Capres PDIP Joko Widodo (Jokowi) menantang Wasekjen PKS Fahri Hamzah untuk adu gagasan dan berpolitik santun. Gayung pun bersambut, Fahri balik menantang Jokowi. Fahri mengatakan, dirinya mengajak seluruh capres untuk berdebat soal pemberantasan korupsi. Dia menantang, beranikah seorang presiden mundur jika korupsi masih merajalela karena sistem yang amburadul.
"Saya ingin mengajak Jokowi dan semua capres berdialog tentang pemberantasan korupsi sistemik. Berani enggak mundur kalau setahun korupsi sistemik belum surut?" kata Fahri dalam pesan singkat, Selasa (25/3/2014).
Termasuk PKS, kata dia, harus sadar bahwa yang menjadi persoalan korupsi adalah sistem yang mendukung praktik merampok uang rakyat. Karena itu, dia menantang seluruh capres termasuk Jokowi untuk bicara soal korupsi.
"Siapapun yang jadi presiden Indonesia, termasuk kalau PKS memimpin republik ini, perlu sadar bahwa sistem tidak bekerja karena itu kekacauan merajalela termasuk korupsi. Maka siapa yang jamin kalau presidennya ganti korupsi hilang?" tutur dia.
Fahri pun meragukan Jokowi mampu menjamin korupsi hilang jika dirinya jadi presiden. Dia juga menantang Jokowi untuk mundur jika hal itu tidak terjadi.
"Saya kalau jadi capres menjamin itu. Tapi apa Jokowi berani? Dan nanti menepati janji untuk mundur kalau gagal?" tegas dia.
Fahri juga menilai Jokowi lalai dan tidak peduli persoalan korupsi. Bahkan, kata dia, Jokowi merasa terganggu dengan pernyataannya soal 7 dosa Presiden Megawati dulu. "Jokowi jangan sembunyi dibalik sikap masa bodoh. Jangan terganggu oleh omongan saya sebab maksud saya baik. Saya hanya mengutip seorang ekonom yang gelisah oleh kebijakan Pemerintah di masa lalu," pungkasnya.
Diketahui, adu mulut antar Jokowi dan Fahri Hamzah bermula saat Fahri mengkritik Jokowi dalam berbagai hal termasuk inkonsistensi mantan wali kota Solo itu. Bahkan, Fahri menilai lebih baik PKS jadi oposisi ketimbang harus mendukung Jokowi presiden.
Jokowi pun tampak geram, ketika Fahri juga mulai menyerang Mega. Fahri mencoba mengingatkan dosa-dosa Mega dulu saat menjabat sebagai presiden tahun 2002-2004.
"Sekali-sekalilah ngomong mengenai, misalnya bisa apa sih saya untuk kebaikan negara ini, dengan cara apa sih negara bisa dibikin baik. Adu gagasan, adu program, mestinya seperti itu, bukan serang-serang, saling jelekin, cemooh," kata Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Senin (24/3).
"Maaf begitu bukan budaya kita, saya gak mau masuk wilayah seperti itu. Ngapain saya harus tanggapi, saya gak mau tanggapin," tambahnya.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar