Puluhan pendukung Jokowi-JK ikut hadir dalam Deklarasi Pemilu
Berintegritas dan Damai yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (3/6/2014).
Para pendukung
pasangan capres-cawapres dengan nomor urut dua tersebut, secara
mengejutkan membuat formasi saat lagu Simfoni Raya Indonesia ciptaan
Guruh Soekarno Putra, dinyanyikan oleh pengisi acara. Relawan-relawan,
yang kompak mengenakan kemeja putih tersebut, berdiri dari bangku mereka
dan mengangkat bendera merah putih ukuran kecil.
Aksi mereka
tersebut terbilang cukup mengejutkan. Sebab, relawan dari kubu
Prabowo-Hatta tak banyak beraksi. Relawan capres nomor urut satu
tersebut hanya duduk manis di kursi menyaksikan acara demi acara.
Tak
berhenti di situ, setelah lagu usai, para relawan Jokowi-JK tetap
mengayunkan bendera mereka ke kanan dan ke kiri saat tarian daerah
Indonesia ditampilkan di panggung. Ada tarian dari Aceh, Betawi, Bali,
dan Papua.
Sambil mengayunkan bendera, relawan-relawan yang duduk
di kursi belakang tersebut juga menirukan nyanyian daerah yang diputar.
Sesekali, mereka juga meneriakkan yel-yel dukungan untuk Jokowi-JK.
Seperti
diketahui, KPU menggelar Deklarasi Pemilu Berintegritas dan Damai untuk
menyambut Pilpres pada 9 Juli mendatang. Dalam acara deklarasi
tersebut, kedua pasangan capres-cawapres juga memberikan pidato serta
menandatangani prasasati deklarasi pemilu damai. [republika]
Maaf, saya harus adil dan fair berkaitan dengan aksi para relawan tersebut. Walaupun saya sesungguhnya swing-voter yang cenderung untuk mendukung Jokowi-JK namun saya perlu melakukan otokritik berkaitan dengan sikap kubu ini pada acara deklarasi itu untuk dijadikan introspeksi masa lalu, realisasi saat ini dan orientasi masa depan demi kebaikan bersama bangsa ini (bukan hanya kubu Jokowi atau Prabowo saja) dan keberkahan atsar tindakan kita (fikiran/perasaan; ucapan/tindakan) di hadapanNya..
BalasHapusMemang tidak bisa disalahkan hak untuk menunjukkan demonstrasi dukungan namun apakah juga bisa dibenarkan jika itu dilakukan pada saat acara resmi silaturahim deklarasi bersama dengan fihak lain. Maaf, walaupun 'kebaikan' ini tidak menjurus kepada keliaran namun tetap saja mereflsikan kenaifan kita dalam berdemokrasi sementara saya melihat fihak lain lebih arif dan tertib serta mampu menahan diri untuk menjaga kebersamaan pada saat itu. Menjaga perasaan dan menghormati keberadaan fihak lain serta menjaga ketertiban pada acara silaturahim kebersamaan – saya kira – adalah lebih haq untuk dilakukan. Bagi saya itu bukan kemenangan untuk dibanggakan, tetapi kekalahan (yang tidak perlu diulangi lagi) karena kesalahan telah kita lakukan (tidak empatik apalagi simpatik).