Tak hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saja yang menguat
setelah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengumumkan pencalonan dirinya
sebagai calon presiden. Rupiah ikut merespon positif kabar tersebut.
Rupiah menguat di level Rp 11.421 per dolar AS mengikuti perkembangan
pasar saham yang ikut membaik. Sentimen positif investor dan pelaku
pasar atas pencapresan Jokowi, ikut mengangkat Rupiah dari keterpurukan.
Namun fenomena ini diyakini hanya sesaat.
"Rupiah itu karena sentimen positif dari investor, memang positif
bagi perekonomian, kami monitoring saja, mengamati perkembangan pasar,
belum ada kebijakan terkait perkembangan terakhir ini," ujar Direktur
Komunikasi, Peter Jacobs kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat
(14/3/2014).
Bank Indonesia mengklaim penguatan Rupiah juga terjadi karena bank
sentral ikut mengintervensi nilai tukar. "Kami kan menjaga fluktuasi,
biar tidak menguat tetap intervensi, walaupun tren-nya saat ini naik.
Supaya nantinya tidak terlalu tajam," jelas dia.
Kendati demikian, pihaknya belum dapat mengatakan jika penguatan
nilai tukar ini akan bertahan lama. "Belum tentu sustainable, momennya
pas, begini ya sifatnya sementara," ungkapnya.
Dari sisi history, selesai pemilihan presiden pergerakan indeks harga
saham gabungan (IHSG) tumbuh positif. "Pemilu secara history, IHSG
positif cukup signifikan, lagi-lagi menunjukkan perekonomian akan
membaik, dengan pemerintahan yang baik," katanya.
Bank sentral berharap penguatan nilai tukar akan berkelanjutan
sehingga perekonomian semakin membaik. "Tetap sustainable sehingga pasar
akan terus sehat dan bagus," tutupnya.Tak hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saja yang menguat
setelah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengumumkan pencalonan dirinya
sebagai calon presiden. Rupiah ikut merespon positif kabar tersebut.
Rupiah menguat di level Rp 11.421 per dolar AS mengikuti perkembangan
pasar saham yang ikut membaik. Sentimen positif investor dan pelaku
pasar atas pencapresan Jokowi, ikut mengangkat Rupiah dari keterpurukan.
Namun fenomena ini diyakini hanya sesaat.
"Rupiah itu karena sentimen positif dari investor, memang positif
bagi perekonomian, kami monitoring saja, mengamati perkembangan pasar,
belum ada kebijakan terkait perkembangan terakhir ini," ujar Direktur
Komunikasi, Peter Jacobs kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat
(14/3).
Bank Indonesia mengklaim penguatan Rupiah juga terjadi karena bank
sentral ikut mengintervensi nilai tukar. "Kami kan menjaga fluktuasi,
biar tidak menguat tetap intervensi, walaupun tren-nya saat ini naik.
Supaya nantinya tidak terlalu tajam," jelas dia.
Kendati demikian, pihaknya belum dapat mengatakan jika penguatan
nilai tukar ini akan bertahan lama. "Belum tentu sustainable, momennya
pas, begini ya sifatnya sementara," ungkapnya.
Dari sisi history, selesai pemilihan presiden pergerakan indeks harga
saham gabungan (IHSG) tumbuh positif. "Pemilu secara history, IHSG
positif cukup signifikan, lagi-lagi menunjukkan perekonomian akan
membaik, dengan pemerintahan yang baik," katanya.
Bank sentral berharap penguatan nilai tukar akan berkelanjutan
sehingga perekonomian semakin membaik. "Tetap sustainable sehingga pasar
akan terus sehat dan bagus," tutupnya.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar