Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menyebut manuver Jokowi tersebut sebagai penegasan karakter kultur wong cilik dan tidak mencekal upaya capres lain.
"Ini saya rasa koalisi semangka ada merah, hijau. Enggak terlalu pelangi. Ini gambaran yang diinginkan yaitu koalisi yang efisien dan penegasan kultur wong cilik. Nasdem punya fasilitas media dan PKB dengan suara warga NU," kata Siti sebelum acara diskusi 'Menelaah Capres-Cawapres 2014' di Hotel Atlet Century Senayan, Minggu (4/5/2014).
Dia menilai aksi tour ke Jawa ala Jokowi bisa menggaet suara warga Nahdliyin serta Muhammadiyah di Jawa Tengah serta Jawa Timur. Meski demikian, manuver ini juga tidak menjamin calon wakil pendamping Jokowi berasal dari kalangan kedua ormas itu.
Menurut dia, pendamping Jokowi harus bisa memperkuat kekurangan mantan Wali Kota Solo itu saat maju di Pilpres 2014. Faktor PDI Perjuangan yang memenangi Pemilu Legislatif 2014 belum menjamin Jokowi menang di Pilpres.
"Sekarang kan penilaian Jokowi belum bulat dari masyarakat. Ini benar-benar nendang kan belum tahu nanti bagaimana. Jadi, pengalaman di Pilpres 2009 yaitu Demokrat dan kadernya menang belum tentu terulang," sebutnya.
Namun, cara Jokowi untuk melakukan tour de Jawa dianggap wajar sebagai bentuk mencari dukungan. Hal ini menurutnya bukan persoalan sengaja mencekal calon presiden lain seperti Prabowo Subianto dari Gerindra yang sudah mencari dukungan suara parpol Islam.
"Ini saya lihat bukan cekal-mencekal. Ini sah-sah saja dalam Pilpres. Misalnya saja kayak Barack Obama di Pilpres Amerika yang ke gereja door to door. Jadi, masih wajar," ujarnya.
Seperti diberitakan, Jokowi akhir pekan ini sowan ke sejumlah tokoh-tokoh Nadhlatul Ulama dan Muhammdiyah. Gubernur DKI itu pada Sabtu kemarin bertemu dengan Mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif. Setelah itu, Jokowi bertemu langsung dengan Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar