Selasa, 03 Juni 2014

Tak Perlu IQ Tinggi, Pendukung Jokowi Tak Butuh Calon Pemimpin Gampang Marah

Klaim politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah bahwa calon presiden yang didukungnya, Prabowo Subianto seorang jenius karena memiliki intelligence quotient (IQ) 152 dicibir kubu pendukung Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, tingginya IQ seseorang bukan jaminan mampu mengendalikan emosi.
Hendra  Hasanuddin dari Divisi Bidang Jaringan Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat) yang mendukung Jokowi mengatakan, klaim Fahri tentang IQ Prabowo itu bukanlah hal yang perlu dirisaukan.
Sebab, kestabilan emosi lebih menentukan dalam keberhasilan memimpin dibanding IQ tinggi. "Pemimpin harus stabil emosinya, tidak suka melempar handphone ke anak buah, apalagi menculik aktivis mahasiswa," kata Hendra  di Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Lebih lanjut Hendra mencontohkan sejumlah nama-nama tenar yang bahkan bisa meraih gelar profesor namun tak bisa menahan hasrat memperkaya diri. Alih-alih berhasil, kata Hendra, justru tokoh pintar malah terjerembab ke kasus korupsi seperti halnya Profesor Rudi Rubiandini dalam kasus suap SKK Migas.
Hendra menambahkan, memimpin negeri bukan serta-merta bisa semaunya menjalankan kekuasaan yang diemban. "Karena yang paling penting, pemimpin itu mau menjadi pelayan rakyat," tegasnya.
Hendra menegaskan, rakyat butuh pemimpin yang jujur, sederhana dan membawa keteduhan. "Karena harapan rakyat itu sederhana, yaitu  pemimpin yang mau mendengarkan keluhan mereka, bukan yang hobinya marah-marah," ujarnya.
Sebelumnya, Prabowo diklaim memiliki IQ 152 berdasar hasil tes psikologi saat tes kesehatan calon presiden beberapa waktu lalu. Menurut Fahri, hal itu diperoleh dari bocoran hasil tes kesehatan capres-cawapres. "Berita gembira bagi kita, hasil tes psikologi capres, bahwa IQ Pak Prabowo, dalam tes itu 152," kata  Fahri seraya membeber bahwa rata-rata  orang di dunia antara 91 sampai 111.  [jpnn]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar