Rabu, 09 April 2014

Rhoma Irama Effect Lebih Berpengaruh Ketimbang Jokowi

Ada tiga personal effect yang mewarnai pemilu legislatif tahun 2014 kali ini. Efek yang mengejutkan ternyata datang dari raja dangdut Rhoma Irama.
"Ternyata Rhoma Irama lebih berefek daripada Joko Widodo," tegas peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Toto Izul Fatah di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta, Rabu (9/4/2014).
Menurut temuan LSI, efek pertama yang mewarani pileg adalah efek Joko Widodo. Tapi efek Jokowi tidak terlalu signifikan pada perolehan suara PDIP. Sebagaimana diketahui, banyak lembaga yang memprediksi jika Jokowi diumumkan sebagai capres sebelum pileg PDIP akan berhasil mencapai suara 25 hingga 30 persen.
"Ternyata Jokowi Effect tidak berpengaruh. Jadi kesimpulannya pemilih Jokowi belum tentu pilih PDIP, pemilih PDIP belum tentu pilih Jokowi," ungkap Toto.
Personal effect kedua menurut Toto adalah Nazaruddin. Kasus yang dibuat oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat menjadi awal terpuruknya partai besutan SBY tersebut. Gara-gara Nazar Demokrat akhirnya berada pada posisi keempat berdasarkan hasil quick count yang bahkan tidak mencapai 10 persen suara.
Personal effect ketiga adalah Rhoma Irama. Menurut Toto Rhoma memang berikan efek signifikan pada suara PKB. PKB berhasil memperoleh hampir menyentuh angka 10 persen.
"Rhoma Irama effect walau belum bisa diterima kalangan elit, tetapi diterima di kalangan grassroot," tegas Toto.
Menurut peneliti LSI, Rully Akbar selain efek Rhoma Irama, PKB juga diuntungkan dengan captive pemilih yang berasal dari NU. Toto menegaskan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar berhasil menarik hati warga Nahdiyin yang mau terang-terangan mendukung Jusuf Kalla, Mahfud MD dan Rhoma Irama.
"Ditambah lagi dukungan dana yang besar dari bos Lion Air Rusdi Kirana yang tentu punya peran penting untuk suara PKB,"demikian Rully.

Sumber :
jpnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar