Rabu, 09 April 2014

Terbukti Benar: PDIP Kartu Mati, Sangat Sulit Pilpres Satu Putaran

Pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tidak memberikan banyak efek terhadap perolehan suara partainya di pemilihan legislatif.
Sebelumnya banyak yang menduga dengan pencalonan Jokowi, bisa membuat PDIP bisa menembus raihan 30 persen suara pileg.
"Efek Jokowi tidak sebesar yang orang duga bisa membuat PDIP sampai meraih 30 persen. PDIP mustahil mencapai 30 persen," kata pendiri lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia Denny JA di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (9/4/2014) kepada wartawan.
Denny menambahkan, efek Jokowi menurun seiring kampanye negatif yang dialamatkan kepada pria kelahiran Solo, yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta ini.
Bahkan, Denny menyebut ini merupakan pertama kalinya tingkat popularitas dan elektabilitas Jokowi menurun. “Ini baru pertama kalian Jokowi menurun. Tampaknya tidak tahu apakah sampai Juli nanti (Jokowi) bisa sepopuler sekarang,” ujar Denny.
Dia pun membandingkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono pada April 2009 lalu, elektabilitasnya mencapai 60 persen. Sedangkan Jokowi, lanjut Denny, pada April 2014 ini baru mencapai 40 persen.
Nah sekarang, Denny mengaku belum berani menyatakan bahwa pilpres akan berlangsung satu putaran saja untuk kemenangan Jokowi.
"Jokowi di bulan April 2014 tidak sekuat SBY di  Bulan April 2009 lalu. SBY dulu 60 persen, sedangkan Jokowi sekarang 40 persenan saja. Sehingga waktu itu (2009), saya berani kampanye satu putaran saja,” paparnya.
Menurut Denny, Jokowi juga akan terus digempur oleh lawan-lawan politiknya dalam bentuk black campaign. Namun, kata dia, black campaign itu akan menguntungkan Jokowi sebab berbentuk fitnah. "Kalau negatif campaign itu ada adanya," kata Denny.
Setidaknya ada dua isu kampanye negatif yang akan dialamatkan kepada Jokowi. Pertama, kata dia, janji Jokowi untuk memimpin DKI Jakarta lima tahun.
Kemudian, kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta yang terjadi di masa kepemimpinan Jokowi. "Kita tidak tahu seberapa jauh Jokowi terlibat. Tapi, dua isu itu akan menjadi kampanye negatif terhadap Jokowi. Apalagi kalau itu dieksplor terus, misalnya Kejaksaan Agung memanggil dan memeriksa Jokowi, maka akan menjadi problem," ujar Denny.
Menurutnya, Jokowi akan mengalami penggembosan sehingga tidak seharum dulu lagi. Karenanya, itu menyebabkan untuk pertama kalinya Jokowi merosot dan efeknya tidak sebesar seperti yang orang kira.
"Sejak Maret dideklarasikan menjadi capres, attacking ke dia (Jokowi) banyak. Opini publik kita labil. Dulu misalnya publik suka SBY, sekarang tidak. Dulu suka Jokowi, sekarang mengalami penurunan,” paparnya.

Sumber :
jpnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar