pemimpinnya. Hak mereka  memperjuangkan agenda sosialnya.
Hak warga negara  mengkampanyekan calon  presiden yang dianggap  paling mempunyai visi, misi dan personality yang didambakan.
Dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Tribunnews.com, Selasa (13/5/2014) dijelaskan, keterlibatan para aktivis dalam Ayo Majukan Indonesia adalah high politics bukan low  politics.
Mereka bergerak secara independen. Mereka memberi dukungan bukan dalam rangka mendapatkan jabatan politik atau dana. Mereka juga tidak memerlukan ijin dari partai pengusung karena capres yang mereka perjuangkan juga calon dari masyarakat, bukan monopoli partai politik saja.
Mereka terlibat karena ingin bersama memperjuangkan agenda sosial tertentu.  Bisa juga sebaliknya. Jika calon presiden lain yang menang, mereka kwatir Indonesia semakin jauh dari agenda yang mereka ingin hadirkan di Indonesia.
"LSI memberi tempat bagi deklarasi gerakan public interest ini. Ini tradisi demokrasi dan civil society yang baik. Kita harap  dimulai dari pemilu presiden tahun ini, selanjutnya pemilu presiden semakin melibatkan civil society. Pemilu presiden terlalu penting jika hanya diurus oleh partai politik. Sebagaimana perang terlalu penting jika hanya diurus oleh para jenderal," ujar Sekjen Gerakan Ayo Majukan Indonesia, Anick HT.
 Apalagi prinsip tersebut , katanya,  sejalan dengan hasil survei LSI yang menginginkan publik luas lebih terlibat. Gerakan ini dikoordinasi oleh Denny JA, Ph. D. Ia  pendiri LSI sendiri, yang sejak tiga tahun lalu sudah pensiun dari LSI dan aktif di gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi.
"Bersama dengan jaringan civil society lainnya dari pondok pesantren dan LSM, Denny JA dan rekan merasa perlu membangun tradisi civil society yang sehat. Yaitu civil society yang juga aktif berpolitik praktis untuk memperjuangkan agenda sosial. Detail mengenai personel gerakan ini bisa dilihat di tabel," paparnya.
Tak terhindari ketika civil society terlibat dalam mengkampanyekan gagasan sosial, mereka harus memilih calon presiden yang ada, untuk berjuang bersama.
"Gerakan Ayo majukan Indonesia ini berdasarkan hasil survei, kedekatan agenda sosial, dan pertimbangan personality capres, memilih berdiri di belakang  pasangan Jokowi. Untuk memenangkan Jokowi, apalagi satu putaran saja, mereka harus mengambil massa mengambang yang masih 40 persen itu. Ini bukan pekerjaan mudah," lanjut Adjie.
Juga diungkapkan, keterlibatan LSI dalam gerakan ini hanya sebagai pemberi data obyektif saja. LSI memisahkan antara divisi data dan survei dengan divisi pemenangan. Akurasi data survei LSi teruji dalam prediksi yang diiklankan sehari menjelang pemilu legislative 2014 lalu.
LSI tak ingin merusak reputasinya soal data yang baik, walau secara moral mendukung gerakan civil society yang sehat.

"Pertarungan pemilu presiden memang masih terbuka. Pemilih mengambang masih 40 persen.  Pasangan manakah  yang akan berhasil mengambil hati dan pikiran mereka?  Pasangan capres/cawapres yang dekat dengan mereka bersiaplah disumpah menjadi presiden/wakil presiden Indonesia berikutnya, 2014-2019," pungkasnya.   [tribun]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar