Peneliti Charta Politika Indonesia, Arya Fernandez, menilai, dalam tiga hari terakhir terjadi sedikit pergeseran pola kampanye dua pasang calon presiden dan wakil presiden, dari cara-cara kampanye hitam (black campaign) ke arah ajang adu gagasan.
"Black campaign mulai sedikit mereda. Calon presiden Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan mulai cair komunikasinya dan banyak melempar senyum layaknya seorang Jawa. Sementara Joko Widodo lebih mengembangkan dialog ringan saat bersama masyarakat," kata Arya Fernandez, dalam diskusi 'Pilpres 2014 dan Upaya Penguatan Sistem Presidensial' di komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (2/6/2014).
Dia berharap publik tetap semangat untuk terus berupaya mengetahui lebih dalam tentang dua pasang capres dan cawapres yang akan bertarung pada 9 Juli mendatang.
"Apa pun strategi kedua kubu, capres dan cawapresnya, harus tetap dikritisi dan investigasi sebab kedua pasang kandidat juga manusia biasa yang tidak luput dari berbagai kesalahan," tegas dia.
Termasuk sikap Partai Demokrat yang disebut Fernandez akhir-akhir ini terindikasi merapat ke Prabowo-Hatta. "Semua pihak hendaknya mengingatkan sebagai Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus tetap bersikap negarawan dengan mempertontonkan netralitas terhadap dua kubu," ujarnya.
Diingatkannya, pertarungan pada pilpres 2014 ini sangat ketat. "Siapa pun, termasuk Presiden RI, sedikit saja melakukan kecerobohan, akan fatal akibatnya," pungkas Arya Fernandez, tanpa merinci maksud kalimatnya itu. [dms/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar