Pasangan Calon Presiden (Capres) dan Wakil Presiden (Cawapres), Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar dari produk-produk negara-negara lain.
Jokowi-JK,
tegas Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, Tim Sukses Jokowi-JK,
tidak sudi, 250 juta penduduk Indonesia hanya menjadi pasar bagi
negara-negara luar.
Karena itu, Jokowi-JK pun, imbuhnya telah
memiliki program kebijakan atau strategi bila mendapat amanah rakyat,
agar bangsa ini tidak hanya menjadi penonton di negerinya sendiri.
Paling tidak itu tidak akan terjadi saat Indonesia sebagai salahsatu
Negara terbesar populasinya yang ada di kawasan ASEAN, menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Jokowi-JK pun telah menyusun
strategi memenangkan pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dijelaskan
Luhut, Jokowi-JK berpikir untuk memindahkan perguruan tinggi yang selama
ini berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke Kementerian
Riset dan Teknologi.
Dengan itu, imbuhnya, riset-riset menjadi
bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia
baik itu di sektor industri dan lainnya. Sehingga Indonesia bisa
memenangkan pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dan pasar global
kedepannya.
"Sehingga kita memiliki riset university yang bagus
untuk melakukan penelitian dalam berbagai bidang. Sehingga kita tidak
menjadi market dari negara-negara lain," tandasnya.
karena dia
tegaskan, jika tidak demikian dilakukan, maka Indonesia akan seperti
sekarang ini menjadi pasar dari seluruh produk luar negeri.
"Kita
telanjang sekarang. Kalau kita tidak punya produk-produk yang bagus
kita akan menjadi market. Anda bisa lihat apa saja dijual di Indonesia
bisa laku," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Indonesia akan
menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community
(AEC) pada tahun 2015. Pemerintah membentuk sebuah komite sebagai titik
awal pengawasan pelaksanaan MAE.
"Kita perlu bentuk komite
sebagai dapurnya AEC. Nah untuk mem-feeding apa saja. Regulasi apa yang
menghambat, ini, itu, dan lain lain. Supaya kita lebih kompetitif dari
negara lain," ungkap Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai rapat MAE di
kantornya, Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Komite ini nantinya yang
akan menyoroti persiapan dan pelaksanaan MEA ke depan. Terutama dalam
persoalan daya saing yang saat ini masih perlu untuk ditingkatkan. Hatta
pun optimistis dalam menghadapi era perdagangan tersebut.
"Kita
tak bisa mengatakan tidak siap karena itu sudah di depan mata kita dan
sudah berjalan komitmen. Yang paling penting adalah kita terus
meningkatkan daya saing kita. Karena ada empat pilar di situ. pertama,
pasar tunggal. Kedua, daerah berdaya saing. Ketiga, equitable
development. Keempat, integrasi ke ekonomi dunia. Nah, dari sini kita
harus meningkatkan daya saing kita," papar Hatta yang sekaligus sebagai
Ketua Komite.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kerjasama
Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman
menambahkan komite ini akan dimasukkan dalam sebuah Keppres sebagai
landasan hukum.
"Nantinya akan diusulkan jadi bagian dari Keppres
dan komite nasional ini bergerak tidak hanya untuk persiapkan sampai
MEA, tapi beyond 2015 karena sekarang ini di kerja sama ASEAN sudah
dipikirkan post 2015. Artinya, komite nasional rumuskan
kebijakan-kebijakan ke depan," ujarnya.
Pada tugasnya, komite
tersebut juga akan menginventarisir peluang pada MEA. Karena ini tidak
hanya persoalan pasar dalam negeri yang bejumlah 250 juta orang. Tapi
ASEAN yang memiliki 600 juta orang di dalamnya.
"Pasar MEA bukan
250 jt tapi adalah 600 jt penduduk ASEAN. PDB per kapita naik 3 kali
lipat sejak 1998. Ini tunjukkan daya beli masyarakat meningkat. Menurun
penduduk miskin dari 45% ke 15%. Kelas menengah dari 15% jadi 37%. Jadi,
kawasan ASEAN adalah kawasan menarik. Jadi jangan liat pasar domestik
tapi lihat the other side," jelasnya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar