Ketua Umum Partai Hanura Wiranto
mengingatkan jangan sampai salah memilih pemimpin supaya bangsa ini
tidak berkepanjangan dalam kesengsaraan.
Menurut Wiranto, sudah saatnya sekarang
memberikan pengajaran kepada rakyat untuk tidak salah memilih pemimpin
pada pemilihan presiden 9 Juli 2014 mendatang.
PDIP, NasDem, Hanura, PKB dan PKPI sudah
menyajikan pemimpin yang benar-benar benar yakni Joko Widodo - Jusuf
Kalla yang diusung sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.
"Kita ajarkan rakyat pada 9 Juli untuk
memilih Jokowi - Jusuf Kalla, titik. Tidak ada tawaran lain, itu pilihan
kita," kata Wiranto saat berpidato pada Rapat Kerja Nasional Partai
NasDem, Selasa (27/5/2014) di Ancol, Jakarta Utara.
Rakernas itu dihadiri Jokowi, JK, Ketum
PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai NasDem Surya Paloh, Ketum PKB
Muhaimin Iskandar, Ketum PKPI Sutiyoso dan segenap kader partai besutan
Paloh itu.
Dalam kesempatan itu pula, Wiranto
mengenang kembali ceritanya bersama Paloh. Ia mengatakan, ada dua
sahabat pada tahun lalu bertemu di luar negeri untuk membincangkan
Indonesia. "Kenapa di luar negeri, karena ingin melihat Indonesia utuh
dari luar," ujarnya.
Bekas Panglima ABRI itu pun melanjutkan
bahwa kesimpulan dari pembicaraan kedua sahabat itu adalah sangat sedih
dan prihatin melihat negeri ini yang begitu kaya raya tapi belum bisa
menyejahterakan bangsanya.
"Akhirnya kedua sahabat ini berkomitmen
untuk berjuang bersama-sama membangun Indonesia, membangun kekuatan
bersama-sama, dan bertemu di satu titik untuk membangun Indonesia
hebat," kata Wiranto.
"Siapakah dua sahabat itu? Surya Paloh dan Wiranto," timpalnya.
"Siapakah dua sahabat itu? Surya Paloh dan Wiranto," timpalnya.
Dia mengatakan, saat itu bersama Paloh
bertemu di Singapura. "Allah SWT menyaksikan, dan mendengar karena kita
bicara dengan tulus. Kemudian kita bertemu mengusung Jokowi-JK. Tentu
saja atas izin Ibu Megawati," ujarnya.
Sampai saat ini, ia menambahkan,
komitmen bersama itu tetap terjaga karena keperihatinan yang sama.
Antara lain, karena banyaknya kemiskinan di negeri ini. "Secara
komparatif negeri ini kuat. Tapi saat bicara kompetitif, kita menjadi
pecundang. Ada yang salah di negeri ini," katanya.
Karenanya, Wiranto menegaskan bersama
Paloh punya satu tekad untuk melakukan perubahan. Kalau Nasdem, kata
dia, melakukan perubahan dengan penekanan sistem luar biasa. Tapi,
lanjut Wiranto, Hanura dengan memperbaiki moral bangsa dan akhlak.
"Terutama para pemimpinnya," tegasnya.
Wiranto dan Paloh pun sepakat bahwa
perubahan itu membutuhkan pemimpin. Dalam sistem presidensil, lanjut
dia, Indonesia harus dipimpin oleh pemimpin yang sadar bahwa jabatan
merupakan amanat. "Itu ada di Jokowi - JK," ungkapnya.
Ia menambahkan, seorang pemimpin itu
harus tahu masalah. Nah, untuk tahu masalah harus blusukan kesana
kemari. Pemimpin itu harus mengorbankan, merakyat, berpenampilan
sederhana.
"Siapa itu? Jokowi - JK. Karena itu,
kita tidak ada lagi watu untuk bersepakat, tapi harus bertindak. Jokowi -
JK jadi pemimpin Indonesia," pungkas Wiranto. [boy/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar