Jumat, 14 Maret 2014

Tak Cuma IHSG, Rupiah Ikut Menguat Setelah Jokowi Nyapres

Tak hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saja yang menguat setelah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengumumkan pencalonan dirinya sebagai calon presiden. Rupiah ikut merespon positif kabar tersebut.
Rupiah menguat di level Rp 11.421 per dolar AS mengikuti perkembangan pasar saham yang ikut membaik. Sentimen positif investor dan pelaku pasar atas pencapresan Jokowi, ikut mengangkat Rupiah dari keterpurukan.
Namun fenomena ini diyakini hanya sesaat.
"Rupiah itu karena sentimen positif dari investor, memang positif bagi perekonomian, kami monitoring saja, mengamati perkembangan pasar, belum ada kebijakan terkait perkembangan terakhir ini," ujar Direktur Komunikasi, Peter Jacobs kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat (14/3/2014).
Bank Indonesia mengklaim penguatan Rupiah juga terjadi karena bank sentral ikut mengintervensi nilai tukar. "Kami kan menjaga fluktuasi, biar tidak menguat tetap intervensi, walaupun tren-nya saat ini naik. Supaya nantinya tidak terlalu tajam," jelas dia.
Kendati demikian, pihaknya belum dapat mengatakan jika penguatan nilai tukar ini akan bertahan lama. "Belum tentu sustainable, momennya pas, begini ya sifatnya sementara," ungkapnya.
Dari sisi history, selesai pemilihan presiden pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) tumbuh positif. "Pemilu secara history, IHSG positif cukup signifikan, lagi-lagi menunjukkan perekonomian akan membaik, dengan pemerintahan yang baik," katanya.
Bank sentral berharap penguatan nilai tukar akan berkelanjutan sehingga perekonomian semakin membaik. "Tetap sustainable sehingga pasar akan terus sehat dan bagus," tutupnya.Tak hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saja yang menguat setelah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengumumkan pencalonan dirinya sebagai calon presiden. Rupiah ikut merespon positif kabar tersebut.
Rupiah menguat di level Rp 11.421 per dolar AS mengikuti perkembangan pasar saham yang ikut membaik. Sentimen positif investor dan pelaku pasar atas pencapresan Jokowi, ikut mengangkat Rupiah dari keterpurukan. Namun fenomena ini diyakini hanya sesaat.
"Rupiah itu karena sentimen positif dari investor, memang positif bagi perekonomian, kami monitoring saja, mengamati perkembangan pasar, belum ada kebijakan terkait perkembangan terakhir ini," ujar Direktur Komunikasi, Peter Jacobs kepada wartawan di Gedung BI, Jakarta, Jumat (14/3).
Bank Indonesia mengklaim penguatan Rupiah juga terjadi karena bank sentral ikut mengintervensi nilai tukar. "Kami kan menjaga fluktuasi, biar tidak menguat tetap intervensi, walaupun tren-nya saat ini naik. Supaya nantinya tidak terlalu tajam," jelas dia.
Kendati demikian, pihaknya belum dapat mengatakan jika penguatan nilai tukar ini akan bertahan lama. "Belum tentu sustainable, momennya pas, begini ya sifatnya sementara," ungkapnya.
Dari sisi history, selesai pemilihan presiden pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) tumbuh positif. "Pemilu secara history, IHSG positif cukup signifikan, lagi-lagi menunjukkan perekonomian akan membaik, dengan pemerintahan yang baik," katanya.
Bank sentral berharap penguatan nilai tukar akan berkelanjutan sehingga perekonomian semakin membaik. "Tetap sustainable sehingga pasar akan terus sehat dan bagus," tutupnya.

Sumber :
merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar