Kandidat calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo menyinggung masalah
pertanian saat menjadi juru kampanye bagi partainya di Lampung.
Pembenahan atas manajemen pertanian dia yakini dapat membawa
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
"Manajemen tani itu harus diperhatikan. Mereka (para petani) memang diberi bimbingan nanam sebelumnya, tapi masak
pascapanennya tidak disiapkan?" ujar Jokowi, akhir pekan lalu. Dia pun
mencontohkan kondisi pertanian dan petani di Boyolali, Jawa Tengah.
Desa
itu, tutur Jokowi, merupakan penghasil pepaya. Karena tak ada persiapan
jalur distribusi pasca-panen, kata dia, hampir 90 persen hasil panen
petani pepaya di desa itu berakhir menjadi sampah karena busuk, tak
terjual. "Harusnya disiapin (pasca-panennya), bisa dijadikan jus misalnya."
Selain
itu, Jokowi juga menyayangkan minimnya perhatian pemerintah soal
pengembangan varietas unggul untuk beberapa komoditas. Menurut dia,
komoditas pertanian produk petani Indonesia tak bisa bersaing dengan
komoditas serupa dari negara lain karena kalah kualitas.
Meski
demikian, Jokowi menolak berkomentar ketika dikonfirmasi apakah
kritiknya soal pertanian ini merupakan salah satu poin visi-misi yang
akan dia usung sebagai bakal calon presiden PDI-P. "Belum bicara capres,
fokus pemilu legislatif dulu," kata dia.
Menurut Jokowi, percuma
sekarang bicara visi-misi sebagai capres bila tanpa ada kepastian
capaian kursi parlemen dari partainya. "Kalau Tuhan mengizinkan kita megang pemerintah, tapi dewan ndak kuat, ya susah. Akhirnya nanti jadi lobi-lobi, itu yang saya ndak suka. Beda kalau parlemennya kuat," tegas dia.
Topik
soal pertanian sebagai cara menyejahterakan masyarakat juga pernah
disampaikan Jokowi saat diskusi dengan salah satu organisasi berbasis
massa Islam, Nahdlatul Ulama (NU). Saat itu dia menyarankan agar NU
menggalakkan pertanian di kalangan anggotanya. Dengan demikian, ujar
dia, masyarakat akan bisa mandiri tanpa semata tergantung pada
pemerintah.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar