Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur membantah pernyataan tokoh masyarakat Kota Kupang, Viktor Lerik yang menuding Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya telah membohongi rakyat NTT terkait kerja sama pasokan sapi antara kedua daerah itu.
Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Lambert Ibi Riti.
"Terkait pernyataan Pak Viktor Lerik perlu diluruskan, karena dalam pernyataan itu tidak disebutkan data dan proses terjadinya kerja sama antara Pemprov Jakarta dan NTT. Pernyataan ini seolah-olah mengatakan kerja sama ini tidak akan menguntungkan kedua belah pihak dan apalagi menguntungkan petani peternak di NTT," kilah Lambert kepada Kompas.com, Sabtu (3/5/2014).
Menurut Lambert, ketika ditetapkan sebagai provinsi ternak pada tahun 2011 dalam program desa mandiri anggaran menuju kesejahteraan (Anggur Merah), Provinsi NTT sudah memiliki data ternak sapi ratusan ribu ekr. Dalam dua tahun terakhir masing-masing yakni 814.450 ekor pada tahun 2012 dan 803.450 ekor pada tahun 2013.
"Berdasarkan data populasi sapi tersebut maka 14 April lalu di Jakarta, bapak Gubernur NTT dan Pak Jokowi melakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama pasokan daging sapi dari NTT untuk lima tahun ke depan dengan nilai investasi Rp 2 triliun,” jelas Lambert.
Pembicaraan antara dua gubernur itu, kata Lambert, sudah dilakukan sejak Oktober 2013. Kedua gubernur saat itu membahas tentang kebutuhan daging sapi di DKI Jakarta yang setiap hari mencapai 15.000 ton atau 1.500 ekor sapi per hari. Gubernur NTT yang menawarkan kerja sama memasok kebutuhan daging sapi.
Lambert mengatakan lahan yang tersedia di NTT untuk lima tahun mendatang seluas 1,5 juta hektar sehingga menurut hasil kajian dibutuhkan inovasi teknologi peternakan, intervensi perbaikan pada penggembalaan, teknologi reproduksi, industri daging, dan pengelolaan limbah yang efisien.
"Populasi sapi Bali di kawasan Pulau Timor saat ini sekitar 600.000 ekor dan untuk Pulau Flores 155.195 ekor, di Pulau Sumba itu jenis sapi Onggol 60.000 ekor. Dengan kerja sama selama lima tahun dan investasi yang besar dari Pemerintah DKI Jakarta, diharapkan pada lima tahun mendatang NTT akan mempunyai populasi sapi sampai dengan 900.000 ekor," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, tokoh masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Lerik, menuding kunjungan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ke Kupang pada Selasa (29/4/2014) lalu membohongi warga NTT, terutama dalam kaitannya dengan kerja sama pasokan sapi.
"Calon presiden dari PDI Perjuangan Jokowi dan Gubernur NTT Frans Lebu Raya berbohong dan menipu rakyat NTT karena sapi di NTT tidak mungkin memenuhi pasokan untuk Jakarta. Bagaimana bisa sapi yang katanya akan dipasok dari NTT ke Jakarta 823.000 ekor, padahal kenyataannya menurut data BPS Provinsi NTT itu sangat mustahil," kata Viktor kepada Kompas.com, Jumat (2/5/2014).
Menurut Viktor yang juga mantan Ketua DPRD Kota Kupang itu, kebutuhan konsumsi daging sapi di NTT sebanyak 58.535 ekor sapi. Sementara ketersediaan sapi potong (jantan dewasa) adalah 96.614 ekor sehingga terdapat surplus 38.079 ekor.
"Sementara itu, seekor sapi betina hanya melahirkan satu ekor setiap dua tahun. Sedangkan pola pemeliharan sapi di NTT adalah tradisional (lambat pertumbuhannya ), yang artinya kalau sapi dikonsumsi NTT sendiri, maka akan berkurang drastis setiap tahunnya karena pertumbuhan sapi yang layak potong adalah berumur dua atau dua setengah tahun," bebernya.
Apalagi, kata Viktor, Perusahaan Daerah Pasar Jaya di Jakarta yang mengurus daging sapi bermasalah karena selalu merugi dan terdapat temuan BPK yang mengindikasi ada korupsi besar-besaran. Karena itu, Viktor menyarankan kepada Jokowi dan Frans Lebu Raya agar segera menghentikan penipuan dan pencitraan di NTT. [tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar