Langkah PDI Perjuangan melalui calon presidennya, Joko Widodo (Jokowi)
yang mendekati tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dinilai bakal
menyulitkan capres dari partai lain seperti Prabowo Subianto dan
Aburizal Bakrie (ARB atau Ical).
Langkah politik tim sukses Jokowi untuk
menggandeng dua ormas Islam terbesar di Tanah Air itu dalam pandangan
pengamat politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sudjito sangat
realistis. "PDIP melihat massa NU dan Muhammdiyah jumlahnya sangat
signifikan," kata Arie dalam perbincangan dengan detik, Selasa
(25/03/2014).
Arie mencermati bila dukungan terhadap Jokowi dari
kedua ormas itu menguat maka dipastikan akan berpengaruh terhadap
kekuatan Ical yang diusung Partai Golkar dan capres dari Partai Gerindra
Prabowo.
Arie, yang sering melakukan riset soal sosiologi
politik menyoroti meskipun Jokowi berasal dari PDIP tapi tetap dapat
diterima oleh kalangan Nahdliyin dan Muhammadiyah. Sebab, Jokowi
dianggap bukan figur yang kontroversial.
Dia menambahkan, NU dan
Muhammadiyah sebagai organisasi selama ini memang tidak mungkin
terang-terangan mendukung kepada salah satu calon dalam urusan politik.
Namun, Arie menekankan, kedekatan pimpinan NU dan Muhammadiyah dengan
salah satu capres dianggap oleh kaum akar rumput (grass root) sebagai suatu sinyal dukungan yang semestinya diikuti.
"Massa
NU dan Muhammadiyah melihat bahwa pemimpin mereka menerima Jokowi.
Cukup secara simbolik seperti itu dari pimpinan yang dibaca oleh
pengikutnya," tutur Arie menjelaskan.
Pekan lalu, Ketua Umum PDI
Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengutus Jokowi menemui dua tokoh di
NU dan Muhammadiyah. Jokowi menemui Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah
Din Syamsuddin dan K.H. Mustofa Bisri, Rois Am Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (NU). Kedatangan Jokowi disambut hangat oleh kedua tokoh yang
memiliki jumlah massa puluhan juta orang itu.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar