Selasa, 03 Juni 2014

Jokowi-JK akan Tempatkan Perguruan Tinggi di Bawah Kemenristek

Pasangan Calon Presiden (Capres) dan Wakil Presiden (Cawapres), Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar dari produk-produk negara-negara lain.
Jokowi-JK, tegas Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, Tim Sukses Jokowi-JK, tidak sudi, 250 juta penduduk Indonesia hanya menjadi pasar bagi negara-negara luar.
Karena itu, Jokowi-JK pun, imbuhnya telah memiliki program kebijakan atau strategi bila mendapat amanah rakyat, agar bangsa ini tidak hanya menjadi penonton di negerinya sendiri. Paling tidak itu tidak akan terjadi saat Indonesia sebagai salahsatu Negara terbesar populasinya yang ada di kawasan ASEAN, menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Jokowi-JK pun telah menyusun strategi memenangkan pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dijelaskan Luhut, Jokowi-JK berpikir untuk memindahkan perguruan tinggi yang selama ini berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke Kementerian Riset dan Teknologi.
Dengan itu, imbuhnya, riset-riset menjadi bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia baik itu di sektor industri dan lainnya. Sehingga Indonesia bisa memenangkan pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan pasar global kedepannya.
"Sehingga kita memiliki riset university yang bagus untuk melakukan penelitian dalam berbagai bidang. Sehingga kita tidak menjadi market dari negara-negara lain," tandasnya.
karena dia tegaskan, jika tidak demikian dilakukan, maka Indonesia akan seperti sekarang ini menjadi pasar dari seluruh produk luar negeri.
"Kita telanjang sekarang. Kalau kita tidak punya produk-produk yang bagus kita akan menjadi market. Anda bisa lihat apa saja dijual di Indonesia bisa laku," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Indonesia akan menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Pemerintah membentuk sebuah komite sebagai titik awal pengawasan pelaksanaan MAE.
"Kita perlu bentuk komite sebagai dapurnya AEC. Nah untuk mem-feeding apa saja. Regulasi apa yang menghambat, ini, itu, dan lain lain. Supaya kita lebih kompetitif dari negara lain," ungkap Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai rapat MAE di kantornya, Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Komite ini nantinya yang akan menyoroti persiapan dan pelaksanaan MEA ke depan. Terutama dalam persoalan daya saing yang saat ini masih perlu untuk ditingkatkan. Hatta pun optimistis dalam menghadapi era perdagangan tersebut.
"Kita tak bisa mengatakan tidak siap karena itu sudah di depan mata kita dan sudah berjalan komitmen. Yang paling penting adalah kita terus meningkatkan daya saing kita. Karena ada empat pilar di situ. pertama, pasar tunggal. Kedua, daerah berdaya saing. Ketiga, equitable development. Keempat, integrasi ke ekonomi dunia. Nah, dari sini kita harus meningkatkan daya saing kita," papar Hatta yang sekaligus sebagai Ketua Komite.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman menambahkan komite ini akan dimasukkan dalam sebuah Keppres sebagai landasan hukum.
"Nantinya akan diusulkan jadi bagian dari Keppres dan komite nasional ini bergerak tidak hanya untuk persiapkan sampai MEA, tapi beyond 2015 karena sekarang ini di kerja sama ASEAN sudah dipikirkan post 2015. Artinya, komite nasional rumuskan kebijakan-kebijakan ke depan," ujarnya.
Pada tugasnya, komite tersebut juga akan menginventarisir peluang pada MEA. Karena ini tidak hanya persoalan pasar dalam negeri yang bejumlah 250 juta orang. Tapi ASEAN yang memiliki 600 juta orang di dalamnya.
"Pasar MEA bukan 250 jt tapi adalah 600 jt penduduk ASEAN. PDB per kapita naik 3 kali lipat sejak 1998. Ini tunjukkan daya beli masyarakat meningkat. Menurun penduduk miskin dari 45% ke 15%. Kelas menengah dari 15% jadi 37%. Jadi, kawasan ASEAN adalah kawasan menarik. Jadi jangan liat pasar domestik tapi lihat the other side," jelasnya.  [tribun]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar